Breaking News

Aura dan Kabar Gembira Akhir Zaman

Spread the love

Oleh: Wulan Citra Dewi

Tanda-tanda akhir zaman telah dilisankan oleh Rasulullah Saw. ribuan tahun yang lalu. Semakin ke sini, tanda-tanda tersebut satu persatu mulai eksis dan mudah kita temui. Informasi tentangnya pun telah banyak diulas oleh para ulama masa kini. Dari mulai salju yang turun di padang pasir Arab Saudi hingga mengeringnya danau Tiberias di dataran Golan. Ini semua selayaknya kian memperkuat iman kita. Bahwa apa yang disebutkan dalam setiap nash syarak bukanlah perkara senda gurau. Melainkan sesuatu yang serius, mengandung pelajaran dan peringatan bagi manusia dalam mengarungi kehidupan.

Hal lain yang tidak kalah santer disebut-sebut sebagai tanda akhir zaman adalah fitnah terhadap agama yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Islam, pengamal dan pengembannya menjadi bulan-bulanan untuk dimatikan karakter baiknya. Dimonsterisasi sedemikian rupa, hingga orang-orang yang mengaku berislam sekalipun menjadi ketakutan dengan keislamannya. Menjadi minder untuk menampakkan identitasnya sebagai muslim yang bertakwa. Ya, tidak dapat dinafikkan, fitnah keji yang menyebabkan phobia terhadap Islam ini pun telah mulai merajalela. Aura akhir zaman semakin jelas kentara.

”Sekarang ini tampaknya sudah akhir zaman. Agama Islam saat ini menjadi sasaran fitnah yang keji. Berita teroris di TV, semuanya disrempet-srempetkan ke arah Islam. Diulang-ulang, bahwa pelaku teroris yang telah beraksi itu adalah keluarga yang agamis. Rajin jamaah ke Masjid, istrinya menutup aurat, kesehariannya pun ramah pada tetangga. Bayangkan, bagaimana rasanya hati ini? Bagaimana pandangan orang-orang pada Bapak, yang lima waktunya selalu jamaah di Masjid? Bisa-bisa Bapak dicurigai sebagai teroris juga, kan? Jadi was-was mau berangkat ke Masjid!” keluh kesah Bapak, di tengah obrolan kami menjelang Ramadhan.

Jujur, hati ini teriris. Mata ini pun basah menahan perihnya. Lantas harus seperti apa perangai yang tampak, agar diri terbebas dari tatapan yang mencurigai?

”Sabar, Pak. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Tugas kita hanyalah taat pada perintah Allah Swt. Beriman dan Beramal berdasarkan Alquran dan As-sunnah. Insyaallah, semoga kita selamat dari berbagai fitnah yang ada.” hanya itu yang sanggup terucap dari lisanku. Di tengah dada yang sesak dan kerongkongan tercekat.

”Tampaknya ini memang sudah akhir zaman. Sebentar lagi kiamatlah dunia ini.” suara Bapak meredup.

Ya, kita saat ini memang ditakdirkan bersua dengan akhir zaman. Salah satu masa yang menjadi bukti kebenaran sabda Nabi. Ketika dahulu kebanyakan manusia ingkar karena tidak melihat apa yang dilisankan oleh Muhammad Saw., maka akankah kita yang diberi kesempatan untuk menyaksikan bukti-bukti dari apa yang Beliau sabdakan juga akan turut menjadi pembangkang? Nastagfirullah, semoga tidak!

Kepada Allah Swt. kita berlindung dari segala fitnah akhir zaman. Merengek dengan pinta di setiap sujud panjang kita, semoga Allah Swt. istiqomahkan hati ini di atas iman Islam hingga nyawa terpisah dari raga. Aminn allahumma aminn.

”Iya, Pak. Sekarang memang sudah masanya, akhir zaman. Kiamat sebentar lagi datang. Dan memang alaminya, kiamat akan semakin dekat. Tapi, kita juga harus mengetahui. Bahwa sebelum hancurnya dunia ini dilumat oleh tiupan sangkakala, ada satu fase yang pasti mewujud nyata. Di mana tidak akan ada lagi penderitaan dan ketakutan dalam beriman. Ketika dunia ini terselimuti oleh rahmat Islam, setiap jengkalnya. Itulah masa yang dikabarkan oleh Rasulullah Saw., sebagai kabar gembira bagi kita umat akhir zaman. Agar kita tidak berputus asa dari rahmat-Nya. ’… tsumma takunu khilafatan ‘ala minhajin nubuah. …’, Khilafah akan kembali tegak sebelum kiamat menggelegak, Pak.” Aku menimpali ungkapan Bapak.

”Aminn, semoga awak’e dewe nemuni moso iku (baca: semoga kita menemui masa itu)” Bapak mengakhiri percakapan.

Aminn ya Rabbana, dengar dan kabulkan doa-doa kami wahai Rabb yang maha mendengar lagi maha mengabulkan doa. Di bulan mulia ini, rahmat dan pertolongan-Mu akan kami pinta lebih banyak dari biasanya. Maafkan kami, jika terlampau sering lisan ini meminta. Engkaulah zat yang maha pemurah lagi maha penyayang. Allahu Akbar! ***

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.