Oleh. Hana Annisa Afriliani,S.S
Bukan cinta yang mengokohkan bangunan pernikahan kita, melainkan mahabbah. Adapun
mahabbah itu tidak sama dengan cinta. Ia lebih istimewa dari semata cinta.
Istilah mahabbah secara bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang berarti mencintai secara mendalam, khususnya kepada Allah. Dapat dikatakan bahwa mahabbah adalah cinta murni yang menjadikan diri kita ingin melakukan yang terbaik dan berkorban demi cinta kepadaNya.
Sungguh benar lah adanya jika Ikatan mahabbah lebih kuat dari cinta. Karena sejatinya mahabbah adalah cinta di atas cinta. Maka, tentu setiap rumah tangga muslim menginginkan adanya lukisan mahabbah di dalamnya bukan?
Lantas bagaimana cara melukis mahabbah di istana kita?
Pertama, jadikan takwa sebagai pondasi. Bersama pasangan halal kita saling menguatkan dalam tauhid, merekatkan dalam syariat. Salah satu caranya hidupkan majelis ilmu di dalam istana kita. Suami gurunya, istri dan anak-anak adalah muridnya. Sebagaimana hakikatnya fitrah seorang suami adalah qowwam (pemimpin) bagi Istrinya. Oleh karena itu, sudah selayaknya seorang suami menjadi sosok yang mendidik dan mengayomi istri dan anak-anaknya. Pimpin mereka untuk senantiasa bertakwa kepada Allah.
Kedua, hidupkan amar ma’ruf nahyi mungkar (saling menasehati dalam kebenaran). Hal ini mutlak adanya jika mahabbah ingin tercipta di istana kita. Karena sejatinya, saling menasehati dalam kebenaran adalah sebentuk cinta karenaNya. Tak ingin pasangan kita terjerumus ke dalam lumpur kemaksiatan. Namun perlu diingat, bahwa adab menasehati pasangan kita adalah dengan cara yang ma’ruf, agar tak menyakiti dan mendzolimi. Nasehatilah dengan tegas namun tidak kasar. Sebagaimana Allah swt berfirman:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS an-Nahl [16]: 125).
Ketiga, ciptakan suasana perjuangan dari dalam istana kita. Kita telah memahami bahwa sejatinya setiap muslim dan muslimah diwajibkan untuk menjadi penjaga atas agamaNya. Penegak panji-panjiNya. Maka sudah selayaknya suami dan istri, serta anak-anak saling bersinergi dalam rangka menegakkan kalimatullah di atas muka bumi. Berkontribusi dalam aktivitas perbaikan umat. Dengan itulah akan tercipta mahabbah di istana kita.
Bagaimana tidak, setiap anggota keluarga telah ‘dididik’ untuk membagi waktunya untuk memikirkan umat karena dorongan iman semata.
Dengan demikian, ketiga poin di atas akan mampu menjadikan lukisan mahabbah kian pekat dalam Istana rumah tangga kita. Bagaimana tidak, setiap anggota keluarga dikonsep untuk menjadikan Allah sebagai tujuan dari segala tujuan. Inilah hakikatnya saling mencintai dan membangun istana cinta hanya karena Allah semata.
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, sangat besar cinta mereka kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”(TQS.Al-Baqarah:165)