Oleh : Tri Silvia
(Pemerhati Sejarah)
#MuslimahTImes — Dua puluh satu April, Indonesia memperingati Hari Kartini. Anak-anak sekolah dan pegawai negeri memiliki rutinitas di hari tersebut, khusus kaum wanita wajib memakai kebaya dan konde. Banyak perlombaan yang digelar di hari itu, salah satu yang tak pernah ketinggalan adalah lomba fashion show, wanita berkebaya, berkonde ditambah riasan menor berlenggak-lenggok di atas panggung. Untuk mengingat jasa-jasa ibu Kartini katanya. Apakah tepat yang dilakukan?
Ibu Kartini dengan nama lengkap Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan seorang tokoh wanita yang mencoba untuk mendobrak sekat-sekat budaya yang menempatkan kaum wanita pada posisi lebih rendah dibanding kaum lelaki, dalam berbagai hal (menurutnya). Ketertarikan beliau terhadap pendidikan bagi kaum pribumi terutama wanita terlihat dalam idenya untuk membangun sekolah wanita pribumi. Selain itu kecintaan berkorespondensi dengan orang-orang Belanda yang menginspirasinya membuat pemikiran Kartini begitu menarik untuk diketahui. Dari aktivitas korespondensinya terkumpulah sejumlah surat yang kemudian dibukukan dengan judul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’.
Terlepas dari berbagai klaim masyarakat atas pemikirannya. RA Kartini dianggap sebagai salah satu Srikandi yang begitu peduli pada hak-hak kaum wanita Indonesia. Fotonya begitu familiar di tengah masyarakat, wajah wanita Jawa yang bersahaja dibalut kebaya sederhana dan konde di kepalanya. Inilah yang menginspirasi generasi setelahnya dalam memperingati hari Kartini, mereka memakai konde dan kebaya tiap tahunnya.
Kata srikandi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bermakna wanita yang gagah berani atau pahlawan wanita. Bersandar pada pengertian ini, maka kita akan temukan banyak lagi srikandi-srikandi lain di Indonesia, yang jasanya bahkan jauh lebih besar dibandingkan Kartini. Dan mereka termasuk muslimah yang taat, bahkan beberapa diantaranya dikenal sebagai ulama. Siapa sajakah mereka?
Dalam buku yang berjudul “Jifara Sniper Wanita Perang Suriah“, penerbit Rais Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), karangan R. Armando (pondokislami.com). Disebutkan bahwa ada tiga tokoh pahlawan muslimah dari nusantara yang belum banyak diketahui kiprahnya oleh masyarakat. Padahal sepak terjang perjuangan para muslimah srikandi nusantara yang gagah perkasa ini sangat luar biasa dan layak untuk dijadikan idola serta panutan bagi generasi muda.
Cut Nyak Dien, adalah satu dari sekian banyak srikandi wanita Islam pejuang Nusantara yang berani mengangkat senjata untuk mengusir penjajah Belanda. Sejak kecil, Cut Nyak Dien dididik dengan ilmu agama dan ilmu keterampilan keluarga.
Cut Nyak Dien menikah dengan seorang putera bangsawan Aceh yang bernama Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Suaminya adalah seorang alim, taat beragama dan memiliki wawasan luas. Ketika suaminya syahid di medan pertempuran, Cut Nyak Dien kemudian menikah dengan Teuku Umar yang mengijinkan dirinya untuk terjun ke medan laga bersama. Keduanya menjadi pasangan yang cukup ditakuti oleh Belanda, hingga syahid nya Teuku Umar dalam rencana penyerbuannya ke Meulaboh. Ketika itu, Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan suaminya dengan memimpin pasukan gerilya bertahun-tahun lamanya. Ia mendapat bantuan dari para hulubalang, datuk serta penyair yang selalu mengobarkan semangat perlawanan. Ribuan tentara Belanda tewas, jutaan uang sudah dikeluarkan. Namun, perang gerilya yang dilakukan Cut Nyak Dien belum berhasil dipatahkan. Cut Nyak Dien terus bergerilya di pedalaman Meulaboh hingga masa tuanya. Sampai akhirnya ia pun tertangkap oleh Belanda dan ditawan untuk kemudian diasingkan ke Sumedang dan wafat disana.
Laksamana Malahayati, The First Woman Admiral, satu lagi srikandi dari tanah Serambi Makkah Aceh. Masa hidupnya jauh lebih dahulu dari Cut Nyak Dien. Ia adalah seorang pahlawan wanita yang juga gigih mengusir kaum penjajah dari Bumi Serambi Mekkah. Laksamana yang memiliki nama asli Keumalahayati adalah seorang puteri bangsawan berdarah biru. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah, sedangkan kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah yang ternyata putera dari Sultan Salahuddin Syah, yang memimpin Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1530–1539 M. Adapun Ayah dari Sultan Salahuddin, yaitu Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah, merupakan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. Pendidikan yang kental dari keluarga menjadikan Keumalahayati menjadi sosok wanita hebat yang tidak hanya menguasai medan pertempuran laut, tetapi juga negosiasi dan diplomasi.
Melanjutkan pendidikannya di akademi militer Kesultanan Aceh Darussalam (Askar Baitul Makdis), Keumalahayati ditunjuk sebagai Komandan Protokol Istana Darud Dunia Kesultanan Aceh Darussalam. Selain itu, ia kemudian diangkat sebagai Laksamana wanita pertama bergelar yang membawahi 2.000 pasukan dan 100 kapal (galey). Armada ini disebut dengan Armada Inong Balee. Prestasi luar biasa Laksamana Malahayati yaitu saat diperintahkan untuk menyerang armada Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Alhasil, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya terbunuh. Sementara yang terluka dibiarkan kembali ke negaranya.
Nyi Ageng Serang adalah seorang puteri bungsu dari Bupati Serang kala itu, Panembahan Natapraja. Wanita yang bernama asli RA. Kustiyah Wulaningsih Retno Edi ini menggantikan ayahnya setelah mangkat sebagai Bupati Serang dan kelak lebih dikenal dengan Nyi Ageng Serang. Beliau sangat dekat dengan rakyatnya dan terkenal karena kearifan dan kebijaksanaanya. Di samping itu, Nyi Ageng Serang pun juga mahir dalam seni perang. Nyi Ageng Serang mendapat amanah untuk menjadi pimpinan pertahanan Serang selepas wafatnya Putra Panembahan Natapraja (saudara lelakinya). Pertempuran demi pertempuran berlangsung sengit antara pasukan Nyi Ageng Serang dan Belanda, hingga kemudian Nyi Ageng Serang tertangkap.
Setelah dibebaskan, Nyi Ageng Serang menikah dengan Pangeran Kusumawijaya, dari keduanya lahirlah seorang wanita yang dikemudian hari menikah dengan putra Sultan Hamengkubuwono II (Pangeran Diponegoro) dan memiliki anak yang bernama Pangeran Papak. Selepas syahidnya Pangeran Kusumawijaya dan dibuangnya besan juga menantunya, Nyi Ageng Serang menggembleng dan membesarkan Pangeran Papak. Beliau selalu mengawal perjuangan Pangeran Papak hingga akhirnya sang srikandi pejuang wanita islam dari tanah Jawa inipun kembali keharibaan-Nya pada usia 76 tahun.
Selain ketiganya masih banyak lagi srikandi muslimah yang perjuangannya begitu besar bagi umat islam nusantara. Sultanah Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan, Siti Aisyah We Tenriolle, Rohanna Kudus, Ratu Kalinyamat, Nyi Ageng Serang, Tengku Fakinah, Pocut Baren, Cut Nyak Meutia, Pocut Meurah Intan, Siti Walidah, Rohana Kudus, Rahmah El-Yunusiyah, H.R. Rasuna Said, dan lain-lain.
Sedih menyelimuti hati tatkala membaca biografi demi biografi para muslimah pejuang nusantara di atas. Sejarah mereka banyak yang telah diputarbalikkan. Kisah perjuangan yang tidak diceritakan sepenuhnya, bahkan ada pula yang dibubuhi kisah-kisah mistis. Berbagai dugaan beredar tentang foto para pejuang muslimah ini, yakni terkait pemakaian hijab. Dugaan tersebut sangat wajar mengingat seluruh foto yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia berasal dari sebuah lembaga Belanda yang bernama Koninklijk Instituut voor Taal Land-en Volkenkunde (KTILV) Universitas Leiden Belanda.
Sama halnya dengan sejarah para pahlawan nusantara yang mengalami banyak sekali pengkaburan, umat Islam pun dihadapkan pada distorsi besar-besaran tentang kejayaan umat Islam di bawah pemerintahan Khilafah Islamiyah. Tidak hanya dikaburkan, mereka berusaha untuk mengubur dalam-dalam segala kisah tentangnya sehingga umat jauh dari gambaran penerapan Islam kaffah. Umat menganggap bahwa segala usaha untuk mengembalikannya adalah mustahil dan bentuk pemerintahannya hanya bersifat khayali.
Namun kini, sejarah telah mulai terungkap, sedikit demi sedikit. Melalui berbagai periwayatan dan sisa-sisa bukti keberadaannya. Khilafah yang dahulu terasa asing di tengah umat Islam, kini sudah tak asing lagi. InsyaAllah masanya telah dekat, masa dimana Islam akan kembali berjaya dalam kehidupan umat. Aamiin.
Wallahu a’lam bis shawab
============================
Sumber Foto : Bangka Pos