Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
Sejatinya Islam memandang bahwa kehidupan rumah tangga adalah kehidupan persahabatan antara suami dan istri. Keduanya saling melengkapi dalam kekurangan dan saling menyempurnakan dalam kebaikan.
Namun, ada kalanya kehidupan persahabatan tersebut ternoda oleh debu-debu konflik yang terjadi di antara suami istri. Bisa jadi penyebabnya adalah hal yang sepele. Namun, jika diabaikan sesungguhnya lama kelamaan akan menjadi sesuatu yang besar, terlebih jika salah dalam penyikapannya.
Berikut ini adalah empat hal yang sering diabaikan oleh suami terhadap istrinya, sehingga memungkinkan untuk memicu terjadinya konflik.
1. Suami kurang peka
Bukan hal yang aneh jika kaum pria lebih cenderung kurang sensitif perasaannya. Termasuk dalam memaknai kondisi yang terjadi pada istrinya. Misalnya, istri kelelahan karena seharian mengurus anak-anak dan melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga. Tapi ternyata suami tidak menyadari akan kelelahan istrinya. Sepulang kerja, suami langsung sibuk dengan hp nya, menonton televisi, atau mungkin malah sibuk kembali melakukan pekerjaanya. Tidak sempat untuk sekadar menyapa apalagi mengajak bercengkrama istrinya. Hal ini jelas akan menimbulkan kejengkelan bagi istri. Dan bisa jadi ujung-ujunya istri merasa tidak diperhatikan.
2. Suami Terlalu Datar
Padahal adakalanya istri ingin dimanja. Hal itu adalah fitrah alamiah kaum hawa. Sekadar dibelai rambutnya atau dikecup keningnya sebelum tidur itu merupakan kebahagiaan yang tak terhingga bagi istri. Lebih-lebih jika suami menyatakan perasaannya pada sang istri. Tak perlu bergombal ria dengan untaian puisi dan alunan lagu romantis. Cukup dengan mengatakan, “aku sayang akamu.” sesungguhnya sudah mampu menyejukkan hati istri.
Bukankah Islam pun menganjurkan untuk menyampaikan rasa kita kepada orang yang kita cintai? Itulah sunah yang dianjurkan. Lebih-lebih kepada pasangan halal kita. Sungguh limpahan pahala akan menanti.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu-, ujarnya, “Ada seseorang yang bersanding dengan Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Lantas lewatlah seseorang. Orang yang di saniding Nabi tadi pun berkata, “Sejatinya aku mencintai orang ini”.
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– pun bertanya, ‘Sudahkah engkau beri tahu dia?’
Ia menjawab, ‘Belum’.
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, ‘Kalau begitu berilah dia tahu’”.
Anas menceritakan, “Maka orang tadi pun mengejarnya seraya berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.”
Ia menimpali, ‘Semoga Dzat yang telah membuatmu mencintaiku, mencintaimu’” (HR Abu Dawud).
3. Suami suka memuji wanita lain di hadapan istri
Ini sering terjadi di sistem sekuler saat ini. Apalagi saat pemahaman agama suami kurang, maka memuji kecantikan wanita lain di hadapan istrinya menjadi hal yang lumrah. Padahal secara hukum syara hal tersebut adalah terlarang.
Selain itu, memuji kecantikan wanita lain di hadapan istri, akan mampu melukai hati istri. Istri akan merasa minder. Maka, benarlah jika Islam memerintahkan agar para lelaki ghadlul bashar (menundukkan pandangan) di hadapan siapapun wanita yang bukan mahromnya. Sehingga tak akan keluar pujian dari lisannya kepada wanita selain istrinya.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30).
Alangkah lebih baiknya suami memuji istrinya untuk membesarkan hatinya. Dan sungguh, sebentuk pujian dapat semakin mengeratkan cinta di antara suami dan istrinya.
Rasulullah kembali bersabda, “Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti yang dimiliki oleh wanita itu.” (HR. Tirmidzi)
4. Suami menjatuhkan harga diri istri
Hal ini juga sering terjadi. Contohnya, suami memarahi istrinya di hadapan umum, termasuk di depan keluarga besar, karena suatu kesalahan tertentu. Ini jelas tidak dibenarkan dalam Islam, karena selain dapat menjatuhkan muru’ah (kewibawaan)istri,juga dapat mengerdilkan jiwa istri.
Tak hanya itu, ada juga kasus suami yang dengan enteng menceritakan aib-aib istrinya saat ada acara keluarga. Hal ini juga tidak layak dilakukan. Sebab sejatinya suami adalah pakaian bagi istrinya dan istri adalah pakaian bagi suaminya. Maka sudah selayaknya keduanya saling menutupi aib masing-masing. Bukan saling mengumbar.
Demikianlah hal-hal yang kerap kali diabaikan oleh kaum suami terhadap istrinya. Jika tak segera disadari dan di atasi, tentu akan terus menjadi pemantik konflik dalam rumah tangga. Padahal sejatinya rumah tangga wadah berhimpunnya ketentraman dan kebahagiaan. Maka jadikan lah Islam sebagai asasnya, agar sakinah mawadah warahmah terwujud dalam balutan ridhoNya.