Oleh.Hana Annisa Afriliani,S.S
(Penulis dan Anggota Komunitas Revowriter)
#MuslimahTimes — Jika di tahun lalu ramai tagar 2019 ganti presiden, maka yang kini viral dan menjadi trending topic di twiteer adalah tagar Uninstall Jokowi.
Gerakan #UninstallJokowi muncul usai pendiri dan CEO Bukalapak Achmad Zaky mencuitkan data terkait anggaran yang digelontorkan Indonesia guna mewujudkan Industri 4.0. Dalam cuitannya itu, berdasarkan data 2016, pemerintah Indonesia hanya menggelontorkan uang sebesar US$ 2miliar atau sekitar Rp2 triliun yang mana menempatkan Indonesia di posisi ke-43. (Tempo.co/16-02-2019)
Sebagai reaksi atas cuitan CEO Bukalapak tersebut, muncullah tagar Uninstall Bukalapak. Kemudian muncul pula tagar balasan #DukungBukaLapak di twiter. Apa yang dilakukan oleh Zaky dianggap tidak salah, hal tersebut hanyalah wujud kritik terhadap kinerja pemerintah hari ini.
Setelah itu, muncul pula tagar Uninstall Jokowi yang kemudian menjadi trending topik dunia. Para netizen mancanegara turut mengomentari tagar tersebut, bahkan ada yang salah kaprah dengan menduga bahwa Jokowi adalah malware atau sejenis virus bagi sistem perangkat komputer. Sebagaimana tampak pada cuitan akun @kangtaehyungs “What’s with these hashtags #UninstallJokowi #ShutdownJokowi is that a new malware or computer programs?”
Menyikapi viralnya tagar tersebut, Jokowi menyikapinya dengan santai. Bahkan tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf mengaku tidak takut dengan tagar tersebut. Setelah itu, Jokowi lantas memanggil Zaky, Sang CEO Bukalapak, ke istana negara.
Sebagaimana dilansir oleh CnnIndonesia.com bahwa usai pertemuan itu, Jokowi juga meminta masyarakat menghentikan gerakan #uninstallbukalapak alias menghapus aplikasi Bukalapak. Calon presiden petahana itu mengaku tak marah dengan Zaky. Jokowi meminta Zaky lebih bijak dalam bertindak.
Sungguh viralnya tagar Uninstall Jokowi sedikitnya dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa rakyat telah menelan kecewa atas pemimpinnya. Serangan terhadap cuitan Zaky sebagai CEO marketplace Bukalapak yang mengkritisi penguasa lewat cuitannya, hanyalah pemantik kekecewaan rakyat yang telah lama ada.
Bagaimana tidak, rakyat banyak menelan pil pahit atas beraneka janji yang tak kunjung ditepati. Hanya penghias kampanye saja. Usai terpilih, rakyat dilupakan bahkan dikorbankan.
Sungguh, ini juga semestinya membuka mata kita bahwa kepemimpinan dalam naungan sistem kapitalisme-sekuler sangat lekat dengan ketidakadilan dan kemudaratan. Betapa tidak, sistem ini tidak menjadikan Sang Maha Pencipta sebagai pemegang kedaulatan. Sebaliknya kepemimpinan hari ini disetir oleh aturan buatan manusia. Sehingga wajar jika banyak menuai kecewa. Betapa tidak, akal manusia hakikatnya lemah dan terbatas. Dan tak dipungkiri, akan dipengaruhi juga oleh berbagai kepentingan, baik individu maupun kelompok.
Oleh karena itu, hanya dengan mengembalikan kedaulatan ke tangan pemiliknya lah, Allah Swt, kepemimpinan yang berkeadilan dapat terwujud nyata. Rakyat akan hidup dalam keberkahan dan kemuliaan. Karena kepemimpinan dalam sistem Islam akan merujuk pada Alquran dan Assunah saja, dua sumber hukum yang mutlak kebenarannya, datang dari Sang Maha Pencipta manusia.
Maka sungguh, hanya dalam sistem Islam rakyat akan dipimpin oleh pemimpin yang bertakwa kepada Rabbnya lagi amanah. Ia tak akan bertindak dzolim terhadap rakyatnya, karena paham akan beratnya pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)