Oleh: Hamsina Halik
(Revowriter Mamuju)
MuslimahTimes– Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. (wikipedia.org)
Namun, apa jadinya jika saat ini Pancasila hanya sebagai slogan ketimbang dasar penyelenggara negara? Berarti ada ideologi lain yang tengah diterapkan di negeri tercinta ini. Kurang lebih pernyataan Surya Paloh terkait Indonesia negara kapitalis liberal, membenarkan slogan tersebut.
Seperti yang dilansir dari cnnindonesia.com (14/08/2019), bahwa Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh menyebut Indonesia merupakan negara ini telah menganut sistem kapitalis yang liberal. Namun, Indonesia, malu untuk mengakuinya.
Negara ini, kata Surya, selalu mendeklarasikan diri sebagai negara Pancasila lantaran malu-malu kucing untuk mengakui bahwa sistem yang dianut sesungguhnya adalah kapitalis liberal.
Pernyataan ini bisa dianggap sebagai anti pancasila. Sebagaimana yang dikatakan oleh mantan Ketum PP Muhammadiyah kepada redaksi rmolbanten.com seusai acara sarasehan ‘Muhasabah 74 Tahun Kemerdekaan RI’ di kantor CDCC, Jakarta.
“Pak Surya Paloh dengan assesment kesimpulan bahwa kehidupan kebangsaan kita negara dan bangsa Indonesia telah terjebak ke dalam kapitalisme liberalisme dan itu adalah kenyataan dan itu adalah antipancasila,” ungkap Din kepada redaksi usai acara sarasehan “Muhasabah 74 Tahun Kemerdekaan RI” di Kantor CDCC, Jakarta, Jumat (16/8).
/Layak Disebut Negara Kapitalis Liberal/
Tak bisa dipungkiri bahwa negara Indonesia memang menganut ideologi kapitalis liberalisme. Dari berbagai fakta yang disodorkan ditengah-tengah kehidupan masyarakat dan bernegara menjadi bukti kuat bahwa kapitalis liberalisme telah lama bercokol di Indonesia.
Melalui penerapan sistem demokrasi yang berbiaya mahal, kapitalis liberalisme tumbuh subur. Materialisme yang menjadi asas dari setiap perbuatan, menjadikan segala sesuatunya berdasarkan manfaat. Menghalalkan segala cara akan ditempuh selama itu menguntungkan para kapitalis. Dan sekularisme yang menjauhkan agama sebagai pengatur kehidupan, menghasilkan orang-orang yang tak peduli halal haram. Moral dan akhlak adalah nomor sekian.
Hal ini mengakibatkan rusaknya tatanan masyarakat diberbagai aspek. Berbagai penderitaan akibat diterapkannya sistem kapitalis liberal dirasakan langsung oleh umat Islam saat ini. Kesejahteraan rakyat dan keberkahan hidup tak terwujud. Rakyat hidup dalam keterpurukan dan penderitaan tiada henti. Ini nampak dari maraknya kemiskinan, pengangguran, kelaparan, kurang gizi, kriminalitas, korupsi, dll yang angkanya terus melambung tinggi.
Massifnya propaganda perang melawan terorisme, membuat penguasa menjadikan radikalisme dan terorisme sebagai ancaman nyata bagi Indonesia. Padahal, pada faktanya ada berapa banyak rakyat yang terbunuh karena kelaparan atas kemiskinan yang mendera mereka ataupun berapa banyak dari mereka yang menjadi korban kriminalitas akibat penerapan kebijakan penguasa yang hanya menguntungkan rezim.
Kapitalisme liberalisme juga telah merampas hak rakyat. Kekayaan alam yang seharusnya menjadi milik rakyat, justru diserahkan kepada negara-negara imperialis melalui perusahaan-perusahaan asing dengan penerapan kebijakan ekonomi liberalisme atas nama investasi.
Harga-harga yang melambung tinggi karena diserahkan kepada mekanisme pasar. Ditambah penguasa mencabut subsidi bbm dan membiarkan harga berubah-ubah. Mengakibatkan harga kebutuhan pokok sulit dikontrol dan cenderung mengalami kenaikan.
Melalui kebijakan liberalisme, keran impor dibuka lebar-lebar. Pasar dalam negeri akhirnya dibanjiri produk impor. Mulai dari kebutuhan pangan hingga elektronik dan tekstil. Mengakibatkan produk dalam negeri tergeser, akhirnya banyak yang gulung tikar akibat tak kuat bersaing dengan produk impor.
Ini baru sebagian fakta. Masih banyak fakta lainnya yang membuktikan bahwa Indonesia sangat layak disebut negara kapitalis sekular. Bukti bahwa negara ini menganut ideologi kapitalisme sekular liberal, bukan Pancasila. Sistem yang tak akan mampu membawa bangsa ini kearah yang lebih baik.
/Ganti dengan Sistem Sahih/
Islam adalah agama yang sempurna. Agama yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)
Dan, dengannya keberkahan hidup akan terwujud jika masyarakat beriman dan bertakwa. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertakwa dalam sistem demokrasi kapitalis sekular liberal saat ini, bagaikan punuk merindukan bulan. Sangat sulit. Sebab, lingkungan tempat tinggal mereka jauh dari nilai-nilai Islam. Aturan yang mengatur bukan aturan Islam. Agama tidak ada andil dalam mengatur kehidupan. Maka, yang ada adalah masyarakat yang sekular.
Dengan demikian, terwujudnya masyarakat yang beriman dan bertakwa hanya akan terjadi manakala sistem yang dipakai adalah sistem Islam. Sistem yang menerapkan syariah Islam secara total dan formal.
Sejarah telah mencatat, selama 1300 tahun lamanya Islam memimpin dunia telah membuktikan kesejahteraan dan keberkahan hidup telah terwujud secara real di tengah-tengah kaum muslim.
Berikut beberapa catatan sejarah terkait hal tersebut:
Pada masa Umar bin Khaththab, di Provinsi Yaman, tiap tahun Mu’adz bin Jabal mengirimkan separuh bahkan seluruh hasil zakat kepada Khalifah. Sebab, ia tak menjumpai seorang (miskin) pun yang berhak menerima bagian zakat. Demikian pula, di masa Umur ibn Abdul Aziz. Ia pun tak bisa menjumpai satu orang miskin pun di Afrika.
Gubernur Basrah, Hamid bin Abdul Aziz, sesuai arahan Umar ibn Abdul Aziz, membelanjakan kas negara berlimpah untuk gaji pegawai dan anggaran rutin, membantu mereka yang dililit utang dan membantu mereka yang ingin menikah. Uang yang ada di kas negara pun dijadikan pinjaman modal bagi warga non-muslim agar bisa mengolah tanahnya. Dan, pengembaliannya setelah dua tahun atau lebih.
Gambaran kemakmuran bisa dilihat pada masa Abbasiyyah. Ketika al Manshur membangun Baghdad yang di mulai pada tahun 762 M, selama 4 tahun pembangunan telah menggunakan lebih dari 100.000 orang baik insinyur, arsitek, pekerja ahli hingga pekerja biasa dan menghabiskan total biaya 4.883.000 dirham. Bahkan, disaat al Manshur meninggal keuangan negara masih surplus sebesar 600 juta dirham dan 14 juta dinar.
Dari sisi pembangunan, banyak proyek yang tercatat. Dan ini memiliki dampak positif bagi dalam pengembangan taraf hidup masyarakat. Seperti di masa Khilafah Umayyah, yang fokus pada pembuatan saluran air dan jaringan irigasi, penggalian sungai dan kanal, pembangunan bendungan dan penciptaan lahan produktif dari lahan mati. Muawiyyah memulai proyek penghijauan Hijaz.
Khalifah al Walid ibn Abdul Malik banyak membangun mesjid, rumah sakit, asrama orang-orang cacat dan memberikan bantuan pembiayaan pada usaha pembangunan.
Dalam dunia pendidikan, Khalifah Umar bin Khaththab mengaji tiga orang guru yang mengajar anak-anak di Madinah 15 dinar (63,75 gram emas murni).
Pendidikan di dunia Islam berkembang secepat kilat. Tidak ada satu pun kampung tanpa mesjid, sekolah dasar dan menengah yang pertumbuhannya seiring pertumbuhan mesjid. Dunia pendidikan, sains, teknologi dan pemikiran lebih berkembang lagi di masa Abbasiyyah. Sekolah tingkat dasar hingga universitas dan berbagai fasilitas pendidikan sians, teknologi dan pemikiran dibangun secara modern dan disediakan sebagia fasilitas gratis untuk masyarakat.
Tentang realisasi keadilan tanpa ada diskriminasi, Prof. Belvi menyatakan, “Pemerintah Abbasiyyah sangat terbuka, sperti pemerintah negara-negara modern di dunia saat ini, yang belum mampu melebihi ya. Semua kantor pemerintahannya terbuka untuk rakyat muslim dan non muslim secara sama.”
Keadilan Islam inilah yang membuat rakyat Hims dan wilayah Syam umumnya lebih memilih hidup dibawah khilafah. Keadilan ini pula yang membuat kaum Kristen Koptik malah membantu pasukan Amru bin al-Ash dalam pembebasan Mesir atas pemerintahan Bizantium yang Kristen. Keadilan Khilafah pulalah yang telah membuat kaum Yahudi Spanyol memilih tinggal di wilayah khilafah setelah inkuisisi oleh Ratu Isabella. Hal yang sama juga telah membuat orang-orang Rusia tinggal di wilayah Khilafah pasca Revolusi Bolchevik.
Dan, masih banyak catatan lainnya seputar Kesejahteraan, kemakmuran, kemajuan dan kerahmatan yang sudah pernah diwujudkan oleh generasi kaum muslim terdahulu dibawah naungan penerapan Islam secara kaffah. Bukti sejarah ini akan menjadi penyemangat dan kepercayaan diri bahwa ke depan dengan menerapkan sistem Islam dalam wadah khilafah, umat Islam pun akan mampu mewujudkan hal yang sama. Bahkan lebih. Maka, sudah saatnyalah mengganti sistem Kapitalis sekuler liberal menjadi sistem yang sahih, yaitu sistem Islam.
Wallahu a’lam[]