Oleh Rismayanti Nurjannah
MuslimahTimes— Karena Rajab begitu bersejarah. Ya, bagi kaum muslimin Rajab itu bukan hanya sekadar bulan tanpa momen. Ia penuh kenangan yang membahagiakan, tapi juga memuat kenangan yang mengharu biru. Kenangan akan kejayaan Islam. Masa itu, masa dimana Islam masih menjadi mercusuar dunia. Mengalahkan imperium Persia juga Romawi. Namun, Persia dan Romawi tak rela Islam mendominasi. Kekalahan kedua imperium besar ini nyatanya menyemai benih permusuhan dalam dada mereka. Kedengkian mereka terhadap Islam tak pernah padam. Hingga beragam cara mereka lakukan. Karena Rajab begitu bersejarah. Di dalamnya, perang Salib terjadi. Bermula dari kedengkian seorang Raja Romawi bernama Armanus. Raja yang berkuasa pada tahun 462 H/1069 M ini rupanya memendam kebencian yang teramat sangat kepada kaum muslimin. Hingga ia membuat persiapan yang tak ada tandingannya dalam sejarah. Ibnu Katsir rahimahullah menggambarkan: “Armanus, Raja Romawi menyiapkan pasukan tak ubahnya seperti gunung yang terdiri dari orang-orang Romawi, Georgia dan Prancis. Jumlah dan perlengkapan mereka sangat besar. Ia didukung 35.000 para Batrix dan setiap Batrix mengepalai 200.000 personel pasukan kavaleri. Tentara-tentara dari Prancis berjumlah 35.000 personel. Tentara-tentara yang bermarkas di Konstantinopel berjumlah 15.000 personel plus 200.000 seruling dan penggali lobang, 1.000 kuda kerja, 400 gerobak yang mengangkut senjata, lampu dan alat perang pelempar batu termasuk manjaniq untuk perlengkapan perang 1.200 pasukan invantri.” Bisa dihitung berapa banyak jumlah pasukannya? Ya, kira-kira 7 miliar lebih pasukan yang digerakkan oleh Raja Armanus. Jika diandaikan pasukan tersebut di Indonesia, bisa dibayangkan betapa padatnya Nusantara ini? Ah, Indonesia mungkin tak mampu menampung pasukan sebanyak itu. Karena, penduduk Indonesia saja tahun 2018 diproyeksikan hanya mencapai 265 juta jiwa saja. Apa kabar dengan 7 miliar? Bagaimana tidak gentar Sultan Alib Arsalan saat itu? Hampir-hampir ia mundur melihat kekuatan musuh sebanyak itu. Sementara pasukannya hanya berkekuatan tidak lebih dari 200.000 personel. Namun, tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Jika Allah berkehendak, logika manusia tak akan mampu menjangkaunya. Romawi pun gentar. Bertekuk lutut di hadapan kaum muslim. 7 milyar terkalahkan oleh pasukan 200.000 personel. Di luar nalar manusia. Secara hitung-hitungan matematika mana mungkin itu terjadi. Namun, sekali lagi ini bukan mungkin tidak mungkin. Melainkan, seberapa besar Allah menghendaki. Kekhilafahan pun kian mengepakkan sayapnya. Imperium Romawi kian memendam kebencian yang teramat sangat pascakegagalannya kala itu. Kini, Armanus tak lagi menjabat. Ia tergantikan oleh Raja Alexius. Namun, kebenciannya tak pernah redup. Bahkan, mereka terang-terangan menyatakan rasa permusuhan dan keinginannya untuk memerangi kaum muslim. Boutros, seorang pendeta dari Prancis mulai melakukan penyerangan. Sayangnya, kegagalan kembali mereka temui. Pascakegagalan pasukan yang dipimpin Boutros, keluarlah pasukan Salib baru yang berasal dari Eropa. Motif mereka jelas, yakni merebut Baitul Maqdis dari kaum muslimin. Perang Salib ini terjadi pada tahun 491 H/1097 M. Pada perang Salib kali ini, pasukan Salib menuai sukses besar. Kemenangan pasukan Salib atau kaum muslim menyisakan luka dalam bagi kaum muslimin. Juga, semakin mengobarkan semangat pasukan Salib untuk melakukan ekspansi besar-besaran di wilayah kekhilafahan. Perang demi perang terus berlanjut. Ada kalanya, kaum muslim menuai kekalahan. Tetapi tak jarang menyemai keberhasilan. Baitul Maqdis akhirnya jatuh ke tangan pasukan Salib. Penaklukkan tersebut terjadi pada tahun 492 H/1099 M pada pagi hari, Jumat tanggal 23 bulan Sya’ban. Pasukan Salib membuat kerusakan di sana-sini. Penguasaan tentara Salib terhadap Baitul Maqdis pun semakin kuat. Mereka mendirikan kerajaan Salib di Al-Quds yang mulia, seperti di Raha, Antakiyah, Armenia dan Tarablus. Tindak-tanduk mereka kian menjadi-jadi. Pembantaian sadis dilakukan mereka. 92 tahun menurut perhitungan Hijriah, Al-Quds berada dalam cengkeraman tentara Salib. Namun, sejatinya semangat kaum muslim untuk merebut kembali Al-Quds tak pernah kendor. Hingga akhirnya, mereka berhasil menggapai impiannya tersebut di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi. Jatuhnya Al-Quds ke haribaan kaum muslim, merupakan impian yang amat dinantikan. Kaum muslim tak bosan menunggu hari dimana mereka mampu merebut kembali tanah suci tersebut dari pasukan Salib. Penantian yang amat panjang. Selama 92 tahun dalam Hijriah atau 88 tahun dalam hitungan Masehi mereka menanti. Dalam masa penantian itu, ternyata Allah tengah menyiapkan bagi mereka pemimpin yang istimewa. Pemimpin yang tangguh, kesatria, bertakwa dan juga wara’. Dialah Al-Malik An-Nashir Shalahuddin Al-Ayyubi Rahimahullah. Peristiwa jatuhnya Al-Quds ke haribaan kaum muslim menjadi momen bersejarah. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab tahun 1187 M. Wallahu a’lam bi ash-shawab Penulis adalah Anggota Komunitas Revowriter dan Kontributor Muslimah Jakarta [Mnh]