Oleh : Indah Ummu Izzah
#MuslimahTimes — Dalam kurun waktu setahun, Indonesia dilanda berbagai macam bencana alam. Mulai dari gempa yang meluluhlantakkan Lombok. Gempa, tsunami dan likuifaksi yang memporak porandakan Palu dan Donggala. Gunung Krakataupun seakan tak mau ketinggalan mengeluarkan getarannya kemudian tsunami menghempas pantai Anyer Jawa Barat tanpa memberikan tanda-tanda terlebih dahulu. Dan masih banyak lagi musibah-musibah kecil lainnya seperti gempa di beberapa tempat dan jatuhnya pesawat Lion Air.
Pertengahan Januari 2019, bencana masih saja datang menyapa bumi pertiwi. Kali ini menimpa pulau Sulawesi Selatan. Banjir besar dan angin kencang. Ada tujuh kabupaten dan kota terdampak. Seperti Makassar, Gowa, Jeneponto, maros, Pangkep, Barru dan Soppeng. Ribuan orang mengungsi. Sejumlah warga dilaporkan meninggal dunia (TribunTimur.com).
Mengapa Musibah Datang
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.(TQS. Ar Rum:41).
Menurut tafsir Ibnu Katsir tentang penjelasan ayat diatas, bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Makna yang lain adalah agar Allah menguji mereka dengan berkurangnya harta dan jiwa, serta hasil buah-buahan sebagai suatu kehendak dari Allah buat mereka dan sekaligus sebagai balasan bagi perbuatan mereka. Agar mereka tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan maksiat.
Dalam ayat tersebut nampak sangat jelas, bahwa bencana yang melanda manusia adalah buah dari perbuatan mereka sendiri. Bentuk dari ketidaktaatan terhadap sang Pencipta semesta alam. Apakah itu dengan melakukan pengrusakan-pengrusakan alam seperti eksploitasi Sumber Daya Alam yang berlebihan, penebangan pohon secara besar-besaran maupun dengan merebaknya kemaksiatan di sebuah negeri.
Di negara kita Indonesia, kemaksiatan seolah sangat sulit untuk dikendalikan. Prostitusi online merejalela, pergaulan bebas, aborsi dan maraknya LGBT. Kasus korupsi yang tak berkesudahan serta kasus-kasus kriminalitas yang merajalela semisal pembunuhan, begal dan tawuran antar remaja.
Belum lagi masuknya budaya asing yang cukup banyak berperan terhadap maraknya kasus-kasus tersebut di atas. Sebut saja budaya Korean wave yang saat ini melanda remaja para generasi penerus bangsa. Budaya Korean Wave ini cukup berperan dalam kampanye hidup bebas dan pergaulan sesama jenis. Baik melalui Film/drama Korea, maupun melalui industri musik K-Popnya.
Menyikapi Musibah
Islam telah mengajarkan tentang bagaimana menyikapi sebuah musibah. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah kehendak Allah SWT semata. Islam telah mensyariatkan tentang wajibnya mengimani perkara qada’dan qadar. Yaitu ada wilayah yang dikuasai manusia dan ada pula yang menguasai manusia. Wilayah yang menguasai manusia inilah yang disebut sebagai qada’, contohnya kematian. Sebagaimana dalam firman Allah SWT : “(Dan) tidaklah manusia itu akan mati melainkan dengan izin Allah, (yang merupakan) suatu ketentuan yang sudah dijanjikan” (TQS. Ali Imran :145).
Setiap muslim harus meyakini bahwa setiap musibah yang menimpanya merupakan bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Sebagai jalan untuk meninggikan derajat keimanannya. Sebagaimana firman Allah SWT : “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”(TQS. Al Anbiya:35).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata “(Makna ayat ini) yaitu : Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa”.
Untuk itu bagi seorang muslim, ketika musibah datang menyapa, sudah semestinya dijadikan sebagai jalan untuk melakukan muhasabah atau intropeksi diri. Merenungi dengan seksama tentang apa yang sudah mendatangkan murka sang Pencipta. Sebab, bencana bukanlah perkara fenomena alam semata, tapi terlebih kepada teguran Allah untuk semua manusia. Oleh sebab itu, sebagaimana yang telah disebutkan dalam surah Ar Rum ayat 41 bahwa Allah menimpakan bencana kepada manusia agar manusia kembali kepada jalan Allah.
Kembali kepada jalan Allah adalah dengan melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarangNya. Menjadikan syariatNya untuk mengatur segala urusan manusia.
Karena penyebab utama terjadinya kerusakan di muka bumi ini adalah adanya pemisahan agama dari kehidupan. Agama hanya menempati ruang lingkup ibadah ritual belaka. Dan tidak punya tempat untuk mengatur kehidupan manusia semisal kehidupan sosial.
Oleh sebab itu hanya dengan kembali kepada jalan Allah yaitu dengan menerapkan Syariatnya, kehidupan manusia akan menjadi lebih berkah dan penuh rahmat dariNya.
Wallahu a’lam bisshawab