Oleh : EL Fitrianty
Penulis Buku “Menemukan Keimanan yang Kokoh”
Muslimahtimes– Mengajarkan akidah dan nilai-nilai keimanan kepada anak usia dini itu seperti mengukir di atas batu. Anak-anak ibarat batu yang siap untuk diukir, digambar atau dibuat segala rupa sesuai keinginan orangtuanya. Ukiran pertama, orangtua yang menentukan. Awal-awal bisa jadi terasa sulit, melelahkan dan butuh pengulangan (repetisi) sehingga ukiran kita mewujud di atas batu sesuai harapan kita.
Demikianlah mendidik anak usia dini. Butuh kesungguhan kita -orangtuanya untuk menanamkan akidah sebagai pemahaman super penting tentang hakikat hidup manusia. Dari mana manusia berasal, Mau melakukan apa di dunia, dan Kemana nanti setelah meninggalkan dunia. Ini adalah visi besar kita bersama.
Namun masya Allah, jika keimanan sudah menancap kuat pada diri anak insya Allah mereka akan siap menghadapi tantangan zaman. Dan itulah maklumat awal (imprint) bagi anak yang akan dibawanya sampai dewasa dan diyakininya sebagai kebenaran. Maka kesempatan bagi kita -orangtuanya menguatkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupannya. Karena secara fitrah setiap anak memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan mengikuti kebaikan.
Kita bisa belajar kepada Luqman tentang bagaimana beliau menanamkan akidah yang kokoh sejak dini kepada anak-anaknya. Demikian salehnya sosok Luqman, baik sebagai individu maupun sebagai ayah, sehingga kisahnya diabadikan dalam Alquran.
Alquran menerangkan, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberikan pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31]: 13).
Nabi Ibrahim as. dan Nabi Yaqub as. pun berwasiat kepada anak-anaknya agar teguh memegang akidah Islam. Karena, hal ini sangat fundamental.
Alquran menerangkan, “Dan Ibrahim telah mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yaqub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 132 – 133).
Alm. KH. Zainuddin MZ berpesan dalam salah satu tauziahnya, “Didik mereka dengan jiwa tauhid yang mengkristal di dalam batinnya, meresap sampai ke tulang sumsumnya, yang tidak akan sampaipun nyawa berpisah dari badannya, akidah itu tidak akan terpisah dari hatinya. Bahkan dia sanggup dengan tegar berkata, ‘Lebih baik saya melarat karena mempertahankan iman dari pada hidup mewah dengan menjual akidah.”[nb]