Oleh : Dina Evalina
MuslimahTimes– Negara yang besar seperti Indonesia perlu generasi penerus bangsa yang hebat dan cemerlang untuk meneruskan estafet perjuangan negeri ini menjadi sebuah negara yang kuat. Karena masa depan Indonesia di masa depan ditentukan oleh kondisi generasi anak-anak muda saat ini.
Generasi cemerlang terbentuk dari sistem pendidikan yang terbaik dan unggul. Dari sana sebuah negara memiliki modal besar untuk mengahadapi persaingan di percaturan dunia dalam menghadapai negara lainnya.
Menurut Nelson Mandela. “ Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan Anda dapat mengubah dunia “.
Sebuah negara yang ingin berada di posisi puncak sebagai adidaya, harus memiliki sistem pendidikan yang mandiri tidak terintervensi paradigma-paradigma dari negara lain. Harus memiliki sistem pendidikan yang khas berbeda dari sistem pendidikan yang dipakai oleh berbagai negara saat ini, dimana sistem itu sudah terbukti mampu mencetak generasi yang gemilang, generasi penakluk, generasi yang mampu membawa negerinya menjadi negara Adidaya, sekaligus generasi yang memiliki miral yang baik serta generasi yang tunduk patuh kepada Tuhan Penciptanya.
Fakta mengungkapkan bagaimana kondisi generasi muda saat ini sudah mulai kehilangan moral yang baik dalam berperilaku. Terlibat pergaulan bebas, hamil di luar nikah, menyukai sesama jenis, menyelesaikan masalah dengan kekerasan yang kemudian menimbulkan perkelahian antarsesamanya, menjadi pelaku tawuran yang semakin marak terjadi. Mengkonsumsi bahkan memgedarkan obat-obatan terlarang, tak lagi memiliki adab yang baik dengan orangtua maupun guru di sekolah. Semua hal tersebut merupakan potret buram yang selalu menghiasi kondisi generasi penerus bangsa ini.
Perilaku liberal, hedonis, permisif yang mereka torehkan dalam menjalani kehidupan membuktikan bahwa rezim ini telah gagal membentuk generasi yang cemerlang. Apa yang bisa diharapkan dari generasi yang rusak pemikiran dan moralnya. Mereka terlatih meniru gaya hidup barat yang mengemban paradigma rusak dan menyesatkan seperti sekulerisme.
Paradigma-paradigma salah ini telah lama diemban oleh rezim di Indonesia . Rezim inipun tak memiliki visi misi yang jelas untuk menyelamatkan nasib generasi dari cengkraman sekulerisme-neoliberlisme.
Bahkan tujuan untuk membentuk bangsa yang mandiri dengan paradigma yang berbeda tak nampak dalam rezim sekular saat ini, sehingga ketergantungan terhadap negara asing justru semakin erat.
Dilansir dalam detik.com , bahwa Pemerintah tengah merevisi aturan terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Rencananya, dalam aturan tersebut akan dibuat beberapa insentif untuk menarik tenaga pendidik asing mengajar di Indonesia.
Selain itu dalam antaranews.com , Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek dikti) Mohamad Nasir melepas 45 orang delegasi mahasiswa Indonesia yang akan melaksanakan kunjungan ke China mulai 15 hingga 21 Juni 2019.
Hal mendasar yang menjadikan rezim ini gagal mencetak generasi penerus bangsa yang cemerlang dikarenakan sistem pendidikan di negeri ini rapuh yang sejatinya takkan mampu melahirkan generasi penerus yang baik dari segi akhlak maupun pemikirannya. Bahkan, sulit membentuk karakter pemimpin yang hebat pada diri generasi penerus.
Rezim dan sistem yang buruk hanya akan melahirkan generasi pembebek budaya yang rusak, selalu menuruti hawa nafsu dalam bertindak, terkikisnya jiwa sosial yang tinggi serta tertanamnya sifat individualis pada diri mereka. Terlebih dengan adanya program pertukaran pelajar antar negara, maka tsaqofah-tsaqofah sekulerisme-neoliberalisme dari negara tempat mereka belajar semakin mengakar kuat di benak anak negeri.
Arah sistem pendidikan Sekularis hanya membentuk pribadi yang mengabdi kepada kepentingan para kapitalis, yakni bagaimana generasi negeri ini dicetak untuk menjadi buruh atas perusahaan-perusahaan mereka. Hal itu justru akan memperkuat hegemoni mereka atas Indonesia karena generasi mudanya menjadi penyokong perusahaan-persahaan mereka beroperasi menghisap kekayaan alam milik negeri.
Untuk membentuk generasi yang cemerlang, Islam memiliki solusi atas hal tersebut yakni mengubah sistem pendidikan saat ini menjadi sistem pendidikan Islam.
Sistem pendidikan Islam menjadikan akidah Islamiyyah sebagai dasar. Sehingga perkara keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia menandingi fokus yang ditancapkan kepada generasi muda. Mereka dikenalkan perkara-perkara halal maupun haram yang akan mereka jadikan standar dalam berperilaku. Dengan begitu generasi yang lahir dari sistem pendidikan demikian akan selalu mengaitkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka dengan keimanan dan ketakwaan.
Dengan semua itu, akan terbentuk pribadi yang bertakwa. Patuh terhadap perintah Allah dan menjauhi segala segala larangan-Nya. Selalu mencontoh perbuatan Rasulullah. Menjadikan Alquran dan hadits sebagai pedoman hidup yang tidak hanya sekedar dibaca atau dihapal. Tapi dijadikan pedoman dalam berperilaku dan dijadikan solusi dalam mengaatsi berbagai permasalahan kehidupan. Jika hal ini dipadukan dengan materi sains dan teknologi akan terbentuk kepribadian Islam sekaligus cerdas pada diri generasi. Tentu, semua ini akan memberikan kontribusi besar terhadap sebuah negara yang memiliki generasi demikian.
Sistem pendidikan Islam diterapkan Daulah Khilafah selama lebih dari 13 abad, terbukti dapat melahirkan generasi-generasi penakluk, di usia yang masih sangat muda mampu membawa kekhilafahan berada di posisi puncak dunia. Sebut saja seperti Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel. Keimanan dan ketakwaan yang tinggi telah tertanam kuat dalam dirinya dari ia berusia belia, kedekatannya kepada Sang Maha Pencipta tidak diragukan lagi. Dari usia belia hingga ia beranjak dewasa yang ada dipikiran Muhammad Al-Fatih ialah menaklukkan konstantinopel agar ia mendapat kemuliaan dari bisyaroh yang Rasulullah sampaikan serta meraih rida Allah.
Dari keyakinan yang kuat akan janji Tuhannya dan kabar gembira dari Rasulullah SAW, Muhammad Al-Fatih mempelajari ilmu sains dan teknologi. Muhammad Al-Fatih mempelajari geografi untuk menyusun strategi perang. Muhammad Al-Fatih juga mempelajari berbagai macam bahasa agar ia memperoleh informasi-informasi yang ia perlukan dalam rangka menaklukkan Konstantinopel.
Muhammad Al-Fatih megajarkan kepada kita bahwa ilmu yang ia pelajari akan ia gunakan untuk merealisasikan janji-janji Allah SWT dan bisyaroh Rasulullah SAW.
Maka, Dalam Islam menjadi kewajiban negara menyediakan sistem pendidikan yang terbaik. Membangun sekolah-sekolah dan universitas-universitas, menyediakan fasilitas yang terbaik, seperti buku-buku pelajaran, laboratorium untuk penelitian, memberikan tunjangan yang layak bagi para pengajar maupun pelajarnya. Di sokong dengan penerapan sistem Islam lainnya seperti sistem ekonomi Islam sehingga semua itu mudah direalisasikan.
[Mnh]