Oleh Henyk Widaryanti
(Pemerhati Lingkungan)
#MuslimahTimes — Kemarau telah tiba. Pulau Jawa mulai menghadapi musim kemarau. Curah hujan yang minim, menyebabkan kekeringan dimana – mana. Terutama wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut Kementerian Pertanian ada sekitar 100 kabupaten terdampak kekeringan di Pulau Jawa. Jawa Timur menduduki wilayah paling luas mencapai 34.006 hektare (Tempo.co, 8/7/19). Sebagai contoh kabupaten Ngawi yang diprediksi ada 45 desa. Jumlah ini meningkat dari tahun lalu yang hanya 30 desa (Solopos.com, 15/06/19).
Kekeringan rutinitas yang berulang setiap tahun. Tidak hanya pulau jawa, pulau lainnya pun mulai bersiap menghadapi musim kemarau panjang. Bahkan area hutan pun juga siaga, pasalnya di musim ini akan banyak bermunculan titik api yang menyebabkan kebakaran hutan.
Masalah seperti ini seharusnya sudah memiliki penyelesaian yang tepat. Namun, penyelesaiannya ternyata belum tuntas. Setiap tahun kita masih melihat kekeringan melanda.
Sebab Musabab Kekeringan
Selain kondisi alam, kekeringan bisa disebabkan oleh ulah manusia. Seperti pembalakan hutan, penebangan hutan secara serampangan mengakibatkan berkurangnya pohon. Padahal pohon berfungsi menyimpan dan menahan air tanah. Jika pohon tidak ada, maka tidak akan ada akar – akar yang akan menahan air. Sehingga persediaan air di musim kemarau menipis bahkan habis.
Adanya swastanisasi air. Tidak bisa dipungkiri ada praktik swastanisasi air. puluhan sumber air dikuasai oleh perusahaan – perusahaan air milik swasta. Air dimanfaatkan sebagai produk kemasan yang dijual ke masyarakat. Sehingga, untuk menikmati kesegaran air masyarakat perlu membelinya. Jika banyak air yang dimanfaatkan, maka tidak diragukan lagi akan ada krisis air di daerah sekitar pabrik air kemasan.
Pencemaran limbah dapat memberi peran dalam kekeringan. Menjamurnya pabrik makanan, obat – obatan, dst menghasilakn limbah yang melimpah pula. Sehingga mengakibatkan tanah dan air tercemar. Jika ketercemaran lingkungan ini dibiarkan, maka pasokan air bersih akan berkurang. Kekurangan pasokan air mengakibatkan bencana kekeringan semakin lama.
Perbaikan Belum Menyelesaikan
Dalam menghadapi musim kemarau ini, pemerintah tentunya telah menyiapkan peralatan dan perlengkapan. Mulai penyiapan persediaan air bersih hingga hujan buatan. Namun, masalah kekeringan tak kunjung terselesaikan. Pasalnya kondisi ini terus berulang setiap musim kemarau tiba.
Penyelesaian yang dilakukan seakan hanya memberikan pelayanan teknis secara luar saja. Seharusnya ada upaya pengkajian mengenai penyebab masalah ini dan penyelesaian yang tetap.
Akar Masalah Kekeringan
Mengapa ketika musim kemarau tiba selalu kering? Jawabannya logis, karena minim bahkan tidak adanya curah hujan maka kondisi air tanah mulai surut. Sedangkan kebutuhan air masyarakat tetap bahkan lebih banyak. Hal ini menyebabkan pasokan air tidak memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat.
Namun, masalah ini terjadi di kurun 20 tahun terakhir. Sebelumnya, meski musim kering tiba masyarakat masih bisa mendapatkan air tanah.
Secara alami, ada penyebab mendasar berkurangnya debit air tanah. Bisa karena pembalakan hutan liar. Ditebangnya pohon secara serampangan menyebabkan akar sebagai penyimpan air berkurang. Sehingga air tanah dengan mudah hilang atau menguap.
Di sisi lain, banyaknya sumur bor yang dalam dengan penyedot jetpam atau jetset menyebabkan sumur masyarakat menjadi kering. Kalah dengan sumur besar, airnya tersedot ke sana.
Pencemaran sungai ikut mempengaruhi berkurangnya pasokan air bersih. Bahkan wahga kadang terpaksa memakai air tercemar tersebut. Pencemaran ini bisa karena limbah buangan pabrik, rumah tangga, atau kotoran manusia. Sehingga diprediksi air yang tercemar akan melahirkan masalah baru.
Swastanisasi air perlu mendapat perhatian. Pasalnya warga setempat untuk mendapatkan air tersebut harus membeli. Padahal air adalah hajat hidup orang banyak.
Cara Islam Mengatasi Kekeringan
Islam memberikan solusi teknis dalam menghadapi masalah ini. Meskipun ini kondisi alam, penyelesaian yang menyeluruh perlu diberikan.
Secara teknis, beberapa hal yang ditawarkan Islam dalam mengatasi masalah ini :Pertama, merehabilitasi saluran irigasi (waduk) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Kedua, merehabilitasi hutan dan lingkungan yang telah rusak oleh tangan manusia. Serta memberikan sanksi tegas kepada para pelanggarnya.
Ketiga, melarang swastanisasi air. Air adalah kebutuhan hidup masyarakat, sehingga tidak boleh dikomersialkan demi keuntungan.Keempat, mengembangkan teknologi yang mumpuni. Sehingga mampu menghadapi situasi kemarau panjang.Kelima, memberikan bantuan (pangan) kepada masyarakat yang membutuhkan di kala musim seperti ini tiba.Keenam, memelihara sikap amanah untuk melayani masyarakat. Karena nota bene pemerintah adalah pelayan umat.
Secara iklim, negara melakukan pengamatan iklim yang akurat. Sehingga dapat membantu menentukan kalender tanam, dan pemetaan daerah rawan kekeringan.
Di sisi lain, karena dunia ini adalah kepunyaan Allah SWT. Maka negara sebagai periayah umat perlu menanamkan ketakwaan pada masyarakat. Dengan berdoa bersama – sama, dan mengingatkan bahwa kondisi ini adalah ujian dari Sang Penguasa. Bisa saja masalah ini timbul karena kelalaian manusia menjalankan amanahnya. Sehingga Allah memberi peringatan.
Firman Allah :“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Penyelesaian yang kompleks ini hanya dilakukan oleh negara yang mandiri, memiliki kemampuan berdasar mabda yang kuat. Hanya mabda Islam yang mampu melaksanakan tugasnya secara sempurna. Karena kepemimpinan Islam bukan untuk meraih kekuasaan semata. Namun, tugas utamanya adalah meriayah (mengurusi) urusan rakyat. Mabda Islam ini hanya bisa hidup dalam negara yang menjadikan Islam sebagai sumber rujuakan. Dalam fiqih Islam negara seperti ini dinamakan khilafah.
Wallahu a’lam bishowab.