Oleh : Nurul Rachmadhani
Alkisah ada seorang ibu yang tinggal di suatu negeri. Dia adalah wanita yang kuat, sabar, dan tak takut akan ancaman. Sebut saja dia Cempaka. Cempaka pernah dimasukkan ke dalam penjara dengan tuduhan yang sebenarnya dia tidak mengerti, secara tiba- tiba dan tak masuk akal. Padahal apa yang dilakukan Cempaka adalah tidak menyalahi aturan, dia hanya berusaha untuk menyampaikan kebenaran.
Dengan perjuangan yang cukup memakan waktu, alhamdulillah Cempaka sudah bebas. Hingga pada suatu hari, Cempaka berkenalan dengan seorang teman di dalam satu grup kajian di media whatsapp, sebut saja dia Kenanga. Alhamdulillah dengan izin Allah akhirnya mereka berteman, walaupun belum pernah berjumpa secara langsung tapi keduanya merasa sudah saling mengenal lama, karena mereka memiliki akidah Islam yang sama. Dan pertemanan ini bisa terjalin semata- mata untuk menggapai ridha Illahi.
Hingga pada suatu hari, Cempaka menceritakan pengalaman pahitnya selama dia tinggal di dalam sel tahanan pada Kenanga.
Dengan hati terbuka dan penuh rasa penasaran, Kenanga pun mendengarkan cerita pengalaman Cempaka. Mendengar ceritanya sungguh miris tak tertahankan, gerah, marah, sakit hati, emosi, dan masih banyak rasa yang bergemuruh dalam batin Kenanga. Tak terbayangkan, dia seorang ibu dari dua orang anak yang harus rela berpisah dari keluarganya pada saat itu dengan perasaan legowo, pasrah, tapi harus bisa kuat menghadapi cobaan yang diberikan.
Bagaimana tidak miris mendengarnya, Cempaka dimasukkan kedalam penjara setelah proses BAP selama 24 jam, setelah masuk ke dalam sel tahanan dengan kondisi yang sangat lemah, lelah karena tidak tidur selama 36 jam, Cempaka langsung disambut oleh tahanan terlama disana dengan perlakuan yang kurang mengenakkan. Cempaka harus membayar uang sebesar sepuluh juta rupiah, dan katanya itu untuk membeli kamar. “Haaah membeli kamar!” sontak Kenanga kaget mendengarnya. Ia sedikit tak percaya.
” Tapi ini nyata mba,” ucap Cempaka. “Lalu bagaimana?”, Sahut Kenanga. Cempaka pun melanjutkan ceritanya.
Pada saat itu, dia tidak membawa uang sepeser pun, akhirnya dengan suara letih, dia menjawab ” iya nanti saya bicarakan dengan keluarga saya, sekarang izinkan saya untuk istirahat dulu”, pada saat itu waktu menunjukkan pukul 2.30 dini hari. Kenanga pun dibuat bingung, bagaimana bisa sesama tahanan dengan enaknya meminta uang yang begitu banyak jumlahnya kepada tahanan lainnya, apakah karena dia sebagai senior di sana jadi bisa seenaknya meminta uang pada tahanan baru, dan apakah petugas di sana tidak mengetahui hal ini. Dan ternyata Cempaka memberi jawaban yang menggetarkan hati, membuat wajah Kenanga menjadi sedih dan muram. Cempaka mengatakan bahwa petugas sudah bekerjasama bahkan tahanan terlama di sel sana sudah diberi perintah. Kenanga pun hanya bisa duduk lemas.
Menurut Cempaka, penjara sudah bagaikan surga bagi para penghuni yang berduit, karena penjara di sana tidak membuat pelaku kejahatan jera. Harga kamar pun bervariasi, bahkan ada yang harganya 25 juta rupiah, harga kamar menentukan fasilitas kamar. Didalam kamar yang Cempaka tinggali terdapat pemanas air untuk masak air minum, ada kasur bantal dan guling, ada alat komunikasi, bahkan ada saluran televisi kabel berbayar, jadi di dalam sel pun masih bisa menonton televisi. Kenanga hanya bisa bengong, dia membayangkan sebuah penjara bagaikan sebuah hotel, dan bayangan Kenanga pun dibenarkan oleh Cempaka, sebab Cempaka bilang kalau di dalam ruang portirnya setiap penghuni baru akan ditanyakan dan ditawari kita mau kamar apa, ada kamar standart, deluxe, juga super deluxe.
Awalnya, Cempaka menganggap ini adalah candaan para petugas lapas saja, tapi ternyata tidak. Itu adalah kenyataan yang Cempaka alami. Para penghuni lapas yang ingin melakukan hubungan suami isteri pun bisa, disediakan ruangan khusus dengan membayar uang sebesar lima juta rupiah, itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang berduit tentunya, bagi yang tidak memiliki uang, mereka bila ingin melakukan hubungan hanya di ruang besukan yang hanya di halangi kursi plastik sampai atas saja.
Tak hanya itu, banyak tahanan wanita yang tidak memiliki uang akhirnya dengan rela menjual harga dirinya hanya untuk mendapatkan uang dan bisa membeli fasilitas di dalam sel tahanan. Harga wanita ini pun variatif, dan wanita- wanita ini bisa digunakan oleh para tahanan laki- laki. Tahanan laki- laki yang ingin menggunakam jasa esek-esek ini harus membayar uang koordinasi kepada petugas sebesar lima ratus sampai tujuh ratus ribu rupiah, sedangkan si wanita hanya dibayar tiga ratus sampai lima ratus ribu saja untuk satu kali main.
“Astagfiraullah,” ucap Kenanga menimpali. Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong Kenanga mendengar cerita Cempaka. Kenanga heran bagaimana bisa sebuah penjara yang seharusnya adalah tempat untuk para tersangka, agar tersangka menjadi jera dan bisa keluar dari penjara menjadi pribadi yang lebih baik, tapi dalam sel keadaannya seperti itu? Sungguh hal itu hanya akan membuat para tahanan tidak akan berubah malah bisa membuat para tahanan semakin buas.
Cempaka pun melanjutkan ceritanya, menurutnya tahanan terlama di sana disebutnya palkam atau kepala kamar. Palkam yang satu sel dengan Cempaka memiliki hubungan dengan kepala sipir di sana. Palkam Cempaka hampir setiap hari berkeliaran bebas, tidak pernah ada di dalam sel, kadang dia bisa karokean di ruangan KA sipir sampai tengah malam, lanjutnya.
Kenanga pun bertanya, bagaimana nasib para tahanan yang tidak berduit? Cempaka menceritakan bagi para tahanan yang tidak berduit tidak bisa merasakan mewahnya fasilitas sel penjara, jangankan untuk tidur di atas kasur, untuk minum saja mereka hanya bisa meminum air keran, tidur tanpa alas tanpa tikar, hanya beralaskan dus bekas. Untuk tahanan laki- laki pun apabila menerima besukan dari keluarga harus membayar sebesar seratus ribu rupiah untuk uang buka kunci. Untuk makan saja mereka hanya mendapat nasi dari beras raskin dengan seiris tempe.
Kenanga bertanya, ” maksudnya seiris tempe itu bagaimana?” Cempaka bilang, ” ya hanya seiris, itu seperti tempe yang harga tiga ribu lalu dipotong menjadi dua puluh’. Miris.
Bukan itu saja, bagi para tahanan laki- laki yang tak berduit menurut Cempaka bukanlah hal aneh kalau mereka harus menerima siksaan dan cambukan secara terus menerus.
Kenanga semakin miris mendengarnya, tak ingin mendengar lebih jauh kisah yang menyedihkan dan sangat membuat hati dan jiwa kenanga marah, akhirnya Kenanga pun bertanya bagaimana dengan Cempaka di dalam sel. Cempaka bercerita, bahwa selama hidupnya belum pernah dia di bully dan di intimidasi. Menurutnya, tekanan secara mental bagi penghuni yang tak berduit macam dirinya sudah biasa dan harus bisa diterima. Cempaka juga menguatkan dirinya kalau dia pasti bisa melewati cobaan ini, karena dia yakin Allah SWT bersamanya selama dia yakin dan tetap kuat untuk terus menjaga dan mengutamakan akidah Islam diatas segalanya.
Karena keyakinannya yang begitu kuat kalau Allah bersamanya. Cempaka yang saat itu berfikir tidak mungkin dia bisa membayar sepuluh juta, uang segitu hanya ada di dalam mimpinya, tapi bagi Allah itu sangatlah mudah. Fa inna ma’al usri yusran inna ma’al usri yusran. Allah memberikan satu kesulitan dengan dua kemudahan. Bagaimana tidak, Cempaka yang pada saat itu masuk ke dalam sel jam 2.30 dini hari dengan tangan kosong dan tiba- tiba saja sepuluh menit kemudian masuklah seorang ibu tua yang sepertinya ibu tua ini adalah orang kaya.
Cempaka bangun untuk melakukan sholat subuh setelah sholat, dengan berani dia membangunkan ibu tua untuk sholat juga, karena Cempaka melihat ibu ini memakai kerudung. Setelah selesai sholat, akhirnya Cempaka sempatkan diri mengobrol dengan ibu tua tersebut. Dalam obrolan tersebut, akhirnya Cempaka menjadi seorang pembantu untuk ibu tua itu mulai dari mencuci pakaiannya, dan segala keperluannya. Dengan begitu Cempaka tidak usah membayar uang sepuluh jutanya, dengan menjadi pembantunya juga dia dibayar 200 ribu dalam sepekan. Cempaka juga tidak usah memikirkan makan, minum, bahkan obatnya, karena ibu tua itu yang menanggungnya. Karena bagi Cempaka, dia tidak akan mampu membeli makanan layak di penjara yang harganya begitu fantastis, seperti di hotel bintang lima.
Tetapi ternyata Cempaka bisa menikmati makanan yang layak, malahan selama di penjara Cempaka selalu makan enak, mau makanan apa saja dibelikan oleh ibu tua itu. Ibu tua itu menyuruh penjaga penjara untuk membelinya, dengan catatan para penjaga juga harus dibelikan. Andaikata penjaganya ada sepuluh maka semuanya juga harus dapat. MasyaAllah ternyata ibu tua kaya itu menuruti semua perintah sipir, baginya uang tak masalah asalkan dia dapat hidup dengan layak di penjara.
Cempaka pun bersyukur atas apa yang dialaminya, karena ternyata Allah masih bersamanya. Penjara yang menakutkan dan sangat tidak adil untuk para tahanan yang tidak berduit, tidak sempat dia rasakan bahkan jangan sampai merasakannya. Karena Allah telah memberikan pertolonganNya lewat ibu tua itu. Kenanga pun takjub, semakin yakin bahwa Allah akan menolong dan bersama orang-orang yang membela agamaNya, yang terus berdiri tegak berada di jalanNya. Awalnya Kenanga berfikir apakah Cempaka mendapatkan perlakuan yang baik karena Cempaka hanyalah orang biasa, di luar dugaan Allah telah memiliki rencana yang terbaik untuk Cempaka.
Yang disayangkan oleh Kenanga adalah, kenapa harus Cempaka yang di masukkan kedalam penjara, walaupun di dalam sana Cempaka mendapatkan layanan yang baik, tapi tetap saja penjara adalah tempat untuk orang- orang yang melakukan kesalahan dan kriminal. Padahal Cempaka hanyalah wanita muslimah yang taat yang hanya ingin menegakkan syariat.
Dan tiba- tiba saja suara rengekan bayi Kenanga yang meminta hak nya dipenuhi mengakhiri obrolan pagi mereka. Setelah itu mereka saling mengucapkan salam dan saling menguatkan, mereka berharap agar syariat Islam dapat segera diterapkan di negerinya, agar penjara adalah sebagai hukuman yang dapat membuat jera para pelaku kriminal dan hukum harus adil terhadap semua yang ada di dalam penjara, tidak ada perbedaan antara tahanan berduit ataupun tahanan kere, hukum tidak boleh tajam ke bawah tumpul ke atas. Dan seluruh tahanan harus tetap diperlakukan sebagai manusia yang seharusnya,tidak ada intimidasi dan kekerasan di dalam sana.
Dalam batin Kenanga berharap, agar kejadian yang dialami oleh Cempaka tidak dialami lagi oleh seluruh wanita muslimah di seluruh negeri. Kenanga juga berharap agar Khilafah dapat segera tegak di muka bumi, sehingga negeri tercintanya bisa melaksanakan hukum Islam seluruhnya.