Oleh. Helmiyatul Hidayati
(Seorang Blogger Pro dan Mahasiswa FISIP Ilmu Komunikasi UT Jember)
MuslimahTimes— Salah satu karya seni unik dan memiliki ‘fanbase’ besar adalah komik. Media komunikasi yang satu ini mengandalkan gambar sebagai penyampai pesannya. Di Indonesia sendiri, sejarah komik sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda.
Pada tahun 90-an, komik di Indonesia di dominasi oleh serbuan komik impor yang berasal dari Jepang. Bahkan, Indonesia menduduki urutan kedua setelah Finlandia sebagai pembaca komik Jepang terbanyak. Pada tahun 2013, dalam sebuah penelitian, menunjukkan bahwa paling tidak 1 (satu) orang Indonesia pernah membaca 3 (tiga) judul komik. Fakta ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia adalah sebagai ‘pengguna’, bukan sebagai ‘pembuat’.
Namun menuju tahun 2000 dan setelahnya, komik Indonesia mulai mengalami kemajuan. Dalam hal ini perkembangan teknologi informasi memiliki peran yang penting. Dengan kemudahan akses internet dan meningkatnya penggunaan media sosial, komikus mulai menebar karyanya dan menggaet banyak penggemar.
Situs-situs komik online dan aplikasi komik daring pun mulai bermunculan dan populer di kalangan generasi milennials. Bahkan salah satu komik daring terkenal asal negeri ginseng, Webtoon, jumlah pengguna terbesarnya pada tahun 2016 saja adalah di Indonesia sejumlah kurang lebih 6 juta users.
Tak pelak hal ini menjadikan komik sebagai salah satu alat propaganda dalam menebarkan opini di kalangan masyarakat Indonesia. Tak lama, di media sosial instagram, netizen ramai dengan kemunculan akun @alpantuni. Akun ini menerbitkan komik strip tentang kehidupan dan perasaan seorang muslim yang notabene memiliki penyakit homo.
Pengemasan pesan melalui komik dianggap sebagai pilihan tepat bagi sebagian orang atau kelompok dalam menyampaikan idenya agar diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini ide yang ingin disampaikan oleh @alpantuni adalah menempatkan kaum gender ketiga (LGBT) sebagai suatu kaum terpinggirkan, termarginalkan dan tidak diinginkan oleh masyarakat terutama masyarakat muslim, sehingga perlu diberi uluran tangan, disambut dan dirangkul. Dengan kata lain mereka bermain atau berperan sebagai ‘playing victim’. Tentu dengan Islam sebagai monsternya.
Dalam metode Hypnosis, suatu kebohongan yang diulang secara terus-menerus bisa diterima sebagai kebenaran. Dengan analogi yang sama, suatu penyakit masyarakat yang diulang secara terus-menerus akan menjadi sebuah kebaikan. Akun @alpantuni dan atau pemikir liberal lain baik itu individu atau kelompok yang pro terhadap keberadaan penyakit ini, sedang memainkan manipulasi ini dan mulai menyerang negeri-negeri muslim serta para generasinya.
Dalam sejarah modern, adalah Adolf Hitler (1889-1945) yang ditemukan sebagai penguasa yang menggunakan mind manipulation atau manipulasi pikiran sebagai senjata. “Adalah pengulangan yang membedakan kebenaran dari kepalsuan. (Sering kali) kepalsuan yang diulangi secara terus-menerus diterima sebagai kebenaran. Manusia bisa mempercayai apa saja. Ia bisa percaya pada kepalsuan. Ia bisa dibohongi dengan sangat mudah. Ia dapat mempercayai apa saja yang diulangi secara terus-menerus!”
// Kenapa Hypnosis Digunakan Untuk Menyerang Islam?? //
Islam memiliki ajaran yang tegas tentang keberadaan masyarakat yang mengidap penyakit LGBT. Dalam Islam tidak ada konsep LGBT, hal ini telah dijelaskan sesuai dengan firman Allah, “Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (QS.Al-A’raf 80-81)
Begitu juga dengan sebuah hadits yang menyatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth, (beliau mengulanginya sebanyak tiga kali)” [HR Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra IV/322 No. 7337]
Sebagai seorang muslim yang taat, maka barangsiapa yang melihat kemaksiatan, maka dia tidak akan berdiam diri, paling tidak nuraninya akan berteriak karena merasa pula tersakiti. Begitu juga ketika fenomena LGBT ini mulai merebak maka banyak sekali orang Islam yang menentang (sebagai aktifitas amar ma’ruf nahi munkar dari seorang hamba Allah).
Tidak hanya menentang LGBT, namun segala hal yang bisa menimbulkan atau munculnya bibit LGBT pun akan ditentang bila ia berhadapan dengan Islam. Apalagi penyimpangan seperti ini sebenarnya terjadi karena keengganan manusia untuk mengikuti hukum Allah. Dimulai dari hal-hal yang kecil seperti menanggalkan hijab dan tidak perhatian dengan ikhtilath atau pemisahan antara laki-laki dan perempuan dalam pergaulan. Pada akhirnya timbul keinginan melakukan (hubungan seks) dengan cara yang lainnya, karena terlampau sering melakukan larangan Allah yang disebut bestiality -melakukan hubungan seks dengan hewan- Kemudian penyimpangan itu semakin menjadi-jadi dengan melakukan seks dengan cara yang salah. Maka timbullah penyimpangan yang lain seperti homoseksual, lesbian dan munculnya kaum gay (Kiblat.net).
Menurut sejarah, Allah memberikan hukuman yang berat kepada umat nabi Luth yaitu : pertama, dibutakan matanya. Kedua, Allah kirimkan suara yang keras. Ketiga, bumi yang mereka tempati diangkat dan dibalik. Dan keempat, dihujani dengan batu.
Sebagai bentuk penumpasan terhadap LGBT, di dalam sistem Islam, maka pelaku liwath (istilah untuk pelaku sodomi, seks di antara kaum gay) harus dibunuh dalam keadaan bagaimanapun. Ini dikarenakan dosa liwath lebih besar dari dosa zina. Hal ini seperti yang disebutkan dalam hadits, “Barangsiapa yang mengetahui ada yang melakukan perbuatan liwath (sodomi) sebagaimana yang dilakukan oleh Kaum Luth, maka bunuhlah kedua pasangan liwath tersebut.” (HR. Abu Daud no. 4462, At Tirmidzi no. 1456 dan Ibnu Majah no. 2561, hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Syaikh Al Albani menilai bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib 2422, 2/311, Maktabah Al Ma’arif Riyadh.)
Atas syariat seperti inilah maka para pemikir liberal pun menjadi kegerahan, akhirnya banyaklah ditanam propaganda-propaganda untuk melemahkan ketaatan kaum muslim. Cara paling halus adalah dengan mempengaruhi pikiran generasi muslim dengan cara pengulangan seperti yang dilakukan dalam industri periklanan.
Hal ini juga yang biasanya dilakukan oleh pemimpin sekte sesat untuk memengaruhi anggotanya. Tidak argumentatif, hanya membombardir orang lain secara halus dengan sugesti-sugesti yang diinginkannya. Hingga manusia tak ubahnya ibarat komputer, mind atau gugusan pikiran manusia dapat dimanipulasi, dihack, bahkan dapat disusupi virus untuk merusak seluruh jaringannya.
Berbeda dengan pemimpin spiritualis yang justru berupaya untuk membuka wawasan siapa saja yang berhubungan dengannya dengan cara berdialog dan tanya jawab. “Seorang spiritualis membuka diri untuk bertemu dan berdialog dengan siapa saja. Anda boleh berbeda pandangan dan pendapat dengannya. Anda boleh menerima dan boleh juga tidak menerimanya. Ia tidak terpengaruh oleh penerimaan dan penolakan kita.” (Krishna, Anand. (2012).
Neo Spiritual HYPNOTHERAPY, Seni Pemusatan Diri Untuk Bebas Dari Pengaruh Hipnosis Massal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Karena itu penting sekali bagi setiap orang untuk membuka pikiran pada wawasan Islam dengan argumentatif penuh pemikiran dan tidak terpengaruh oleh manipulasi yang sekarang merebak di era sekulerisme. Penting pula untuk segera kembali taat pada aturan Sang Maha Pencipta, karena fenomena seperti ini (LGBT) di dalam sistem Islam tidak akan memiliki celah untuk hidup barang sedetik.