Oleh. Helmiyatul Hidayati
(Blogger Pro, Pengasuh Kajian Online Muslimah Perindu Jannah)
#MuslimahTimes –– Fobia atau phobia adalah suatu perasaan takut berlebihan terhadap suatu hal yang tidak masuk akal, baik itu objek maupun situasi yang sebenarnya tidak menimbulkan bahaya (hellosehat.com).
Sebenarnya ada beberapa jenis penyakit phobia yang paling sering dialami oleh banyak orang. Salah satunya adalah jenis phobia yang bersifat spesifik. Biasanya mereka takut pada objek atau sistuasi tertentu semisal phobia pada ketinggian, tempat sempit, phobia naik pesawat, hingga phobia pada hewan-hewan tertentu seperti laba-laba, anjing, ular dsb.
Untuk jenis phobia kompleks, biasanya memberikan efek yang lebih parah daripada phobia yang bersifat spesifik, terutama terhadap kehidupan sehari-hari. Contoh phobia ini biasanya social phobia, orang yang memiliki kecemasan berlebih baik sebelum, saat bahkan setelah bertemu atau berbicara dengan seseorang.
Di era milenial ini sebenarnya muncul jenis phobia baru, menjangkiti wilayah tertentu dan orang-orang tertentu yakni phobia terhadap agama Islam atau yang sering kita sebut dengan Islamophobia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam, bahkan ke simbol-simbolnya bisa menjadi monster bagi para pengidap phobia ini.
Lembaga riset Pew Research Center di Amerika Serikat menemukan fakta bahwa dunia global sedang “alergi” dengan berbagai simbol keagamaan. Hal ini ditunjukkan dalam undang-undang, kebijakan, dan tindakan oleh pejabat yang membatasi keyakinan dan praktik keagamaan di negaranya (viva.co.id).
Membayangkan Islamophobia kini tidak bisa kita hanya mengira bahwa penyakit ini hanya menjangkiti penduduk negeri yang memang mayoritasnya kafir. Hal ini ‘wajar’ mengingat di negeri-negeri seperti itu tidak ada “anti-body”terhadap serangan Islamophobia, kalaupun ada pasti sangat kecil. Tapi nyatanya Islamophobia kini telah menjangkiti negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim, seperti Indonesia.
Tidak hanya simbol yang mendapat pembatasan atau serangan, beberapa ajaran Islam pun “dibantai” habis-habisan misalnya poligami, riba, bahkan ajaran khilafah. Di Indonesia, siapa yang mendakwahkan paham khilafah akan dianggap musuh bersama, sehingga sering sekali kita mendengar adanya persekusi para ustaz dan da’i yang ketahuan pernah menyebut khilafah sebagai ajaran Islam di dalam ceramahnya. Bahkan ada juga yang nekat mengatakan bahwa khilafah sama dengan PKI atau bendera tauhid itu bendera teroris.
Hizbut Tahrir, sebagai salah satu ormas yang lantang berbicara ajaran Islam yang satu ini (khilafah) telah dicabut BHP-nya bahkan anggotanya dinyatakan akan dikejar bila masih menyebarkan paham khilafah. Padahal khilafah itu memang sudah ada sebagai salah satu ajaran Islam sendiri (detik.com).
Pada penyakit phobia umumnya, genetik dan faktor lingkungan bisa memiliki “pengaruh” sebab timbulnya phobia pada seseorang. Cara mengatasi phobia bisa dengan melakukan psikoterapi dan atau pemberian obat.
Namun sebab timbulnya Islamophobia, sedikitnya ada 4 (empat) hal. Pertama adalah media. Seperti yang kita tau, masyarakat kini amat dekat dengan media. Bahkan lebih akrab dengan media daripada dengan sanak saudara. Di Amerika bahkan ada istilah, bahwa orang-orang lebih percaya media daripada kitab sucinya.
Fungsi media sebagai sumber informasi membuatnya sangat dibutuhkan oleh segenap masyarakat. Namun pasca kejadian WTC 911, Islam dan Muslim senantiasa mendominasi headline negatif di media mainstream di seluruh dunia. Maka tak heran setiap kali ada serangan teror, biasanya akan disematkan pada Islam dan Muslim, namun kebalikannya bila ada serangan pada muslim dan masjid di Barat, hal ini tidak akan (atau jarang sekali) menjadi headline di media manapun.
Kedua, agama sebagai kendaraan politik. Islam mengatur segala lini kehidupan manusia, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Mulai dari bangun tidur hingga bangun negara. Termasuk pengaturan di dalam sistem politik juga ada. Sayangnya, agama acapkali hanya dijadikan alat untuk mendapatkan atau melanggengkan kekuasaan, namun enggan bahkan mencampakkan aturan-Nya ketika telah berkuasa.
Ketiga, ketidaktahuan masyarakat. Sistem kehidupan sekuler yang menjadi nadi dunia hari ini mengakibatkan muslim jauh dari ajaran agamanya sendiri. Sehingga mudah sekali disusupi oleh pemikiran-pemikiran asing dan melihat agamanya sendiri sebagai ‘monster’ karena dianggap tidak mampu menjawab tantangan zaman. Salah satu contohnya adalah kegagalan sistem pendidikan sekuler yang hanya mampu menelurkan lulusan trampil namun minim ketakwaan. Padahal sebagai muslim, bertakwa kepada Allah haruslah menjadi segalanya. Untuk itu muslim perlu memperbaiki diri dan bangkit kembali.
Keempat, ketakutan akan kebangkitan Islam. Bukan rahasia lagi bila Islam memang akan bangkit seperti yang difirmankan oleh Allah dalam QS. An-Nur ayat 55, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Kebangkitan Islam adalah ketika hukum Allah telah ditegakkan di muka bumi, dimana hal ini hanya bisa terjadi dalam bingkaian sistem kenegaraan khilafah. Kebangkitan Islam akan menggeser kekuasaan global dan hegemoni Barat. Supaya hegemoni ideologi kapitalis ini tetap langgeng maka mereka memanfaatkan pemimpin muslim untuk bertindak represif terhadap Islam dan pengembannya. Dalam hal ini Islamophobia adalah strategi yang digunakan.
Barat mengembangkan Islamophobia dengan menggandeng tangan rezim di seluruh negeri muslim baik skala regional ataupun global dalam berbagai forum, kerjasama antarnegara, bilateral maupun multilateral (muslimahNews).
Islamophobia sebenarnya adalah strategi kuno. Solusinya adalah dengan dakwah menyadarkan ummat akan agenda buruk di balik Islamophobia itu sendiri dan menyadarkan ummat bahwa kita adalah satu di seluruh dunia. Fokus pada asas bahwa Islam adalah kepemimpinan berpikir dan solutif, bahwa hanya dengan Islam yang diterapkan secara sempurna maka akan menciptakan Rahmatan Lil ‘Alamin.
Wallahu a’lam..