Oleh : Laila Thamrin
(Praktisi Pendidikan)
#MuslimahTimes — Keke Challenge.Sebuah tantangan menari diiringi lagu “In My Feelings” yang dinyanyikan oleh Drake, penyanyi yang juga rapper asal Kanada. Andai hanya menari biasa tentu tak jadi “challenge.” Tapi, menari dengan cara yang cukup unik, bahkan membahayakan, itulah yang menjadi challenge atau tantangannya.
Seseorang akan “melompat” dari mobil saat mobil masih berjalan, meski pelan. Kemudian dengan pintu mobil masih terbuka, dia menari di samping mobil sambil mengikuti jalannya mobil itu. Dan pengemudi merekam aksi temannya sambil terus menyetir. Diiringi lagu milik Drake tersebut, dia menari ala Shiggy, komedian asal AS yang pertama kali mengunggah video tariannya. Tarian Shiggy dengan gerakan tangan membentuk hati untuk menanyakan “Keke Do You Love Me?” inilah yang diikuti.
Tantangan ini viral di dunia. Artis Indonesia juga tak mau ketinggalan. Sederet nama artis ibukota ikut meramaikan tantangan ini. Seperti Ria Ricis, Aura Kasih, Nia Ramadhani Bakrie, Jessica Iskandar, dan lain-lainnya.
Sekilas tantangan ini asik dan menyenangkan. Namun ternyata mengundang bahaya. Bagaimana tidak. Saat pelaku tantangan sedang asik bergoyang, bisa saja terjadi kecelakaan yang tak diinginkan. Sudah beberapa yang mengalaminya. Tertabrak tiang. Terjatuh saat berjoget. Bahkan tak menutup kemungkinan mobilnya yang celaka, tersebab si pengemudi sibuk merekam temannya yang sedang meliuk-liuk. Sedangkan kemudinya tak terkendali.
Sedihnya lagi, banyak pelakunya adalah para pemuda Islam. Mereka senang melakukannya. Membebek pada Barat menjadi kebiasaan pemuda Islam sekarang. Seolah Barat dan seluruh produknya selalu “the best.”
Beginilah potret generasi muda Islam zaman now. Kebebasan telah menjangkiti generasi. Berbuat sesukanya. Tak ingin dibatasi dengan norma apapun. Ekspresi diri yang kebablasan. Kebebasan berbuat yang membawa kesenangan sesaat adalah ciri gaya hidup Liberalisme.
/Generasi Rusak, Apa Penyebabnya?/
Sekulerisme yang telah memisahkan agama dari kehidupan adalah biang kerusakannya. Agama hanya diletakkan diruang privat. Saat mereka butuh diwaktu tertentu, barulah agama dilirik dan dipakai. Namun ketika mereka berinteraksi dengan sesama manusia lainnya, agama ditanggalkan. Mereka bebas berperilaku sesuka hatinya. Kebebasan individu dijunjung tinggi. Sehingga wajar dijumpai kerusakan demi kerusakan. Karena semua ukurannya manfaat hanya untuk dirinya pribadi.
Parahnya, kerusakan ini menimpa pula pada generasi muda Islam. Yang harusnya menjadi ujung tombak perjuangan. Dan penyangga utama perubahan umat, bangsa dan negara. Karena tak dipungkiri secara fisik mereka masih kuat. Dan semangat perjuangan paling membara pada usia ini. Namun kenyataannya mereka hanyalah sosok pemuda yang suka “memungut” sampah peradaban Kapitalisme, kemudian dipakai menjadi jubahnya. Akibatnya, peradaban Islam yang mulia terasa sulit untuk diraih.
Padahal di tangan generasi muda inilah perubahan umat bisa terjadi. Mereka tumpuan tegaknya sebuah peradaban bangsa. Masih ingat bukan bagaimana era Reformasi di negeri ini dimotori oleh para pemuda? Jika kita tarik lebih jauh lagi ke belakang, peristiwa Rengasdengklok sehari sebelum proklamasi kemerdekaan RI, juga dipelopori para pemuda. Hingga menghantarkan pada kemerdekaan yang dinanti pada 17 Agustus 1945.
Bahkan jika kita teropong lagi ke masa Rasulullah Saw, maka kita dapati bahwa tegaknya Islam di masa Rasulullah pun dilakoni oleh para pemuda muslim yang tangguh.
Maka tak salah kiranya ucapan Bung Karno, Presiden RI yang pertama, “Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia.”Sepuluh pemuda akan mampu mengguncang dunia, dengan satu catatan, mereka fokus pada perjuangan. Menjadi pemuda yang cerdas, kreatif, inovatif, berani dan berjiwa pemimpin. Bukan generasi yang hanya bersenang-senang demi kenikmatan dunia semata.
/Potret Pemuda dalam Islam/
Rasulullah Saw telah mengabarkan akan posisi pemuda dalam Islam. Beliau bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allâh dibawah naungan ‘Arsynya pada hari tidak ada naungan selain naungan Allâh Azza wa Jalla (yaitu) : imam yang adil; Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla ; Seorang laki-laki yang mengingat Allâh dalam kesunyian (kesendirian) kemudian dia menangis (karena takut kepada adzab Allâh); Seorang laki-laki yang hatinya selalu bergantung dengan masjid-masjid Allâh; Dua orang yang saling mencintai, mereka berkumpul dan berpisah karena Allâh Azza wa Jalla ; Dan seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang permpuan yang memilki kedudukan dan cantik akan tetapi dia menolak dan berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan sesuatu yang ia sembunyikan, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR Ahmad, Thabrani dalam al-Mu`jamul Kabir dan lainnya).
Kata _shabwah_ yang dikaitkan dengan pemuda pada hadis di atas, dijelaskan dalam kitab Faidhul Qadir(2/263) sebagai pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya. Sebaliknya, dia membiasakan diri melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
Demikianlah potret pemuda dalam Islam. Mereka orang-orang yang senantiasa mengikatkan dirinya hanya pada aturan Islam. Menjaga untuk selalu melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan Allah. Pemuda yang hatinya terpaut hanya dengan Rabbnya. Yang tawadhu dan selalu menjaga pandangannya dari hal-hal yang terlarang. Dan senantiasa berjuang untuk tegaknya Islam di muka bumi ini.
Jika kita tengok kembali kejayaan Islam, akan kita temui sosok para pemuda Islam yang hebat. Di tangan mereka kejayaan Islam terukir. Sebut saja diantaranya Mush’ab bin Umair, dia tercatat sebagai duta pertama Nabi Muhammad Saw yang diutus untuk berdakwah di Yatsrib (Madinah). Mush’ab bin Umair terkenal sebagai pemuda yang tampan, cerdas dan kaya. Setelah memeluk Islam, dia dipilih oleh Rasulullah Saw karena kecakapan dan kecerdasannya. Dia pun berhasil mengislamkan hampir seluruh masyarakat Madinah setelah satu tahun berdakwah di sana.
Tercatat pula sahabat Usamah bin Zaid yang telah dipilih oleh Rasulullah Saw sebagai Panglima Perang, saat jihad untuk melawan pasukan Romawi. Padahal, usianya baru menginjak 18 tahun. Dan pasukan yang dipimpinnya mampu memenangkan peperangan.
Satu lagi yang paling fenomenal hingga sekarang, yaitu Sultan Muhammad Al Fatih. Diusia 21 tahun, dia telah mampu menaklukkan Konstantinopel, ibukota Byzantium (Romawi Timur). Ternyata dialah pemimpin yang dikabarkan oleh Rasulullah Saw saat beliau masih hidup. Beliau Saw bersabda, “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya. Dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.“(HR. Ahmad)
Ini membuktikan bahwa digenggaman seorang pemuda, kemenangan dan kejayaan Islam mampu diraih.
Andai saja negeri ini berpijak pada Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw dalam pengaturan kehidupan rakyatnya, tentu para pemuda Islam di negeri ini akan menjadi pelopor perubahan umat sebagaimana para pemuda generasi salafus salih. Di tangan mereka pasti kejayaan Islam akan kembali terukir. Hidup para pemuda akan terarah pada tujuan yang jelas. Karena ketika Islam menjadi pijakan negara, akan dibuatlah berbagai macam undang-undang yang akan menjamin kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan akan terarah pada pembentukan kepribadian Islam yang tangguh. Dimana aqliyah(pola pikir) dan nafsiyah(pola sikap) peserta didik diarahkan dengan landasan Islam.
Ikatan syariat akan membalut setiap aktifitas kaum pemuda. Sehingga mereka tak mudah terjerumus dalam aktivitas yang sia-sia yang hanya akan membawa keburukan pada kehidupan dunia dan akhirat.
Negara akan mengawasi dengan ketat pemahaman umat. Agar tak ada satupun pemahaman asing yang membahayakan aqidah dan syariat bisa masuk dan berkembang di dalam negeri Islam. Sehingga tercetaklah generasi muda Islam yang taat pada syariat serta produktif. Kemajuan peradaban pun akan terwujud. Dan negara akan memiliki kekuatan besar dari para pemudanya ini.
/Penutup/
Keke Challenge hanyalah segelintir produk peradaban Kapitalisme yang melenakan generasi muda Islam. Yang ketika mereka menjawab tantangan ini tak memberikan pengaruh pada perubahan umat. Justru yang patut dipertanyakan saat ini, sudahkah para pemuda Islam menjawab tantangan utama dunia yaitu menegakkan Islam Kaffah untuk seluruh umat manusia? Semua menanti jawabannya. Wallahu a’lam bish shawwab. []
========================
Sumber Foto : Celebrity Pet Worth