Tawuran pelajar kembali terjadi di Bogor, Jawa Barat. Satu orang SMP tewas akibat d bacok siswa lain nya di jalan Raya Bogor KM 45, Kecamatan Cibinong, jumat (14/9/2018) sore. Liputan6.com.
Kejadian serupa juga terjadi pada seorang pelajar SMK di Cileungsi, Kabupaten Bogor, tewas usai tawuran dengan pelajar sekolah lain.SV (16), siswa SMK Pijar Alam tewas di lokasi kejadian karena menderita luka bacokan di dada sebelah kiri dan paha belakang kiri. Liputan6.com
Kejadian-kejadian tersebut sangat memperihatinkan, ketika pelajar seharusnya sibuk dengan aktivitas belajarnya untuk mencari ilmu sebagai bekal hidupnya, ini malah sebaliknya bekal hidup mereka hanya kekerasan demi kekerasan bahkan sampai mengantarkan pada kematian.
Masalah tawuran ini seolah tak ada yang peduli dalam mencari solusi. Padahal kejadian ini selalu terulang. Ini sebuah bukti gagalnya sistem kapitalis yang diterapkan, diantara nya pada sistem pendidikan saat ini.
Sebenarnya pemerintah telah menetapkan tujuan pendidikan nasiaonal, mencerdaskan anak bangsa, mencetak pelajar yang beriman dan bertakwa. Tentu ini adalah sebuah tujuan yang amat mulia. Hanya saja apabila melihat kondisi kehidupan para pelajar saat ini, tujuan ini sangatlah jauh untuk dapat di raih, output pendidikan yang didapat saat ini jauh dari sosok manusia yang bertakwa.
Dengan kurikulum sekuler kapitalis para pelajar terbentuk menjadi pribadi yang kering dengan akidah, bahkan amatlah jauh dari kata iman dan takwa. Padahal sejatinya jika tujuan seiring dengan strategi pendidikan maka tujuan akan tercapai. Namun dalam sistem kapitalis ini, tujuan utama iman dan takwa akan tetapi realitas nya agama di pisahkan dalam kehidupan, ini jelas tidak akan menghasilkan pelajar yang beriman dan bertakwa, ditambah dengan kurikulum pendidikan untuk membentuk sosok pelajar yang beriman dan bertakwa itu hanya ada pada materi agama, sedangkan pelajaran yang lain tak berbasis agama, bahkan agama di jauhkan dari pendidikan.
Ditambah lagi ada beberapa aspek penyebab maraknya aksi tawuran.
– Lemahnya peran keluarga.
Sejatinya keluarga adalah pendidikan yang utama untuk anak-anak. Namun dalam sistem kapitalis ini telah memaksa para orang tua untuk mengabaikan pendidikan anak-anaknya. Kapitalisme memaksa para orang tua meninggalkan kewajiban-kewajiban yang seharusnya mereka tunaikan, karena kebutuhan hidup yang amat mencekik sehingga mereka sibuk bekerja siang dan malam. Akibatnya anak terabaikan, tidak ada pendidikan, kontrol dan pembinaan pada anak.
– Tidak adanya kontrol masyarakat. Masyarakat sejatinya diwajibkan amar ma’ruf nahi mungkar, sebagai bentuk kepedulian, rasa sayang sesama muslim yakni ketika ada kemungkaran, harus segera tampil untuk mencegahnya sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang serupa. Lingkungan masyarakat pun dapat mempengaruhi baik buruk nya proses pendidikan, karena remaja merupakan satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Interaksi dengan masyarakat dapat berpengaruh dalam tumbuh kembang nya remaja.
– Peran penting Negara
Negara wajib melindungi nyawa para pelajar agar menjaga dan menstabilkan kondisi negara.
Negara wajib menetapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi berkualitas.
Negara wajib mencukupi segala sarana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan secara layak.
Negara juga wajib mengontrol dan menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi, terutama media yang sekarang benar-benar berpengaruh buruk dalam pendidikan dan pembinaan anak.
Negara juga bertanggung jawab untuk melahirkan generasi islami itu melalui penerapan syariah dalam segala aspek kehidupan.
Namun peran negara seperti ini tidak akan ada dalam sistem kapitalis ini. Potret remaja beriman dan bertakwa hanya ada dalam tatanan sistem Islam secara kaffah. Untuk itu mari selamatkan generasi muda dengan ketaatan kepada Allah SWT dengan melaksanakan syariat Islam dalam bingkai Daulah Khilafah.
Wallahu a’lam bishowab
Fitria Mustofa