Oleh : Kholilatul Wardani
#muslimahTimes — Perkara iman erat kaitannya dengan apa yang kita percayai. Kalau kita menyaksikan secara langsung dengan mata, mendengar dengan telinga, tentu akan mudah menanamkan apa yang kita lihat dan kita dengar tersebut. Tapi berbeda dengan menanamkan suatu kepercayaan, yang tak bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga. Tentu lebih sulit adanya.
Memperkenalkan apa? Memperkenalkan Ananda pada penciptanya. Pada Dzat yang memberinya kehidupan, membuat Ananda hadir di dunia. Karena sejatinya kita adalah makhluk, yang harus secara wajib mengenal Pencipta kita. Bukankan anak yang tak mengenal orangtuanya saja akan kebingungan mencari-cari siapa bapak ibunya. Apalagi ini jauh-jauh lebih besar dari perkara mengenal orangtua. Yaitu mengenal Penciptanya.
Pengenalan pada pencipta merupakan bagian Tarbiyatul Imaniyah (mendidik keimanan). Mendidik dengan caraNya, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah dalam mentarbiyah berlandaskan Al-quran dan as-sunnah.
Mengenalkan pencipta pada Ananda, tidak bisa menggunakan bahasa yang sulit di pahami olehnya. Menjelaskan hal-hal yang tak bisa diinderanya. Tentu harus dengan cara yang tak biasa. Karena apabila Ananda tak mengenal sejak dini, Ananda akan lebih sulit mengenal penciptanya saat nanti. Bukan berarti tak bisa mengenalkan saat ia mulai beranjak dewasa, tapi ini tentu akan lebih sulit nantinya, dibandingkan mengenalkan padanya sedini mungkin.
Bagaimana caranya?
Banyak orang tua bertanya. Karena kebingungan membahasakan pada Ananda sesuai usianya. Terlebih lagi apabila orangtua tak mampu menjawab pertanyaan kritis dari Ananda terkait pencipta, kebanyakan orangtua akan mengalihkan, atau menghentikan cara Ananda menggali informasi, bahwa tak boleh menanyakan yang demikian itu. Padahal justru ini saat yang paling tepat untuk menambah pengetahuan Ananda terkait Rabbnya.
?1. Sesuaikan dengan usia tumbuh kembang Ananda ?
Sebagai orang tua bisa mengenalkan Allah sejak anak dalam kandungan, caranya dengan berdzikir dan memperdengarkan ayat-ayat Alquran di dekat perut ibu ketika hamil.
Selain itu, saat bayi lahir ke dunia, ayah pun memperkenalkan Allah lewat azan yang diperdengarkan di telinga bayi yang baru lahir dan selama proses pengasuhan dan menyusui anak, ibu pun bisa mengenalkan Allah dengan memperdengarkan ayat-ayat Alquran.
Jika anak sudah berusia di atas dua tahun, maka kita pun bisa memperkenalkan Allah dengan benda atau makhluk ciptaannya. Serta memperkenalkan Allah lewat doa-doa yang kita ajarkan kepada mereka.
? 2. Ajarkan Kalimat tauhid?
Dari ibnu ‘Abbas bahwa Nabi shalallahu ’alaihi wassalam bersabda :“Ajarkan kalimat laa ilaaha illallah kepada anak-anak kalian sebagai kalimat pertama dan tuntunkanlah mereka mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah ketika menjelang mati.”(HR. Hakim)
Abdurrazaq meriwayatkan bahwa para sahabat menyukai untuk mengajarkan kepada nak-anak mereka kalimat laa ilaha illallah sebagai kalimat yang pertama kali bisa mereka ucapkan secara fasih sampai tujuh kali, sehingga kalimat ini menjadi yang pertama-tama mereka ucapkan.
Ibnu Qayyim dalam kitab Ahkam Al-Maulud mengatakan, “Diawal waktu ketika anak-anak mulai bisa bicara, hendaknya mendiktekan kepada mereka kalimat laa ilaha illa llah muhammadurrasulullah, dan hendaknya sesuatu yang pertama kali didengar oleh telinga mereka adalah laa ilaha illallah (mengenal Allah) dan mentauhidkan-Nya. Juga diajarkan kepada mereka bahwa Allah bersemayam di atas singgasana-Nya yang senantiasa melihat dan mendengar perkataaan mereka, senantiasa bersama mereka dimanapun mereka berada.”
Bukankah saat baru lahir yang didengar oleh Ananda adalah adzan, yang didalamnya terdapat syahadat, yang bermakna ketauhidan.
? 3. Memulai dari bersyukur ?
Kenalkan Ananda dengan apa-apa yang didapatkannya, adalah pemberian Allah. Rejeki mainan, kesehatan, makanan, sampaikan bahwa semua itu nikmat yang Allah berikan. Sampaikan padanya bahwa Allah yang paling banyak memberi kita banyak hal.
Misalkan, “Shalih dapat mainan baru ya,ini dari Allah, sama Allah diperantarakan rejekinya lewat Ayah.” Ini untuk usia yang belum bisa komunikasi, tapi sounding terus dengan hal apapun yang didapatnya, saat hujan, saat makan, dll. Kalau sudah bisa diajak berkomunikasi, ajarkan untuk mengucap Alhamdulillah.
? 4. Jadilah orangtua yang menjadi contoh?
Anak belajar dari apa yang ananda lihat dan Ananda dengar. Bila kita ingin mengenalkan Allah pada Ananda, tentu sebagai orangtua kita juga harus mengenal Allah. Karena tak mungkin mengenalkan sesuatu pada Ananda, tapi kita sebagai orangtua tak mengenal apa yang akan kita kenalkan tersebut. Semisal saat Bunda shalat, sampaikan pada ananda “Shalih tau gak kenapa Bunda shalat, karena Bunda mau taat sama Allah, mau di sayang sama Allah, shalih juga nanti nurut ya nak sama Allah”. Orangtua harus terus berusaha mendekat pada Allah, maka anak akan belajar cara yang sama, mencari-cari cara mendekat kepadaNya. Apabila orang tuanya memiliki kedekatan yang baik dengan Allah, maka hal ini dapat dirasakan dan dapat dicontoh oleh Ananda. Perlihatkan keseharian kita senantiasa bernuansa ketaatan padaNya. Bukan malah sebaliknya, mensuasanakan kemaksiatan dalam kesehariannya. Naudzubillahimindzalik.
Orang tua perlu bersabar dalam proses mengajarkannya kepada anak. Jangan sekali-kali mengajarkan dengan cara yang keras, ajarkanlah dengan kelembutan. Bukan diawali dengan menakut-nakuti, nanti yang ada Ananda malah menjauhi. Jika ada pertanyaan yang tak kita tahu, sampaikan ketidaktahuan kita, belajar, dan bertanya jawaban yang sesuai dengan ajaranNya. Karena pertanyaan tentang Allah haruslah tepat saat menjawab, dan jangan sampai keterangan kita salah sehingga menimbulkan bibit kesyirikan. Tentu ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan, namun juga tidak mustahil untuk kita usahakan.
Semoga Allah memudahkan Bunda semua, dalam mengenalkan Ananda pada penciptanya.