Oleh : Hana Annisa Afriliani,S.S
(Penulis Buku “Percikan Hikmah di Jalan Hijrah”)
Muslimahtimes– Fase remaja adalah fase paling bugar dalam kehidupan manusia. Betapa tidak, di masa itulah seseorang berada di fase penuh ambisi, energi dan keinginginan untuk mengaktualisasikan diri. Mengapa demikian? Karena sejatinya di masa remaja inilah perkembangan fisik dan hormon seseorang sedang pesat-pesatnya, transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Tak heran jika kaum remaja memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Segala hal ingin di coba. Tak luput juga dari sikap labil, mudah terbawa arus alias mudah terpengaruh lingkungan. Hal itu menjadi bagian dari proses pencarian jati diri pada remaja.
Oleh karena itu, remaja harus memiliki konsep hidup yang jelas agar tidak mudah terjerumus ke dalam kemaksiatan. Adapun konsep hidup tersebut akan dipengaruhi oleh akidah yang tertanam dalam dirinya. Jika akidahnya kapitalisme, maka konsep hidupnya pun akan sejalan dengan hal tersebut. Standar perbuatannya adalah manfaat. Asal menguntungkan, asal menyenangkan. Maka seorang remaja yang berakidah kapitalisme akan memisahkan agama dari kehidupannya. Agama hanya boleh berada di ranah privat saja. Agama tidak boleh mengatur urusan manusia secara keseluruhan. Maka, tak heran, remaja berakidah kapitalisme akan mudah melakukan hal-hal baru meski harus menabrak dinding syariat. Muslim tapi akrab dengan pergaulan bebas. Muslim tapi akrab dengan narkoba. Muslim tapi ringan melakukan maksiat. Inilah ekses dari akidah kapitalisme-sekular jika melekat dalam jiwa seseorang.
Sementara jika akidahnya adalah Islam, maka konsep hidupnya pun akan sejalan dengan Islam. Standar perbuatannya adalah halal dan haram. Asal Allah rida, maka ia rela meninggalkan segala perbuatan yang dimurkai Allah meski dia menginginkannya. Ia pun akan rela menjalankan perintah Allah dengan sepenuh hati, karena iman yang menjadi penuntunnya.
Maka jelaslah, akidah Islam penting ditanamkan pada diri remaja. Agar ia tak mudah terobang-ambing oleh arus liberalisme yang saat ini kuat mendekap negeri. Remaja Islam akan memiliki prinsip yang kokoh agar tetap berada dalam koridor syariatNya. Tidak melenceng meski sejengkal saja. Tak hanya itu, remaja Islam pun akan memiliki visi perubahan dalam hidupnya. Waktunya tak sia-sia dalam gelimang hedonisme, melainkan akan didedikasikan untuk kebaikan.
Betapa banyak Alquran menceritakan tentang remaja-remaja yang bervisi perubahan. Akidah Islam kokoh menancap dalam jiwanya, dan hidupnya terkonsep untuk meraih rida Allah dan RasulNya semata.
Lihatlah, Nabi Ibrahim As saat muda, ia mengajak bangsanya untuk menemukan Keesaan Allah dengan hujjahnya yang mampu merontokkan kejahiliyahan.
“Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.(TQS.Al-Anbiya:60)
Ada juga Ismail As yang memotret ketaatan totalitas seorang hamba terhadap RabbNya, meskipun saat itu usianya masih sangat belia. Ia tak mengelak untuk menjalankan perintah Allah meski harus mengorbankan nyawanya.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Q.S. ash-Shaffāt 37: 102).
Tak hanya itu, ada juga Nabi Yusuf As, seorang pemuda tampan yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran dan tunduk pada Illahi Rabbi meski berbagai godaan dunia melingkupi hidupnya. Bahkan ajakan seorang wanita cantik anak seorang bangsawan, Zulaikha, untuk berzina ditolaknya mentah-mentah. Hal itu semata-mata karena Yusuf As takut kepada Allah.
Ada juga potret ketaatan yang ditampakkan oleh seorang remaja di masa lalu, yakni yang fenomenal adalah kisah tentang para pemuda Ashabul Kahfi. Mereka rela bersembunyi di dalam gua demi mempertahankan akidahnya.
Allah Swt mengabadikan kisah mereka di dalam Alquran Surat Al-Kahfi ayat 13-16:
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? Dan apabila kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhan kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian.”
Potensi luar biasa yang dimiliki oleh remaja, selayaknya menjadikannya mampu mendedikasikan hidupnya untuk Islam. Remaja harus memiliki visi perubahan. Ya, perubahan dari kebatilan menuju kekufuran. Dari kejahiliyahan menuju Islam saja. Artinya, remaja memiliki peran strategis sebagai agen-agen perubahan menuju masyarakat dan negeri yang diridai Allah. Bukankah Allah telah berfirman:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Maka, remaja Muslim sejatinya harus mendedikasikan dirinya di jalan perjuangan, yakni berada di garda terdepan dalam aktivitas dakwah. Menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dengan begitu ia akan sibuk memperbaiki diri agar sejalan dengan Islam, sekaligus sibuk memperbaiki masyarakat demi terwujudnya visi perubahan. Spiritnya hanya satu: rida Allah saja. [nb]