Oleh Ummu Azka
Ibu peduli generasi
Muslimahtimes– Seminggu sudah film dua garis biru beredar. Dalam waktu singkat, tiket penjualan tembus angka 1 juta. Tak ada pelarangan secuil pun dari penguasa. padahal konten film sarat dengan propaganda, terhadap kerusakan remaja yang makin menggila.
Namun tetiba kita dikejutkan dengan respon yang luar biasa dari banyak pihak terkait kejadian yang sedang viral di media. Ya, pengibaran bendera bertuliskan Laa ilaaha illallah Muhammadurrasuulullah oleh siswa MAN 1 Sukabumi. Polemik dimulai ketika ada seorang netizen men-tweet pihak kemenag di Twitter. Cuitan itu lantas di retweet oleh Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Ace Hasan Syadzily. Komisi VIII DPR membidangi bidang keagamaan dan bermitra dengan Menteri Agama. Dalam cuitannya beliau memohon kepada Menteri Agama untuk segera mengusut dan menindak tegas pelaku pengibaran bendera yang menurutnya milik organisasi terlarang.(detiknews.com21/7/19)
Investigasi dimulai. Pihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Sukabumi tidak membantah. Mereka memastikan foto siswa yang mengibarkan bendera bertuliskan tauhid ialah anak didiknya. Para guru mengakui kecolongan soal aksi muridnya itu.(detiknews.com)
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kesiswaan MAN 1 Kabupaten Sukabumi Ade Saepudin menjelaskan foto tersebut berlangsung pada Jumat (19/7). Pengibaran bendera tulisan tauhid itu, sambung Ade, dilakukan oleh sejumlah siswa tergabung Keluarga Remaja Islam Majelis Al-Ikhlas atau Karisma.(detiknews.com)
Dua fakta menarik yang terjadi dalam waktu berdekatan, mendapat respon yang sungguh tak sepadan. Film 2 garis biru beredar bebas tanpa hambatan. Film ini menyodorkan gaya hidup bebas, meski “bablas” namun tetap mendapatkan akhir yang indah. Adalah sebuah upaya penyesatan, karena kenyataan di lapangan tak seindah dalam tontonan. Kehamilan di luar nikah tak mungkin berujung bahagia. Karena perzinahan terbukti bisa mengakibatkan kerusakan generasi. Juga azab Allah SWT yang pasti.
Semuanya bergeming. Termasuk penguasa yang seharusnya memiliki wewenang jikapun film tersebut harus ditarik dari peredaran.
Sementara pengibaran bendera tauhid mendapat respon cepat hingga diberlakukan bak tersangka yang berbahaya. Sampai menteri agama turun tangan langsung dengan pembentukan tim khusus Kemenag untuk investigasi terkait pengibaran bendera tauhid tersebut.
Meski nampaknya penguasa harus menanggung malu, karena ternyata ketakutan mereka terkait organisasi yang dilarang sama sekali tak terbukti. Setelah ditelusuri, pengibaran bendera tauhid yang dilakukan para siswa tersebut hanya sekedar promosi atas kegiatan ekskul rohis.
Remaja Butuh Penjaga
Ada bahagia yang menyeruak saat opini Islam makin tersebar. Keinginan para siswa mengibarkan bendera tauhid seharusnya disikapi positif sebagai sebuah gambaran akan kebanggaan dirinya menjadi seorang muslim. Sesuatu yang sekarang sedang tercabut dari jiwa para remaja.
Harus diakui, generasi muda kita seperti memiliki “kiblat” baru dalam hidupnya. Hantaman arus budaya yang berasal dari barat tak henti-hentinya merasuk ke dalam pola pikir mereka. Tren fashion, film, dan food telah menggeser nilai-nilai keagamaan dan standar kebahagiaan yang mestinya dipegang erat oleh remaja muslim. Jebakan perzinahan yang dikemas dalam topeng pergaulan, makin menambah kerusakan generasi.
Dua peristiwa diatas memberikan penjelas kepada kita akan anomali yang terjadi pada remaja. Mengingat mereka adalah aset umat yang sangat berharga, maka sudah saatnya kita menyelamatkan mereka dari bahaya budaya yang serangannya semakin masif dan terstruktur. Butuh negara dalam hal ini sebagai perisai yang dapat melindungi setiap generasi dari kerusakan di berbagai sisi. [nb]