Oleh.Hana Annisa Afriliani, S.S
(Penulis Buku)
Di era digital ini, kreativitas tentu semakin menemukan ruangnya. Terlebih bagi kalangan millenial yang sedang membutuhkan pengakuan alias eksistensi diri. Dan salah satu hal yang kini lekat dengan generasi milenial adalah prank.
Prank adalah kosakata bahasa inggris yang artinya olok-olokan, lelucon, gurauan. Saat ini prank ini menjadi fenomena yang mewabah di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di tengah kepenatan yang ada, hadirnya prank dianggap sebagai sebuah penyegaran dari kepenatan tersebut.
Konten-konten prank pun banyak dibuat oleh para youtubers demi menarik banyak likers dan subscriber. Dan memang faktanya, konten prant selalu menjadi trending di youtube. Menandakan konten lucu-lucuan memang dicari oleh banyak orang. Akhirnya berbagai konten prank pun membanjiri laman youtube masa kini. Mulai dari yang bercanda ala kadarnya hingga berlebih-lebihan, bahkan sampai menyakiti orang lain.
Sebagai muslim tentu kita tidak boleh menelan bulat-bulat segala sesuatu yang sedang trend. Karena sejatinya seorang muslim terikat dengan hukum syara. Maka mengikuti trend semata, tanpa memahami esensinya, bisa jadi akan menjerumuskan pada perbuatan sia-sia bahkan mengundang laknat.
Ada beberapa hal yang harus kita soroti dari fenomena prank tersebut. Di antaranya pertama, konten bohong. Banyak di antara para youtubers yang mengunggah konten prank dengan kebohongan. Misalnya mengaku hamil di depan ibunya, sehingga membuat ibunya kaget dan sedih. Bahkan ada yang sampai ingin di usir dari rumah. Ada juga yang pura-pura jatuh sampai berdarah-darah, pura-pura memakai narkoba. Dll.
Dalam pandangan Islam jelas kebohongan-kebohongan seperti itu tak dapat dibenarkan. Islam melarang kita berbohong meski hanya bercanda.
Rasulullah saw bersabda:
“Celakalah orang yang berbicara, padahal ia berbohong untuk sekedar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Kedua, mengumbar kemesraan suami istri. Ada banyak konten istri menge-prank suaminya atau sebaliknya. Salah satu prank yang dibuat adalah istri meminta berhubungan seksual pada suaminya. Padahal suaminya sedang lelah. Ketika suaminya sudah mau, istri pun memberi tahu bahwa itu hanya prank. Sang suami pun sangat malu dibuatnya. Jelas yang demikian adalah hal yang tidak pantas untuk dipertontonkan ke publik.
Ketiga, aktivitas kesia-siaan alias tidak bermanfaat. Sebagian besar prank hanya memuat konten lucu-lucuan dengan dalih hiburan. Namun sayangnya tidak terdapat unsur edukasi sedikitpun di dalamnya. Lantas untuk apa?
Rasulullah saw bersabda:
“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Sungguh ironis jika kita hanya bergerak berdasarkan keinginan mengejar populatitas dan materi semata, sementara di hadapan Allah hal tersebut tidak ada nilainya sama sekali. Sungguh amatlah merugi waktu kita jika dihabiskan untuk hal-hal yang tiada bermanfaat, apalagi menjerumuskan kita pada maksiat.
Maka, sudah saatnya kita sandarkan segala amal kita pada ridho dan murka Allah saja. Untuk apa menjadi populer di hadapan manusia, jika di hadapan Allah kita tak berharga sama sekali? Jadi berkreasilah dengan tetap menjadikan hukum syara sebagai pegangannya, berkaryalah yang bermanfaat dan mendatangkan kebaikan untuk orang lain. Bukan sekadar lucu-lucuan demi menggaet followers dan mendulang rupiah.
Firman Allah ta’ala berikut layak menjadi renungan bagi kita:
“Demi masa; Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian; Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (TQS.Al-Asr:1-3)