Oleh : Sari Purnama
(Anggota pengajian Qonitat Magetan)
MuslimahTimes– Gelaran pesta lima tahunan baru saja selesai dilaksanakan. Layaknya suatu acara pesta atau perayaan terlintas di benak kita suasana yang meriah , penuh suka cita, kegembiraan, dan kesan yang indah setelah pesta usai.
Tetapi pesta rakyat lima tahunan di Indonesia ini benar-benar heboh dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya. Padahal pemerintah telah menggelontorkan dana yang jumlahnya fantastis, yakni lebih dari 25 trilyun untuk gelaran pemilu tahun ini.
Banyak sekali kehebohan dan kekacauan yang dibuat oleh ‘panitia’ pesta. Berawal dari ditemukannya 13 juta DPT yang tidak jelas, disusul dengan kotak kardus ajaib beserta sparepart gemboknya yang berupa plastik seal dan gunting untuk membuka kardus. Belum lagi orang gila yang diperbolehkan ikut nyoblos. Berlanjut adanya berbagai kecurangan yang terpampang nyata di TPS, para petugas KPPS, surat suara yang sudah tercoblos paslon tertentu. Yang membuat heboh juga, yakni adanya missing data yang masuk ke KPU pusat nyatanya banyak yang tidak sama dengan form C1 plano dilapangan (TPS).
Keruwetan bertambah dengan adanya isu serangan cyber ke server KPU. Hadirnya lembaga survey quick count juga menambah panasnya suhu perhitungan suara pasca pilpres.
Yang paling parah dari kekacauan ini adalah menelan banyak korban. Dikabarkan korban jiwa sebanyak 119 orang petugas KPPS dan aparat sedangkan 548 orang jatuh sakit . Angka ini kemungkinan masih akan bertambah.
Mereka yang meninggal dan sakit ini diduga karena kelelahan saat menjalankan tugas. Niat menghemat anggaran dengan melaksanakan pemilu serentak tetapi malah banyak memakan korban .
Ternyata dengan pemilu serentak ini petugas KPPS yang sakit bahkan meninggal itu dipaksa fisiknya untuk menerima beban pekerjaan yang melelahkan.
Tenaga dan pikirannya diforsir mulai dari persiapan menjelang hari H sampai perhitungan dan rekapitulasi surat suara. Belum lagi kalau ada permasalahan pada penghitungan suara. Bahkan di sistem pemilu ini pengumuman dari KPU atas perolehan suara terbanyak , siapa presiden terpilih juga masih menunggu lama.
Di dalam Islam pengangkatan seorang pemimpin atau khalifah tidaklah memerlukan waktu yang lama. Seperti saat pemilihan Khalifah setelah Rasulullah saw wafat. Pada waktu itu luas negara meliputi 7 negara saat ini (Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar, UEA, Yaman, Oman). Sahabat Anshar dan Muhajirin musyawarah di Saqifah Bani Saidah menunjuk Abu Bakar. Esoknya Abu bakar di baiat.
Di dalam negara Islam sistem pemilihan khalifah dilaksanakan dalam waktu tiga hari dua malam, Majelis Umat dan Mahkamah Mazalim akan bekerja maksimal dalam menetapkan khalifah.
Pengangkatan khalifah ini hukumnya fardhu kifayah sehingga tidak mesti dipilih langsung oleh rakyat. Jika kemudian dititipkan bahwa Majelis Umat yang memilih dan mengangkatnya maka kifayah
itupun terpenuhi. Simpel tak menghabiskan waktu dan biaya banyak
Kejadian pemilu yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit ini semoga bisa dijadikan pelajaran bagi banyak pihak bahwa sistem demokrasi itu memang dari asalnya sudah rusak dan banyak membawa kemadharatan . Hanya sistem politik yang berdasarkan Islam apabila diterapkan akan banyak membawa kebaikan di dunia ini.
Wallahu alam bishawab