Oleh: Vinci Pamungkas, S.Pd
(Praktisi Pendidikan, Anggota Komunitas Revowriter)
Film kartun selalu jadi pilihan anak-anak ketika menonton televisi. Dicintai anak-anak karena banyak karakter lucu dengan warna-warni yang menarik. Film kartun berjudul Zazie tayang setiap hari di televisi swasta. Sekilas melihat maka kita akan merasa sama saja dengan film kartun yang lain kayanya. tapi ternyata oh ternyata ada satu episode yang kebetulan saya tonton membawa misi ideologis yang kental.
Pada episode ini, Zazie dan teman-teman sekelasnya melakukan protes kepada orang tua mereka. pasalnya, orang tua mereka mencabut tumbuhan gulma (rumput liar dan tumbuhan pengganggu yang lain) yang tumbuh di sekitar halaman. Zazie dan kawan-kawan mengatakan bahwa orang tua mereka tidak adil, tidak memberikan hak yang sama terhadap gulma. Gulma dicabut dan mati sedangkan tanaman yang lain boleh hidup. Sungguh tidak adil teriak mereka. bahkan mereka mempertanyakan siapa yang berhak menentukan sebuah tanaman disebut gulma atau bukan. untuk menghentikan demo Zazie dkk, orang tua mereka menyediakan lahan khusus untuk gulma. Gulma dicabut dari sekitar tanaman, tapi ditanam kembali di lahan yang lain. Zazie dkk senang dengan solusi tersebut.
Yang dilakukan Zazie dkk di dunia kartun, persis seperti yang dilakukan oleh kaum LGBT dan para pendukungnya di dunia nyata. Aksi turun ke jalan, opini berbagai melalui media massa agar mereka diterima di masyarakat, tidak mau dianggap ‘beda’ karena orientasi seksual mereka yang berlainan dengan masyarakat umum, ingin diberikan hak yang sama yaitu menikah secara legal diakui oleh Negara. Prinsip yang sama namun dengan objek yang berbeda.
Kesamaan ini bukan kebetulan, tapi karena aksi keduanya bersumber dari pemikiran dan ideologi yang sama, yaitu liberalisme. Liberalisme adalah sebuah ideologi yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas. (Wikipedia.com)
Betapa luar biasa, orang-orang liberal sudah mengajarkan ideologi mereka kepada anak-anak dengan cara yang menarik, smooth, sehingga para orang tua tidak merasa anak-anaknya sedang dicekoki ideologi liberal. Jika anak-anak kita dibiarkan terus menerus menonton film kartun seperti ini, tentu berbahaya. Anak-anak kita akan memiliki pemikiran liberal yang jelas-jelas bertentangan dengan islam. Bayangkan, anak-anak kita akan melakukan aksi demo ketika anak kita yang perempuan dipakaikan mukena saat sholat, sedangkan anak kita yang laki-laki tidak memakainya. Anak kita yang perempuan menuntut perlakuan yang sama dengan saudara laki-lakinya. Menuntut hak untuk tidak memakai mukena saat sholat. Bahkan anak-anak kita bisa melakukan demo atas semua syariat yang para orang tua biasakan sejak dini.
Masa kanak-kanak adalah masa keemasan. Anak-anak kita sangat mudah menyerap informasi yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Oleh karena itu, para orang tua harus selektif dalam memilih tontonan anak, dampingi anak saat menonton televisi. Dan yang paling utama adalah segera instalkan pemikiran islam kepada anak-anak kita sedini mungkin. Biasakan mereka untuk melaksanakan syariat islam. Lakukan sebelum mereka dirasuki pemikiran liberal melalui film kartun, musik, acara di televisi, games, dll. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada Luqman untuk mengajarkan aqidah kepada anaknya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS Luqman; 14)
=================================
Sumber Foto : Disanguan