Trisnawaty A
(Revowriter, Makassar)
MuslimahTimes–Belum kering airmata meyaksikan pembantaian kaum muslim yang terjadi di dua masjid di New Zealand . Kini, duka kembali menyelimuti kita, pembantaian terhadap kaum muslim di Mali Tengah. Dilansir dari international.sindonews.com, aksi sejumlah pria menyamar sebagai pemburu dan membantai setidaknya 134 petani dan penggembala muslim di Ogossogou, Mali Tengah pada hari sabtu (23/03/2019).
Menurut PBB, wanita yang sedang hamil ikut dibunuh dan beberapa korban dibakar hidup-hidup. Video grafis yang diperoleh The Associated Press menunjukkan setelah serangan hari Sabtu, banyak korban terbakar di dalam rumah mereka. Tubuh anak kecil terlihat ditutupi dengan selembar kain, dan ada pula kartu ID ditunjukkan warga setempat berlumuran darah.
Sungguh menyayat hati, dan sangat menyakitkan, lebih-lebih pembantaian ini terjadi pada salah satu bulan mulia, yaitu bulan rajab, bulan yang dihormati. Tapi, justru kita harus mengelus dada dan menarik nafas sedalam-dalamnya dengan tewasnya saudara seaqidah kita.
//Derita Tak Kunjung Usai//
Apa yang menimpa kaum muslim di Mali tengah, bukan sesuatu yang baru bagi kita, berbagai serangan bertubi-tubi secara keji terhadap kaum muslim terus terjadi, tangisan, teriakan kaum muslim dibelahan dunia terus terngiang-ngiang di telinga, tampak di depan mata. Kecuali, bagi mereka yang tuli dan buta mata hatinya. Ratusan ribu nyawa kaum muslim yang menjadi korban pembantaian di Suriah, Irak, Palestina, Kashmir, Uighur, Myanmar dan yang baru-baru adalah di New Zealand. Hingga hari ini nasib kaum muslim Rohigya tidak jelas terlunta-lunta, entah kemana mereka akan berlabuh, tak bisa kembali ke kampung halaman mereka dan disisi lain mereka menderita di penampungan. Tak kalah mirisnya nasib kaum muslim uighur yang masih mendekam di kam konsentrasi pemerintah komunis Cina tanpa ada yang bisa membebaskan mereka. Tragisnya lagi, Raja saudi Muhammad Bin Salman justru mendukung pemerintah komunis Cina melanjutkan program ‘deradikalisasi Islam’ terhadap muslim Uighur.
Lalu bagaimana dengan tragedi kelam New Zealand dan pembantaian kaum muslim di Mali Tengah?Penguasa kaum muslim hanya bisa mengecam, bahkan hanya diam tanpa tindakan nyata. Mereka tidak bernyali dalam menghadapi ketidakadilan yang diciptakan barat.
//Umat Butuh Perisai//
Umat tak bisa melindungi diri mereka sendiri, tapi harus ada penguasa. Penguasa itu bukan lahir dari sistem demokrasi kapitalisme yang melahirkan sekat-sekat nasionalisme (nation state). Tapi, sistem itu adalah khilafah. Ini bisa kita lihat pada saat Rasulullah saw semasa menjadi kepala negara Islam di Madinah, beliau telah melindungi setiap tetesan darah kaum muslim. Nabi saw mengusir dan menyatakan perang terhadap Yahudi Bani Qainuqa’ di Madinah karena mereka telah menodai kehormatan seorang wanita muslimah. Tidak hanya dilakukan oleh Nabi, tetapi juga Khalifah setelahnya, Khalifah al-Mu’tashim Billah, seorang penguasa yang mengirimkan ratusan ribu pasukan menaklukkan kota ammuriyah (sekarang Ankara) demi untuk melindungi kehormatan seorang muslimah yang telah dilecehkan oleh prajurit Romawi.
Sungguh sudah saatnya kita mengakhiri derita kaum muslim dengan hadirnya perisai (pelindung) bagi kaum muslim dan juga bagi setiap jiwa yang menjadi warga negara khilafah termasuk nonmuslim. Maka apa yang kita takutkan dengan khilafah?
Rasulullah saw bersabda, ’Sungguh imam (khalifah) itu laksana perisai, orang-orang akan berperang di belakang dia dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad).
Wallahu ’allam
[Fz]