Oleh Kholda Najiyah
#MuslimahTimes — Merebaknya pornografi dan pornoaksi di ruang publik, membawa dampak sosial sangat mengerikan. Anak-anak khususnya, paling banyak menjadi korban. Mereka berada pada posisi lemah, mudah terbujuk dan tidak mampu melawan.
Terlebih dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat, anak-anak yang polos dan lugu telah menjadi mangsa para predator seksual. Sudah banyak gadis baru gede yang kehilangan keperawanan gara-gara termakan rayuan gombal lelaki bejat di Facebook.
Sungguh mengerikan. Jangan sampai anak-anak kita, keluarga muslim, menjadi korban pelecehan seksual semacam itu. Bukannya paranoid, tapi, bukankah kejahatan ada di mana-mana? Di tengah lemahnya penjagaan sistem dan pemerintah terhadap warga negaranya, maka wajib bagi keluarga-keluarga muslim untuk ekstra ketat menjaga anak-anaknya agar tidak menjadi korban. Berikut beberapa tips untuk menjaga sang buah hati:
- Selalu dampingi anak. Mungkin tidak bisa 24 jam, tapi semaksimal mungkin. Bagi anak usia sekolah, antar dan jemput tepat waktu. Atau pakai langganan jemputan yang dijamin terpercaya. Memang bagus jika anak bisa sekolah di full day school, karena waktunya tentu akan habis di sekolah sehingga tidak sempat berkeliaran di jalan-jalan, warnet atau di mal-mal sepulang sekolah. Tapi jika tidak sekolah di full day schoolatau anak belum sekolah, maka selalu awasi, anak bermain di mana dan dengan siapa. Jangan biarkan anak bermain terlalu jauh yang tidak bisa kita pantau, apalagi di lokasi-lokasi sepi.
- Biasakan anak menutup aurat. Ketika bermain keluar rumah, jangan biarkan memakai pakaian seksi, karena bisa merangsang para pedofilia (kelainan berupa suka hubungan intim dengan anak-anak). Ini sekaligus melatih anak agar taat syariah. Bagi yang sudah baligh, harus diwajibkan. Tidak ada tawar menawar soal menutup aurat, demi keselamatan dan harga dirinya.
- Tanamkan pada anak agar tidak mudah percaya pada orang asing, yakni orang yang tidak dikenal atau jarang berinteraksi dengan anggota keluarga di rumah. Terlebih orang tersebut beda jenis kelamin. Sekalipun tetangga dekat, tanamkan pada anak agar menolak jika diajak berdua-duaan atau diiming-imingi hadiah.
- Batasi dan pantau penggunaan teknologi. Pemberian fasilitas handphone sebaiknya tidak untuk anak masih usia SD. Untuk usia SMP, boleh pegang HP dengan pengawasan. Kalau perlu yang standar saja, untuk telepon dan SMS. Tanpa kamera atau fitur jejaring sosial. Khawatir bikin kecanduan. Baru usia SMA boleh pegang HP sendiri. Tetap dengan pengawasan orangtua.
- Jika di rumah ada internet, dampingi saat mengakses. Sebelumnya, blokir dulu situs-situs porno (bisa minta bantuan ahlinya). Tanamkan pada anak, jika muncul situs yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, agar segera ditutup. Ini memang terkait dengan penanaman akidah pada anak, sehingga tanpa didampingi pun mereka bertanggungjawab pada diri sendiri untuk tidak berani membuka informasi porno dalam bentuk apapun.
- Jalin komunikasi intens dengan anak. Berlakulah sebagai sahabat bagi anak, bukan layaknya pimpinan pada anak buah. Jangan menanyai ini itu seolah interogasi, tapi ajak ngobrol dan sharing tentang segala hal yang dialami anak hari itu. Tanamkan kepercayaan pada anak bahwa hanya orangtualah yang layak jadi tempat curhat, bukan yang lain. Untuk itu, memang harus ada sosok dominan di dalam keluarga yang lekat dalam memantau perkembangan sang buah hati. Jangan sampai kedua orangtuanya sama-sama sibuk di luar rumah.(*)