Oleh : Heni Listiyawati
(Anggota Komunitas Menulis Asyik Cilacap)
#MuslimahTimes — Pemimpin merupakan kedudukan yang sangat penting dalam sebuah keluarga, organisasi, komunitas, bahkan negara sekalipun. Tanpa adanya seorang pemimpin, maka akan terjadi suatu permasalahan yang carut marut.
Lalu pemimpin seperti apa yang diharapkan?
Tentunya pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, dan yang paling penting adalah jujur. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dikutip dari sinarharapan.co.id dalam debat presiden 2019. Capres Jokowi menegaskan butuh keberanian dan ketegasan dalam mengelola negara Indonesia. Jokowi menekankan tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah SWT.
“Rakyat Indonesia yang saya cintai, mengelola negara sebesar Indonesia ini tak mudah, tak gampang. Sangat beruntung sekali saya punya pengalaman mengelola kota sebagai wali kota, Provinsi, dan 4,5 tahun ini mengelola negara kita Indonesia,” kata Jokowi di panggung debat di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019) malam.
“Kita ingin negara ini semakin baik dan saya akan pergunakan seluruh tenaga yang saya miliki, kewenangan yang saya miliki. Tidak ada yang saya takuti untuk kepentingan nasional, rakyat, bangsa negara. Tidak ada yang saya takuti kecuali Allah SWT untuk Indonesia maju,” dia menambahkan.
Mendengar pernyataan yang disampaikan jokowi, netizen dan kalangan masyarakat langsung bereaksi. Salah satunya datang dari pemimpin redaksi tabloid Obor Rakyat. Dikutip dalam politik.rmol.com Pernyataan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat ingatan Setiyardi Budiono kembali ke ruang persidangan. Di dalam debat kedua bersama penantangnya, Prabowo Subianto, Jokowi mengatakan dirinya hanya takut pada Tuhan.
Setiyardi Budiono adalah pemimpin redaksi tabloid Obor Rakyat. Awal Januari 2019 dia menghirup udara bebas setelah menjalani hukuman 8 bulan penjara. Karena dalam debat menyatakan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah SWT, Setyardi haqul yakin Jokowi berubah. Pekan lalu dia mengirim surat permintaan wawancara dan konfirmasi kepada Jokowi untuk dimuat dalam tabloid Obor Rakyat yang akan terbit dalam waktu dekat.
“Sekarang saya 1000% yakin Pak Jokowi akan memberikan waktu. Sebab beliau adalah sosok yang berani, hanya takut kepada Allah,” demikian Setyardi.
Banyak yang meragukan apakah benar jokowi memang benar takut kepada Allah Azza Wa Jalla, sementara faktanya kebijakan yang diambil sangat bertentangan dengan hukum syara. Takut kepada Allah SWT seharusnya takut melanggar hukum syara dan takut tidak berlaku adil pada rakyatnya. Buktinya dalam rezim saat ini banyak ulama yang dikriminalisasi, pengajian dibubarkan bahkan dicap ada yang radikal.
Takut kepada Allah SWT bukan sekedar ucapan tetapi kesesuaian dengan perbuatan. Kriminalisasi khilafah ajaran islam, salah satu bukti tidak takut pada Allah SWT.
Ucapan takut kepada Allah SWT bila sekedar sebagai lips service untuk memperoleh suara, siap siap menunggu perhitungan dari Allah SWT.
Di dalam islam seorang pemimpin bahkan telah dikenal sejak zaman dahulu kala sebelum Rasulullah SAW terlahir ke dunia. Dimana beberapa kelompok masyarakat selalu ada yang memimpin untuk memutuskan segala sesuatunya. Sebagaimana hadist yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW yakni: “Setiap manusia adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya kepada orang-orang yang telah dipimpinnya.”
Dari hadist di atas, dapat diartikan bahwa semua manusia yang hidup di muka bumi ini adalah seorang pemimpin. Yang mana ia akan dimintai segala pertanggung jawabannya atas apa yang mereka kerjakan termasuk dalam urusan kepemimpinannya. Hal ini juga dipertegas akan firman Allah SWT yang berbunyi:
“Kelak pada hari kiaman nanti, Kami akan menutup mulut-mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami mengenai tangan dan kaki mereka yang akan memberikan kesaksian tentang apa yang telah mereka perbuat selama hidupnya”. (QS. Yasin: 65).
Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist menjelaskan bahwasanya sifat kepemimpinan dapat dimiliki bagi setiap insan yang hidup di muka bumi ini. Dimana dari kita semua tentu memiliki model dan pola berfikir mengenai gaya-gaya kepimpinan yang berasal dari dalam hati nurani masing-masing. Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh Allah SWT melalui firmannya dalam Surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
“Ingatlah ketika Tuhanmu telah berfirman kepada para malaikat-malaikatnya: Sesungguhnya Aku hendak menjadikannya seorang khalifah di muka bumi”. Dan mereka menjawab: “Mengapa Engkau hendak menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi, padahal di bumi itu tempatnya orang membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Dan kamilah yang senantiasa bertasbih, memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhan berkata: “Sesungguhnya Aku telah mengetahui apa yang tidak engkau (malaikat) ketahui”. (QS. Al-Baqarah: 30).
Karena pemimpin yang takut kepada Allah dan menerapkan Khilafah. Pemimpin dalam Islam disebut Khalifah, sedangkan sistemnya adalah Khilafah. Islam sangat mempertimbangkan dan memiliki banyak kriteria untuk menentukan yang pantas menjadi Khalifah. Karena tugas seorang Khalifah sangat berat dan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Azza Wa Jalla mengenai kepemimpinannya.
Berdasarkan hal ini. Maka rezim hari ini adalah rezim pendusta, yang ucapanya tidak bisa dimintai pertanggung jawaban. Tidak ada jalan yang dapat ditempuh untuk mengatasi problem kepemimpinan saat ini, kecuali dengan tegaknya khilafah ala minhajin nubuah. Yang sudah jelas sistem atau hukum yang berasal dari sang Khaliq. Jangan tunggu lama, yuk tegakkan sistem khilafah dan cabut sistem demokrasi beserta akar akarnya.
Wallahu’alam bishowab
===============
Sumber Foto : Jobsmart