Oleh : Bunda Rizqy
(Praktisi Pendidikan)
Rezeki bagi kaum kapitalis selalu diasumsikan dengan uang yang banyak. Mobil mewah, rumah megah, perhiasan indah, harta berlimpah dan segala hal yang berbau materi.
Hal ini berbanding terbalik dengan kaum muslim. Rezeki bagi orang yang beriman tidak selalu diasumsikan dengan bentuk materi. Segala bentuk kebaikan, sekecil apapun itu, adalah rezeki dari Allah Swt. bagi orang-orang yang beriman.
Sungguh, saat kita bangun tidur, tubuh bisa digerakkan dengan nyaman dan paru-paru bisa bernafas lega adalah rezeki. Karena banyak saudara kita yang terbaring lemas dengan tangan terpasang selang infus dan hidung tersambung selang oksigen untuk bisa melegakan nafas.
Saat perut lapar, masih ada beras yang bisa kita masak untuk makan sekelurga, itu juga rezeki. Sementara di luar sana, banyak kita lihat ibu-ibu menggendong anaknya mengamen atau menjual koran di tengah terik matahari untuk bisa membeli sesuap nasi.
Ketika melihat anak-anak kita semangat dan ceria saat berangkat ke sekolah, ini juga merupakan rezeki. Karena di luar sana masih banyak anak yang terlantar tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya. Juga anak-anak yang bolos sekolah karena terpengaruh lingkungan pergaulan.
Bisa dengan ringan melangkahkan kaki ke majelis-majelis ilmu, itu juga rezeki. Karena tidak semua orang mendapat hidayah dari Allah Swt. untuk mau menuntut ilmu. Lihat saja di sekitar kita, saat ini lebih banyak orang yang enjoy dengan gadget atau tanya langsung dengan “mbah” google jika menghadapi masalah.
Memiliki teman-teman sholihah yang selalu mengajak ke jalan Allah, juga merupakan rezeki. Karena saat ini, betapa banyak teman yang hanya suka mengajak pada kemasiatan. jarang sekali yang suka nasehat-menasehati dalam kebaikan (Islam).
Masya Allah, ternyata sangat banyak rezeki karunia Allah Swt. jika kita mau memahami dan merenungi.
Bahkan rezeki tidak selalu berupa materi atau sesuatu yang enak-enak saja. Ternyata sakitpun termasuk rezeki, karena bisa menggugurkan dosa.
“ Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya “. (HR Bukhari No. 5660 dan Muslim No. 2571 )
“ Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya “. ( HR Bukhari No. 5641 ).
Rezeki yang Allah Swt. karunaikan kepada kita tidak bisa dihitung karena sangat banyaknya. Hingga Allah Swt. bertanya kepada kita berkali-kali di QS Ar Rahman. “Nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?”
Ampuni kami Ya Allah, jika kurang bisa mensyukuri semua nikmat yang Engkau karuniakan kepada kami. Karena ketidakpahaman kami terhadap hakekat rezeki. Kebanyakan kami hanya memahami kalau rezeki itu hanya berupa uang, harta, kekayaan, dan semua yang berwujud materi. Ternyata rezeki karuniaMu begitu banyak hingga kami tak sanggup menghitungnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah ra berkata : “ Nikmat Allah yang paling besar terhadap hambaNya adalah nikmat iman. Iman adalah ucapan dan perbuatan, dia bisa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan taat dan kebaikan. Berkurang dengan kefasikan dan kemaksiatan. Setiap kali bertambah amal seseorang, akan bertambah pula keimanannya”.
Inilah rezeki terbesar bagi seorang muslim, yakni Islam dan Iman. Maka dari itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri setiap rezeki karunia Allah Swt. tersebut. Bukti syukur kita adalah dengan tunduk taat pada syariat Allah Swt. yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah. Juga meneladani Rasulullah Muhammad Saw.
In syaa Allah kita akan selamat dunia akhIrat. Amin.