Oleh Iiv Febriana
(Komunitas Muslimah Rindu Syariah)
#MuslimahTimes — Ibarat dalam permainan game simulator tentang menjadi penguasa dunia. Terbayang dalam realita sesungguhnya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah sebuah skenario besar yang sedang berjalan. Lalu siapa sutradara yang menentukan jalan cerita? Dia lah Sang Penguasa Dunia.
Saat ini bisa dikatakan sang penguasa itu adalah Amerika Serikat (AS) dengan segala hegemoninya di berbagai belahan dunia. Secara ekonomi global, kurs US Dollar adalah patokannya. Secara politik, sistem demokrasi menjadi harga matinya bahkan dengan alasan tidak demokratis AS bisa mengintervensi sebuah negara. Secara keamanan, AS adalah polisi dunia. Dan secara sosial budaya, AS adalah kiblat dunia dari sisi prilaku, gaya busana hingga musik perfilman. AS adalah Raja Dunia. Senjata apa yang AS gunakan agar sukses menguasai dunia adalah Ideologi. Kemudian ideologi ini di “dakwah” kan ke seluruh dunia atas nama globalisasi. Maka era penjajahan gaya baru dimulai, wajah penjajah tidak lagi menyeramkan, melainkan bermuka manis sambil menawarkan racun berbalut madu. Tanpa sadar, penjajah pun di idolakan, di sanjung dan di ikuti walaupun dalam keadaan digiring ke tepi jurang kebinasaan.
//Perang Ideologi VS Perang Fisik//
Jika arti sebuah peperangan adalah adu kekuatan fisik di medan perang, sehingga berakibat jatuhnya banyak korban jiwa, terluka, fasilitas umum hancur dan bencana kemanusiaan lainnya. Sesungguhnya di luar itu ada perang yang jauh lebih berbahaya lagi, yaitu perang ideologi. Mengapa dikatakan demikian? Karena ideologi memengaruhi pandangan hidup seseorang, menjadi standard ukuran baik dan buruk, suka dan benci, serta benar dan salah. Bilamana ideologi ini diadosi dalam skala yang lebih luas yaitu masyarakat dia akan menjadi gaya hidup dan dalam skala negara maka pengaruh ideologi akan jauh lebih besar, dia akan menetukan “warna” sebuah negara.
Dalam perbandingan data korban yang diakibatkan perang fisik dan ideologi maka kita dapati angka yang sangat berbeda jauh. Sebagai contoh, Perang Suriah di tahun 2017 memakan jumlah korban jiwa sebanyak kurang lebih 10.204. Sedangkan di Yaman, kurang lebih 70.000 jiwa melayang dalam konflik yang telah berlangsung sejak tahun 2015.
Sedangkan korban perang ideologis kita ambil contoh di Indonesia, korban jiwa yang melayang hampir tidak terhitung banyaknya. Untuk kasus narkoba saja, menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam tahun 2017 telah terjadi 3,5 juta kasus penyalahgunaan narkoba dan dan diperkirakan 12.000 orang menyetorkan nyawa tiap tahun. Di Amerika sendiri Laporan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) sempat mengeluarkan pernyataan bahwa Negeri Paman Sam ini mengalami epidemi kematian akibat overdosis obat. Jumlah korban jiwa akibat HIV/AIDS, tidak kalah banyak, yaitu 37.000 jiwa di tahun 2017 saja. Menurut WHO, Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita AIDS terbesar nomer 3 se-Asia Pasifik. Penyakit gaya hidup lain akibat miras dan seks bebas juga ikut menyumbang angka kematian.
Berdasarkan data yang dihimpun Gerakan Nasional Anti Miras (Genam), setiap tahunnya jumlah korban jiwa akibat miras sebanyak 18.000 orang. Lalu untuk kasus aborsi secara global, World Contraception Day Coalition tahun 2017 dalam rilisnya mengungkapkan bahwa tiap tahunnya terjadi 16 juta aborsi oleh wanita usia muda antara 15 sampai 19 tahun dari seluruh total 40 juta aborsi yang dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan. Ini baru data yang terlapor. Diprediksikan jumlah sesungguhnya jauh lebih banyak lagi mengingat gaya hidup seks bebas merupakan hal yang lumrah saat ini.
// Perlu Solusi Ideologis //
Jika kita menyadari betapa besar pengaruh dari sebuah ideologi bagi individu, masyarakat bahkan negara, maka kita dapati bahwa pada dasarnya manusia hanya membutuhkan solusi dalam menyelesaikan segala permasalahan hidupnya. Dan ideologi menawarkan solusi bagi manusia, dia akan menentukan arah berpikir seseorang yang dengannya dia menjalani hidupnya dan menjadi tujuan hidupnya di dunia.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim, seharusnya menyadari bahwa solusi itu tidak jauh dari sisi mereka. Islam adalah ideologi yang menawarkan solusi tanpa menyebabkan masalah lain karena Islam tidak berasal dari akal manusia sehingga bersih dari hawa nafsu atau kepentingan manusia yang ingin berkuasa atas manusia lain.
Rasulullah Muhammad SAW telah banyak memberikan contoh bagaimana menyelesaikan masalah manusia hanya berbekal Al Quran dan As Sunnah karena sesungguhnya Allah SWT menurunkan Al Quran dengan tujuan sebagai Standard Operation Procedure (SOP) bagi manusia. Rasul adalah manusia yang ditunjuk Allah SWT sebagai perantara kepada umat manusia. Lalu mengapa kita masih melirik solusi lain?
Wallahu’alam bi ashowab