Oleh: Tawati
MuslimahTimes– Ajang pencarian bakat Puteri Muslimah Indonesia 2019 kembali akan digelar. Setelah serangkaian audisi terbuka yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia serta audisi secara online melalui Kapanlagi.com, telah terpilih 20 finalis Puteri Muslimah Indonesia 2019 yang maju ke malam puncak yang digelar pada Senin (29/4/2019) mendatang.
Salah satu stasiun televisi akan menayangkan live mulai pukul 18.30 WIB. Ajang Puteri Muslimah Indonesia 2019 selalu mengedepankan tiga kriteria khusus yang dikenal dengan ABC, yaitu Akhlak, Bakat, dan Cantik. Sementara itu, para finalis yang terpilih juga akan mendapatkan pelatihan-pelatihan khusus untuk menambah kualitas diri hingga babak final. (Liputan6.com, 25/4/2019)
Zaman sekarang, eksistensi menjadi hal penting yang dicari setiap orang, terutama dikalangan Muslimah. Berbagai audisi, mulai dari menyanyi, akting, termasuk Putri Muslimah Indonesia selalu dibanjiri peserta, bukan hanya untuk mengasah bakat yang ada, tapi tak dipungkiri bahwa itu untuk mencari eksistensi di tengah masyarakat.
Bicara tentang eksistensi diri, berarti bicara tentang naluri manusia yang telah Allah sertakan dalam penciptaannya ke dunia ini. Setiap manusia, memang terlahir dengan disertai tiga naluri dalam dirinya: naluri mempertahankan diri (gharizah baqa), naluri beragama (gharizah tadayyun), serta naluri berkasih sayang (gharizah na’u). Dan pengakuan akan eksistensi diri seseorang merupakan penampakan dari naluri mempertahankan diri (gharizah baqa). Dengan demikian adalah hal yang wajar jika seseorang ingin eksistensi dirinya diakui oleh orang lain.
Namun sebagai seorang Muslim, menjadi sebuah keharusan untuk mengetahui bagaimana caranya memenuhi berbagai dorongan dari setiap naluri yang ada supaya sejalan dengan aturan Allah Swt. Karena tidak mungkin Allah Swt menganugerahkan berbagai naluri, tapi tidak memberikan tuntunan untuk memenuhinya.
Berbagai audisi yang menjamur dan trend fashion yang saat ini booming tidak bisa lepas dari upaya mengeksiskan diri. Agar dibilang fasionable atau puji-pujian lainnya. Termasuk busana Muslim yang sekarang lagi naik daun, terutama untuk para Muslimahnya. Hingga sekarang banyak diadakan kontes dengan tajuk “Berhijab tapi Tetap Cantik”.
Berhijab atau berbusana menutup aurat tapi justru orientasinya agar tampil cantik dan memikat hati orang yang melihatnya. Padahal ketika Allah Swt memerintahkan para Muslimah untuk menutup auratnya baik dengan kerudung (QS. An-Nur: 31) dan jilbab (QS. Al-Ahzab: 59), itu dalam rangka menutupi kecantikan dan keindahan tubuhnya, karena memang kaum hawa itu diciptakan sebagai perhiasan dunia yang harus dijaga kehormatan dan kemuliaan dirinya.
Salah besar kalau kita berbusana Muslimah tapi dengan lebih mengutamakan ke-fashionable-an daripada ke-syar’i-annya, misalnya dengan mengenakan kerudung beraneka model tapi justru tidak menutup aurat dengan sempurna apalagi malah untuk memperlihatkan keindahan si pemakainya.
Dalam Islam, eksistensi seseorang tidaklah ditentukan dengan penampilan fisik ataupun kedudukan sosialnya, tapi ditentukan atas dasar keshalihan dan ketakwaannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (TQS. Al-Hujurat: 13)
Atas dasar itu, ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam institusi negara Khilafah Islamiyyah, negara akan melarang setiap aktifitas dan pekerjaan yang bisa merendahkan martabat perempuan dengan mengeksploitasi kecantikannya. Apalagi secara sengaja dipertontonkan perhiasannya di depan umum untuk dinilai kemolekannya demi meraih keuntungan sebagaimana yang terjadi di alam kebebasan demokrasi ini.
Khilafah akan senantiasa mensuasanakan dan mendorong setiap warganya untuk mencapai derajat takwa di hadapan Allah Swt, karena hal itu merupakan eksistensi diri yang hakiki. Dengan berbagai sistem Islam di segala bidang kehidupan, para Muslimah akan dipacu untuk dapat eksis dengan karya-karya yang dihasilkannya. Dalam bidang sains dan teknologi, ekonomi, kesehatan, pendidikan, serta bidang yang lainnya. Mereka tidak akan lagi sibuk mengejar eksistensi diri yang semu melalui beragam ajang kontes kecantikan.
Para muslimah pun akan tetap dapat eksis tanpa eksploitasi. Mereka akan menjadi para pakar dengan pemahaman Islam yang mumpuni sehingga mampu membangun peradaban dunia dengan kegemilangan Islam. Maka, saatnya para Muslimah memperjuangkan Khilafah Islamiyah dengan mencampakkan sistem demokrasi demi keberkahan hidup di dunia dan kemuliaan hidup di akhirat. Wallahu a’lam[].