Oleh: Hany Handayani Primantara, S.P. (Pemerhati Sosial)Â
MuslimahTimes– Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Keanekaragaman budaya meluas dari sabang sampai merauke, tapi dengan kekuatannya mampu menyatukan perbedaan yang ada. Menyatukan ragam suku, budaya, warna kulit, bahasa melebur jadi satu. Menjadi Indonesia.
.
Tahukah apa rahasia kekuatan yang mampu menyatukan tersebut? Pernahkah kita membaca tentang sejarah bagaimana negeri ini dikatakan merdeka oleh sebagian orang. Ketika penjajah menyerang, siapakah yang ada di garda terdepan membela tanah air dan merubah menjadi sebuah kemenangan yang dikatakan merdeka?
.
Tak lain dan tak bukan mereka adalah para ulama. Para ulamalah yang menjadi pionir perubahan. Merekalah yang menyatukan semua rakyat Indonesia, mengajak semua penduduk untuk bersatu melawan para penjajah. Dengan kalimat takbir, para ulama memimpin peperangan. Dengan kekuatan keyakinan, mereka berjuang hingga titik darah penghabisan.
.
Maka pantaslah bila dikatakan bahwa para ulama terdahulu adalah para pahlawan. Pahlawan yang bukan hanya layak dikenang perjuangannya, namun juga dihormati segala upayanya dalam melindungi negeri ini dari ancaman penjajah. Penjajah yang secara jelas meraup keuntungan besar terhadap negeri ini. Negeri yang kaya serta berlimpah sumber daya alamnya.
.
Jika dulu para penjajah hanya bergelut secara fisik. Namun kini bentuk penjajahan berubah sesuai zaman. Tak lagi menyerang fisik, cukup dengan dijajah secara pemikiran maka rusaklah sebuah negeri. Penjajahan jenis ini justru lebih berbahaya dari sekedar menyerang fisik. Kenapa? Karena, yang dijajah belum tentu sadar akan penjajahan itu sendiri.
.
Miris, dijajah tapi tak sadar dirinya terjajah. Bahkan ada yang dengan bangga jika dia dijajah. Merasa diberikan penghargaan namun kenyataannya adalah hanya dimanfaatkan kemampuannya saja. Demi kepentingan tertentu. Kepentingan pribadi yang menyengsarakan banyak pihak, tak terkecuali rakyat kecil yang akan menjadi korban.
.
Banyaknya yang mengaku muslim tapi justru takut terhadap ajarannya sendiri. Inilah buktinya, bukti bahwa para penjajah berhasil dengan modus penjajahannya. Seorang muslimah takut dengan hukum razam bagi pezina, karena selama ini dia adalah aktivis kaum pelangi.
.
Ada muslim yang menghujat atau bahkan mempersekusi para ulama. Membuat makar dengan menjatuhkan nama baik sang ulama. Mencurigai dan memberi stempel buruk pada orang-orang yang berpakaian ala “nyunah”. Menggunakan peci, cadar, celana cingkrang dll dianggapnya fanatik.
.
Dibalik pancasila mereka berlindung, atas dasar cinta NKRI namun kepada sesama muslim mereka musuhi. Dalam dekapan kearifan lokal, budaya yang merusak mereka junjung tinggi. Tapi ketika negeri ini dikeruk habis oleh asing, mereka diam. Ketika korupsi meradang mereka membisu. Ketika nyata-nyata pemberontak merusak mereka tak pernah merasa sesak.
.
Mungkin ini yang dinamakan muslim setengah hati. Ingin disebut seorang muslim namun tak mampu menerima syariat yang lain. Dianggapnya syariat itu prasmanan, yang bisa dia pilih sesuka hati ketika tak sesuai dengan ego dan selera pribadi. Mengaku muslim tapi alergi terhadap ajaran sendiri.
.
Phobia akut dengan hal-hal yang berbau simbol islami. Apatah lagi diajak ngaji tentang sistem pemerintahan Islam. Dipahami tentang kewajiban penerapan syariat saja langsung undur diri. Aneh tapi nyata. Nonmuslim saja yang jelas kafir mau terbuka dan toleransi, tapi muslim yang satu ini malah lebih senang menjegal saudaranya sendiri.
.
Bagaimana negeri ini bisa terlepas dari problematika yang sedang terjadi. Setiap lini negeri ini diuji, mulai dari ekonomi, kesehatan, pendidikan, hukum, politik, sampai pada tataran pergaulan anak masa kini yang berujung bunuh diri tak mampu diatasi. Wajar saja terus diuji, karena sebagian besar muslimnya tak pernah sedikitpun sadar diri. Padahal beragam bencana telah terjadi.
.
Tahukah anda bahwa sudah jelas solusi umat ada di depan mata sendiri. Yakni Islam sebagai sebuah pandangan hidup serta ideologi. Dengan adanya penerapan syariah kaffah yang telah teruji, hal itu mampu menjamin kemashlahatan dalam berbagai aspek yang menjadi problematika umat ini.
.
Karena apa? karena Islam meliputi tiga dimensi. Yakni dimensi hubungan manusia dengan tuhan-Nya. Dimensi hubungan manusia dengan manusia lainnya. Serta dimensi manusia dengan dirinya sendiri. Lengkap sudah aturan Islam yang diturunkan melalui sang Nabi. Lantas masih layakkah kita mencari sistem hidup selain Islam? Yang belum tentu terbukti mampu hasilkan kemashlahatan serta ridho Illahi.
.
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS. Al- Jasiyah:18).
.
Wallahu a’lam Bishowab.