Breaking News

Nduk, Mulihoyo Nduk..

Spread the love

Di tulis oleh Nduk Yuyun (panggilan kesayangan mami untukku)

{ Yumna Umm Nusaybah }

 

#MuslimahTimes — “Nduk, mulihoyo Nduk…. mami mlebu rumah sakit mulai mambengi sampe saiki” –

(Nak, pulang ya nak.. mami masuk RS sejak semalam sampai sekarang)

Deg…..! Jantungku seperti berhenti berdetak mendengar suara Bapak atau yang biasa aku sebut dengan panggilan pak’e di telpon genggamku. Meski sejak kelas 1 SMA aku ngekos dan jauh dari orang tua, baru kali ini pak’e memintaku pulang. Pastilah ada sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. Aku hitung sudah hampir satu bulan lebih aku belum sowan ke desa menemui pak’e dan Mami. Semua dikarenakan kesibukan perkuliahan di UNAIR Surabaya yang sudah memasuki tahun ketiga. Dengan rasa khawatir yang masih menggantung, aku putuskan pulang di pagi harinya dan aku langsung meluncur ke Rumah Sakit Islam di Banyuwangi.

Sampailah aku dan saudara kembarku ke ruangan dimana mami dirawat, aku lihat nenekku duduk di samping mami sambil menangis. Aku lihat tubuh lemah tergolek di pembaringan, tubuh yang terlihat sangat kurus sekali. Aku benar-benar terkejut dengan perubahan drastis dari berat badan mami. Ternyata BB beliau telah turun 30kg dalam rentang waktu 1 bulan! Sekiranya pengetahuan itu aku miliki sekarang, pasti aku sudah curiga malignansi, namun saat itu kebodohanku menutupi kesimpulan yang hampir-hampir jelas.

Aku peluk mami dan menangis sejadi-jadinya, aku tanyakan kepada mami dan pak’e kenapa aku tidak diberi kabar sama sekali selama satu bulan terakhir tentang perubahan BB mami dan kondisi mami.

Lewat telpon, beliau memang hanya mengeluh diare hampir setiap hari dan berasa capek saja, lagi-lagi kebodohanku hanya bisa menyarankan mami cek up ke dokter spesialis interna. Beliau menuruti nasehatku dan dari sana, diketahui level hemoglobin beliau hanya 4! Oleh karenanya dokter menyarankan beliau opname.

Aku langsung meminta bertemu dokter jaga, aku tanya apa saja kemungkinan penyebab HB turun drastis dalam waktu cepat? Perdarahankah?Apakah diare yang beliau keluhkan disertai darah? Masalah di produksinya-kah (masalah dengan sumsum tulang belakang), ataukah hal lain? Setelah diskusi panjang lebar dokter menyarankan kami pergi periksa kolonoskopi, dan itu harus di Surabaya!

Mulailah perjalanan panjang mendiagnosis penyakit ini. Hari demi hari, bulan demi bulan, masuk tahun demi tahun kami lalui, tapi belum juga ada titik terang. Segala jenis spesialisasi sudah beliau temui dan kami susuri, mulai dari yang di Banyuwangi hingga di Surabaya. Mulai dari ahli penyaki tdalam, dokter mata, ahli rhematologi, ahli gastroenterologi, ahli nefrologi (ginjal), ahli jantung, ahli imunologi dan entah ahli-ahli apalagi. Rasanya hampir-hampir kami putus asa dan tidak tahu lagi harus kemana. Setiap bulan puluhan juta harus kita siapkan untuk opname, transfusi darah, injeksi eritropoitin, dan treatment-treatment lain karena HB yang selalu turun. Setiap tes darah, kami deg-degan karena kami tidak tahu, akankah minggu itu HB naik atau turun drastis lagi.

Malam-malam kami terisi dengan solat malam dan untaian doa serta tangisan menghiba Allah ﷻ supaya diberi jalan keluar dan titik terang tentang sakit yang sudah diderita mami selama 4 tahun!

Sampai suatu pagi, aku hadiri laporan pagi bagian interna dari dokter jaga malam UGD RS Dr Soetomo. Saat itu aku sudah masuk tahun kelima di FK Unair dan kami sudah mulai praktek di RS. Pasien dilaporkan datang dengan keluhan yang tidak spesifik dan sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan berpindah dari satu dokter spesialis ke dokter spesialis yang lain. Dokter Ami (yang saat itu belum meraih gelar profesor) menyampaikan ulasan beliau bahwa pasien ini sudah diketahui penyakit utamanya namun pasien dengan sakit seperti ini biasanya diawali dengan kunjungan ke banyak dokter spesialis tapi tidak memiliki kejelasan diagnosa. Ini tipe khas dari pasien yang menderita keganasan sel plasma darah bernama MULTIPLE MYELOMA!

Aku dan saudara kembarku saling berpandangan dengan hati teriris. Adakah kemungkinan mami menderita penyakit ini? Inikah titik terang yang kami inginkan? Haruskah kami berbahagia karena akhirnya titik terang itu mulai kelihatan ataukah bersedih karena kekhawatiran kami selama ini menjadi kenyataan

Dengan perasaan bingung dan pikiran kacau, kami meminta waktu sebentar dengan Dr Ami usai laporan pagi. Beliau menganjurkan supaya mam imelakukan tes darah spesifik untuk menegakkan diagnosa Multiple Myeloma. Kami memberi kabar kepada mami dan membawa beliau ke Surabaya untuk tes darah tersebut.

Setelah hasil tes ada di tangan, kami kunjungi Dr Ami di tempat praktek beliau. Kami tunjukkan hasil tes darah  dan beliau memberi selamat kepada aku dan saudara kembarku karena telah berhasil menegakkan diagnosa yang tidak mudah.

Lalu beliau bertanya: ”Siapa pasien ini?”

Sambil tertunduk lesu, lemah lunglai kami jawab: ”Ibu kami, Dok…”

Beliau ikut prihatin karena justru puteri sang ibu sendiri yang akhirnya harus menemukan diagnosa final dari sakit yang sudah 4 tahun menggerogoti sang Ibunda. Beliau juga menyampaikan bahwa kanker darah ini sudah memasuki stadium 4! Tidak ada terapi lain selain paliative care untuk mengurangi sedikit rasa sakit karena kanker yang telah menyebar ke seluruh tubuh. Setahun setelah diagnosa itu tegak, mami di panggil Allah ﷻ di usia beliau yang masih relatif muda, 57 tahun.

Mami… yang selalu bercita-cita putri kembarnya menjadi seorang dokter, membuka praktek bareng-bareng dan membantu orang-orang miskin di desa yang tidak mampu berobat, telah di beri sakit yang menakdirkan sang puteri mendiagnosis sakit beliau sendiri.

Meski beliau hanya mampu menyaksikan wisuda sarjana kedokteran kami, dan tidak dihadirkan oleh Allah ﷻ dalam upacara sumpah dokter kami, akan tetapi jasa, pengorbanan, kerja keras, doa, air mata, dan malam-malam serta tirakat yang sudah beliau lakukan berperan besar menjadikanku seperti sekarang.

Mami.. yang telah kehilangan kesempatan bersekolah dan selalu memimpikan menjadi seorang perawat telah mengalirkan tekad kuat buat kami, anak-anaknya untuk tidak pernah menyerah, terus berjuang dan membuats esuatu yang orang anggap jauh dari jangkauan menjadi mungkin dengan izin Allah ﷻ Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Mami.. yang ditakdirkan menikah dengan seorang kepala sekolah SD harus bekerja ekstra keras supaya bisa menyambung hidup dan membiayai 2 (dua) anak kuliah sekaligus. Beliau tidak pernah malu mencoba bisnis baru di setiap waktunya.

Mulai dengan berjualan kerupuk, es lilin, menjahit baju, mengurus salon, perias pengantin, berjualan baju anak-anak di pasar, berjualan barang-angplastik, berjualan sayur keliling desa, berjualan genteng dan segala jenis enterprenur sudah beliau jalani.

14 tahun yang lalu, mimpi beliau sudah menjadi kenyataan. namun memori perjuangan meraihnya tidak akan pernah lekang.

Ya Allah ﷻ YaRahman.

Ampunilah dosa ibundaku tersayang

Lapangkanlah kuburnya

Mudahkanlah hisabnya

Karuniakanlah Surga tertinggiMu untuknya

Berilah kami kesempatan berkumpul kembali di surgaFirdaus yang kekal

 

Weesp, Belanda

22 Desember 2018

Bertepatan  dengan hari Ibu di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.