Oleh. Hana Annisa Afriliani,S.S
#MuslimahTimes –Menjadi muslim sejati adalah dambaan. Bagaimana tidak, karena surga adalah tujuan akhir dari perjalanan hidup setiap manusia. Namun untuk menjadi muslim sejati tentu kita harus paham Islam seutuhnya. Bukan setengah-setengah. Maka, kita butuh mengkaji Islam. Bukan sembarang ngaji, tapi ngaji Islam secara kaffah. Dari A-Z. Sebab Islam itu sempurna, mengtur seluruh aspek kehidupan manusia. Dari bangun tidur sampai bangun negara.
Muslim sejati akan senantiasa mengharap ridho ilahi. Tak berani menyentuh dosa meski seujung kuku. Bukan apa-apa, ada ketakutan di hati akan hisab di kemudian hari. Maka, seorang muslim sejati akan senantiasa berupaya mengikatkan setiap perkataan dan perbuatannya pada hukum syara semata.
Namun, betapa banyak di antara kita yang masih menyepelekan hal-hal kecil. Seolah tak ada hukum syara yang melekat atasnya. Entah karena ketidakpahaman atau sengaja mengabaikan hukumnya.
Pertama, makan dan minum sambil berdiri. Ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Betapa sering kita temui orang yang asyik menyantap makanan sambil berdiri bahkan berjalan. Sudah biasa, bukan hal aneh. Dalam sebuah pesta pernikahan pun, misalnya, si empunya hajat seringkali menerapkan format standing party. Dan tentu makan sambil berdiri menjadi bagian yang tak terpisahkan darinya. Padahal Islam melarang yang demikian.
Kedua, makan dan minum dengan tangan kiri. Ini sepele. Tapi nyatanya banyak orang yang masih melakukannya. Seolah biasa, padahal dosa. Adapun makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan merupakan adab yang diajarkan dalam Islam.
Hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma:
إذا أَكَلَ أحدُكُم فليأكلْ بيمينِهِ . وإذا شرِبَ فليشربْ بيمينِهِ . فإنَّ الشَّيطانَ يأكلُ بشمالِهِ ويشربُ بشمالِهِ
“jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR. Muslim no. 2020).
Ketiga, Ghibah alias ngomongin orang. Ini juga hal yang hampir terjadi dimana-mana, baik di kalangan nenek-nenek, emak-emak, sampe muda-mudi. Rumpi menjadi bagian keseharian. Padahal ghibah adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Bahkan Rasulullah saw mengatakan bahwa pelaku ghibah diumpamakan seperti orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri yang sudah mati. Saking hinanya perilaku ghibah.
Keempat. Tidur Tengkurap. Islam.melarang tidur dengan tengkurap.
Dari Ibnu Tikhfah Al Ghifari, dari Abu Dzarr, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat di hadapanku dan ketika itu aku sedang tidur tengkurap. Beliau menggerak-gerakkanku dengan kaki beliau. Beliau pun bersabda, “Wahai Junaidib, tidur seperti itu seperti berbaringnya penduduk neraka.” (HR. Ibnu Majah)
Bukankah Rasul telah mensunahkan tidur miring menghadap kanan? Yuk. Kita ikuti sunnah Rasul.
Kelima, masuk ke rumah orang tanpa izin. Nah, ini juga sering dipraktikan orang. Nyelonong masuk ke rumah yang bukan miliknya, karena menganggap sudah kenal dekat, seperti saudara atau keluarga sendiri. Padahal Islam memiliki aturan terkait adab bertamu loh.
Keenam, bercanda dengan berbohong. Nah, ini mungkin banyak diamalkan para orangtua terhadap anaknya. Maksudnya membercandai, namun sesungguhnya lisannya tengah berdusta. Misalnya, saat orangtua mengatakan bahwa mainan anaknya diambil orang, padahal sebenarnya mainannya disembunyikan. Atau mengatakan “tuh ada badut, ayo tidur!” sebetulnya tidak ada badut sama sekali. Hal tersebut sudah terkategori dusta yang diharamkan.
Padahal Islam melarang berdusta meskipun dalam rangka bercanda.
“Seseorang tidak dikatakan beriman seluruhnya sampai ia meninggalkan dusta saat bercanda dan ia meninggalkan debat walau itu benar.” (HR. Ahmad)
Dengan demikian, sudah sepatutnya setiap diri memperhatikan apa-apa yang diperbuatnya. Sudahkah sesuai dengan hukum syara? Sejatinya berislam kaffah adalah berupaya menerapkan ajaran Islam dalam seluruh kehidupan kita.
========================
Sumber Foto : Hijaz