Oleh: Hamsina Halik
(Member Revowriter)
Bulan Rajab mengingatkan kita pada peristiwa yang sangat penting. Peristiwa yang sarat dengan makna dan hikmah serta adanya hukum-hukum yang diberikan yaitu peristiwa Isra Mia’raj. Dalam Isra Mi’raj ini perintah kewajiban shalat lima waktu disampaikan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Perintah shalat merupakan perintah agar manusia terbebas dari penghambaan yang tak pasti. Penghambaan yang tak berdasar. Tak sesuai dengan fitrah manusia.
Allah SWT memposisikan shalat ini sebagai amalan yang paling utama. Amalan yang akan dihisab lebih awal. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Yang pertama dihisab dari hamba Allah pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baik pulalah seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya”. (HR. ath-Thabarani).
Dari hadist diatas, kita diberi gambaran bahwa sesungguhnya shalat itu bisa menentukan baik buruknya perbuatan kita. Dengan shalat seseorang akan bisa tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Senantiasa terjauhkan dari perbuatan maksiat. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“…Dirikanlah shalat. Sungguh shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Sungguh mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain)…”. (TQS. al-Ankabut: 45)
Dengan demikian, jika shalat ditunaikan dengan baik, berangkat dari keimanan yang kokoh dan dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka shalat ini akan mampu membuat seorang muslim menjadi orang yang senantiasa taat pada syariah-Nya. Bersegera melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi kemaksiatan dan kemungkaran. Menjadi bagian dari orang-orang yang menyeru kemakrufan dan memerangi kemungkaran sesuai dengan kemampuannya. Berislam secara kaffah, tak mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian. Termasuk didalamnya, memenuhi seruan kewajiban penerapan syariah secara kaffah dalam bingkai khilafah Islamiyyah. Karena, inilah yang menjadi kunci bagi tegaknya kewajiban-kewajiban syar’i dan kemakrufan lainnya.
Sayangnya ketiadaan khilafah saat ini merupakan kemungkaran terbesar sepanjang sejarah Islam. Peristiwa penghapusan Khilafah Ustmaniyyah dan pendeklarasian negara Turki sekular oleh Musthafa Kamal pada 28 Rajab 1342 H menjadi moment yang menyakitkan kaum muslimin. Maka, dengan moment Isra Mi’raj kali ini mestinya bagi umat dijadikan sebagai waktu yang tepat dalam bersegera mengakhiri kemungkaran terbesar ini, hilangnya penerapan syariah secara kaffah. Berjuang menegakkan khilafah Islam kembali karena itu adalah janji Allah SWT. Sehingga kemenangan itu akan diraih kembali. Kepemimpinan Islam akan tegak kembali. Sebagaimana disebutkan dalam hadist, Nabi SAW bersabda:
“Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam”. [HR. Imam Ahmad]
Hadist diatas memberikan gambaran kepada kepada kita bahwa ada lima fase kepemimpinan dalam islam, yang dimana fase terakhir itu adalah kembalinya kekhilafahan. Yaitu:
- Fase Kenabian
Pada fase ini, umat Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW dan berakhir masa kenabian ini dengan wafatnya Rasulullah SAW.
- Fase Khilafatan ‘ala Minhajin Nubuwwah
Ini adalah masa para Khulafaur Rasyidin, dengan masa kepemimpinan 30 tahun dan berakhir dengan wafatnya Khalifah Ali.
- Fase Raja ‘Yang Menggigit’
Pada fase ini dikuasai oleh raja-raja yang menggigit datang dengan silih berganti dengan sebutan yang berbeda-beda. Yaitu; Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Ustmaniyyah yang berakhir pada tahun 1924. Dengan berakhirnya Dinasti Ustmaniyyah, maka kepemimpinan pada fase ini telah berkahir pula. Raja pada fase ini disebut ‘raja menggigit’ karena mereka masih menggigit Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW.
- Fase Diktator (Mulkan Jabbriyyan)
Sepanjang sejarah perjalanan umat manusia, fase ini adalah masa yang paling krisis kepemimpinan. Fase yang tidak ada khalifah yang memimpin seluruh manusia dimuka bumi ini. Tidak ada kekhalifahan dan inilah fase kita saat ini. Dari segi kuantitas, umat Islam banyak namun bagaikan buih di lautan, terombang-ambing tak jelas arah. Mayoritas tapi hati individu-individu yang tercabik-cabik dengan paham kedaerahan (nasionalisme) yang sempit, mahzab yang berbeda, aliran keagamaan, gerakan dan kepentingan yang berbeda. Diperebutkan untuk dijadikan mangsa buas, diperalat kemudian dibungkus jika sudah tak berguna lagi. Para penyampai kebenaran Islam dipersekusi, mata dan telinga mereka tak lagi mau menerima kebenaran Islam. Hati mereka sudah tertutupi dengan kegelapan.
Kondisi kamu muslimin saat ini, hari demi hari jauh lebih buruk dari hari sebelumnya. Dalam urusan ekonomi, politik, pendidikan, moral, keadaan alam dan sebagainya. Pergantian pemimpin dari waktu ke waktu tak membuahkan hasil yang memuaskan terutama untuk para rakyat kecil, bukannya sejahtera justru semakin sengsara. Yang ada hanyalah bagaimana para penguasa dan orang-orang kapital semakin jaya sedangkan rakyat semakin miskin dan melarat. Dan fase ini akan berakhir sebagaimana yang disebutkan dalam hadist Nabi SAW diatas.
- Fase Khilafah akan datang kembali
Fase kekhilafahan inilah yang akan menutup fase kediktatoran, khilafah akan kembali memimpin umat manusia seluruhnya.
Pada Desember 2004, The National Intelligence Council – Dewan Intelijen Nasional CIA memprediksi bahwa di tahun 2020 sebuah Khilafah baru akan muncul di kancah dunia. Dan juga pernyataan resmi CIA di New York Times mengatakan bahwa menurut angka-angka hitungan mereka dunia masa depan akan kembali dipimpin oleh Khilafah Islamiyyah di tahun 2020. Sedangkan badan intelijen Rusia KGD puncak-puncak Khilafah Islamiyyah pada tahun 2025.
Janji Allah SWT sangat jelas bahwa kepemimpinan Islam dengan penerapan Islam kaffah akan segera tegak. Tinggal kita sebagai muslim memantaskan diri apakah akan bergabung dalam perjuangan mulia ini atau sebaliknya menjadi bagian dari yang menolak penerapan syariah kaffah, penegakan khilafah dan menjadi penghalang bagi pejuangnya?
Wallahu a’lam
=================================
Sumber Foto : Bangka Pos