Oleh: Iiv Febriana
#MuslimahTimes –– Angka penderita HIV/AIDS setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes RI melaporkan sejak pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 1987, kasus HIV-AIDS secara akumulatif hingga Maret 2018 lalu jumlahnya mencapai 291.129 kasus HIV dan 106.965 kasus AIDS. Kasus-kasus tersebut dilaporkan oleh 421 kabupaten dan kota. Itu berarti 82 persen dari total 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Dan penularan ini tak hanya memapar orang dewasa tapi juga anak-anak. Sebagaimana yang dilansir oleh oleh Tribunnews.com ada 3 orang anak yatim piatu pengidap HIV di Desa Nainggolan, Kabupaten Samosir, dilarang bersekolah karena masyarakat takut akan tertular penyakit serupa. Ketiganya juga terancam diusir dari Kabupaten Samosir. Dan jika dilihat angkanya secara global di seluruh dunia berdasar laporan terbaru United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) menunjukkan jumlah orang dengan HIV meningkat di 50 negara, termasuk Indonesia, dengan lebih dari 1,8 juta orang baru terinfeksi virus mematikan ini pada 2017. Yang lebih menyedihkan, 180 ribu anak (umur 0-14 tahun) terinfeksi virus tersebut tahun lalu dan 110 ribu anak tewas karena penyakit yang terkait dengan AIDS. Secara global, ada 36,9 juta orang hidup dengan HIV tahun lalu, 1,8 juta di antaranya adalah anak-anak di bawah 15 tahun.
Data-data diatas menunjukkan fenomena gunung es dimana yang terlihat baru permukaannya saja, padahal angka yang sebenarnya tentu saja jauh lebih besar dari data tersebut, karena angka ini hanya yang terdeteksi dan terdata saja sedangkan banyak orang yang tidak sadar dirinya telah terinfeksi HIV. Bahkan, sejumlah laporan menyebutkan banyak orang yang baru mengetahui dirinya telah lama terinfeksi HIV saat diperiksa di rumah sakit akibat sakit yang tak kunjung sembuh atau saat hendak melakukan prosedur pra-operasi. Belum lagi ditambah perilaku seks bebas, homoseksual dan pemakaian narkoba yang merupakan pelaku dengan resiko tertinggi HIV/AIDS angkanya juga mengalami kenaikan setiap tahun.
Solusi masalah HIV/AIDS
Serasa hampir mustahil mampu mewujudkan zero epidemic HIV/AIDS seperti yang dicita-citakan pemerintah negeri ini. Sedangkan solusi kondomisasi yang pada faktanya paling menonjol dilakukan justru semakin menyuburkan seks bebas. Edukasi remaja melalui Kader Kesehatan Remaja (KKR) yang disosialisasikan pun minim dengan konten agama dan moral yang mampu menumbuhkan rasa takut untuk berbuat maksiat . Di sisi lain konten-konten dan hiburan berbau pornografi-pornoaksi,prostitusi, tempat hiburan malam dan lokasi maksiat lainnya sangat mudah dijumpai dan diakses oleh masyarakat umum terutama kaum remaja. Dengan demikian, solusi yang dilakukan pemerintah memang belum ada yang menyentuh akar masalah sama sekali, sebab masalah HIV/AIDS sebenarnya bukan sekadar masalah kesehatan (medis), namun juga masalah perilaku, yaitu seks bebas dan homeseksual yang tumbuh subur di dalam paradigma masyarakat yang permisif dan liberal. Lalu, adakah solusi yang tepat dan mengakar untuk menanggulangi HIV/AIDS?
Pertama, dari sisi edukasi dalam keluarga harus diajarkan sejak dini pada anak untuk memiliki rasa takut kepada Allah SWT dan membudayakan “rasa malu” dengan menutup aurat, menjaga pergaulan laki-laki dan perempuan sekalipun dalam urusan pendidikan dan permainan, menundukkan pandangan bagi laki-laki dan menghindari tabarruj (berhias diri) bagi perempuan. Kedua,dari sisi masyarakat harus ada kepekaan dan kontroling untuk mencegah perilaku seks bebas berkembang di masyarakat termasuk penyebaran melalui media yang sangat massive terjadi dari tayangan-tayangan telivisi yang tidak mendidik, konten seksual di internet bahkan game yang dimainkan anak-anak, masyarakat tidak boleh diam menyuarakan opini sehingga terbentuk kesadaran umum dalam masyarakat. Ketiga, dari sisi negara harus ada aturan yang jelas dan sanksi yang tegas terkait pelaku seks bebas dan homeksual, negara juga harus mampu menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif dengan melakukan kontrol dan pemblokiran situs-situs yang berbau pronografi, penutupan tempat-tempat maksiat, melarang peredaran miras, serta memberangus tayangan film dan hiburan yang mengundang syahawat. Jika penjagaan dari tiga sisi ini mampu dijalankan secara optimal maka bukan tidak mungkin zero epidemic HIV/AIDS bisa diwujudkan. Inilah solusi yang diserukan oleh Islam yang sangat sesuai dengan tuntutan realita manusia sepanjang hayat. Semoga Indonesia bisa berubah menjadi negeri yang penuh berkah dan lebih baik lagi dengan menerapkan sistem yang berasal dari Sang Pencipta bukan akal manusia.
Aaamiin.