Oleh : Indah Permatahati
(Anggota Komunitas Penulis Muslimah Peduli Umat-Kota Malang)
MuslimahTimes– Keluarga adalah sebuah institusi terkecil umat manusia yang terdiri dari sepasang suami istri yang kemudian dilengkapi dengan anak di dalamnya. Keluarga kerap diidentikkan dengan tempat ternyaman dan teraman. Kemana pun kaki lelah melangkah, tak jua kepada keluarga tempat kembali. Hingga di tengah masyarakat kita mengenal sebuah ungkapan _teman berganti-ganti, keluarga tempat kembali._ Begitulah fakta tentang institusi keluarga.
Dalam Islam, banyak dikisahkan potret keluarga dalam Al Quran. Mulai dari keluarga yang berisikan ayah, ibu dan anak-anak yang salih hingga keluarga yang Allah jadikan sebagai contoh yang tak patut ditiru.Lalu, apa yang terjadi dengan fenomena keluarga hari ini?
Presiden Jokowi dalam KTT G20 Osaka berbicara pada Sesi III berbicara mengenai pemberdayaan perempuan dengan tema Addressing Inequalities & Realizing an Inclusive and Sustainable World, Sabtu, 29 Juni 2019. Presiden Jokowi mengatakan bahwa peran perempuan di dalam ekonomi, politik dan kehidupan bermasyarakat masih jauh dari potensi yang ada. Padahal menurut Presiden, di era berbagai tren yang dipicu digitalisasi dan globalisasi, wanita bisa lebih unggul daripada pria. “Perempuan lebih rajin, lebih tekun, lebih detail, lebih sabar, dan lebih team-work daripada kita. Karena e-Commerce dan teknologi membutuhkan karakter seperti itu, sehingga meningkatkan partisipasi perempuan dalam bisnis, ekonomi dan politik otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional di era digital,” ungkap Presiden. (www.kemlu.go.id)
Kita kembali disuguhi dengan opini yang sudah tak asing lagi yakni tentang kesetaraan gender. Sekilas opini ini nampak indah yaitu membela kondisi kaum perempuan, namun di balik opini kesetaraan gender sesungguhnya amat berbahaya, karena ide ini hendak menyetarakan antara laki-laki dengan perempuan dalam segala aspek. Ide ini hendak mendorong perempuan keluar dari kodratnya dan mendorong perempuan agar berlomba-lomba untuk keluar rumah dalam rangka bekerja. Jelas opini kesetaraan gender ini merupakan opini yang batil karena dapat merusak bangunan keluarga muslim.
Para perempuan digiring agar mereka mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Opini ini juga bisa menjadikan muslimah kehilangan jati diri mereka sebagai al umm wa robbah al bait (ibu adalah pengatur rumah tangga) sehingga kerusakan generasi akan terjadi karena sang ibu meninggalkan perannya dan tidak lagi menjadi benteng di keluarga.
Dampak lain dari ide kesetaraan gender adalah banyak perempuan yang menunda bahkan menolak menikah, dikarenakan mereka mempunyai pemikiran bahwa setelah menikah akan diperlakukan tidak adil oleh suaminya. Selain itu muncul kekhawatiran tidak bisa bekerja lagi, bahkan muncul rasa ketakutan jika menikah akan menjadi seorang ibu sehingga tidak bebas berkarya di ranah umum karena sibuk dengan peran keibuannya. Sehingga ide ini mengakibatkan di beberapa negeri Islam mengalami penurunan tingkat pernikahan dan masalah demografi.
Di Mesir misalnya, tingkat pernikahan telah menurun sebesar 70% antara tahun 2004 dan 2016 (Badan Pusat untuk Mobilisasi Publik dan Statistik di Mesir); di Palestina tingkat pernikahan telah menurun 8% hanya antara 2015 dan 2016 (Pernyataan oleh Presiden Dewan Agung Keadilan Forensik); dan antara 1965 dan 2013, tingkat pernikahan kasar di negara-negara EU-28 menurun mendekati 50% secara relatif (Eurostat). (www.muslimah.news.com).
Jelas ide ini tidak sesuai dengan tatanan kehidupan keluarga muslim, karena ide ini berasal dari Barat untuk menghancurkan keluarga di negeri-negeri Islam.
Dalam Islam, Allah sudah mengatur bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan itu memang tidaklah sama. Berbeda hak dan kewajibannya. Perbedaan tersebut sebenarnya adalah untuk memuliakan kaum perempuan, karena Allah maha tau terkait kadar kemampuan perempuan dan laki-laki memang tidaklah sama. Sehingga sudah seharusnya para muslimah tidak terperdaya dengan ide ini, dan tetap bangga dengan perannya sesuai dengan aturan dari Allah Swt. Peran perempuan sebagai pengatur rumah tangga adalah peran terbaik yang Allah berikan kepada para muslimah dalam rangka akan lahir dari rahim kaum muslimah para generasi emas yang akan membawa kebangkitan Islam. Namun sayangnya sekali hari ini keluarga muslim justru dikepung ide batil ini, bahkan negara yang seharusnya menjadi penjaga masyarakatnya tidak mampu membendung ide batil ini, justru malah memacu masyarakatnya untuk mendukung ide ini. Maka sudah selayaknya hari ini institusi keluarga menjadi benteng kokoh terakhir sebagai tempat berlindung orang-orang yang ada di dalamnya dari kebathilan ide kesetraan gender, saat institusi negara terus mengopinikan ide yang tak sejalan ini dengan pemikiran Islam. Mari bentengi keluarga kita dari ide kesetaraan gender, dengan terus berpegang teguh kepada syariat Islam dan mengupayakan agar syariat Islam dapat diterapkan dalam institusi negara kita sehingga keluarga muslim tetap terjaga dan kesejahteraan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
[Mnh]