Oleh: Arin RM, S.Si
          Â
#MuslimahTimes — Gempita Jakarta pasca aksi yang dilakukan mahasiswa dan pelajar STM masih mewarnai time line social media. Saling bermunculan video dan gambar yang mempertontonkan bagaimana kuat dan gigihnya kedua level generasi muda tersebut tatkala memperjuangkan tuntutannya. Mereka bersemangat dan lantang turun ke jalan. Semuanya kompak menginginkan pembatalan sejumlah RUU yang dinilai memberangus kebebasan dan menimbulkan bahaya bagi warga sipil.
Terlepas dari adanya korban yang berjatuhan, upaya mereka untuk berani menyampaikan aspirasi perlu diacungi jempol. Kesadaran untuk melakukan sesuatu yang membawa kebaikan bagi negeri mulai muncul. Kesadaran inilah yang perlu dikawal, agar energi yang telah dikeluarkan oleh para pemuda ini tidak terbelokkan. Agar tidak terperangkap pada solusi semu yang berpotensi menimbulkan pergolakan kembali terulang.
Pengawalan pertama adalah dengan mengenalkan kepada mereka siapa musuh sejati negeri ini. Bukan hanya aktor yang ada di panggung politiknya, namun sekaligus sutradara pengarahnya harus ditunjukkan. Agar koreksi tak hanya sebatas pada apa yang lahir dari ucap dan peran aktor, tapi mengarah pada ide yang hendak diskenariokan oleh mereka yang ada di balik layar.
Pemuda harus melihat bahwa selain oknum yang menjadi komprador asing yang sedang didudukkan diberbagai posisi, ada kekuatan asing sendiri yang memiliki misi liberalisme modern di negeri ini. Kekayaan alam berlimpah terlalu menyilaukan mata, sehingga menggerakkan kekuatan untuk mengamankan asetnya agar aman memindahkan limpahan harta tersebut dari si empunya. Konsep kapitalisme-neoliberalisme akan terus dilanggengkan kendati harus mengganti-ganti pemain sesuai situasi.
Pengawalan kedua, pemuda harus disadarkan bahwa pada diri mereka terdapat asset yang luar biasa. Kekuatan, tenaga, kemampuan intelektual, hingga waktu yang mereka miliki sangat besar. Semuanya adalah potensi muda yang tidak bisa diremehkan. Semuanya akan berdampak positif bila terarah dengan baik. Apalagi bonus demografi menjadi penjamin bahwa jumlah mereka bisa sangat banyak. Akan sayang sekali jika potensi muda dan bonus demografi hanya digunakan untuk kepentingan pragmatis.
Pengawalan ketiga, pemuda perlu dikenalkan pandangan hidup yang sempurna dan paripurna, yakni Islam. Mereka harus tahu bahwa keunggulan Islam sebagai agama yang memiliki aturan hidup sekaligus adalah kunci atas pragmatism yang sedang menjangkit. Mereka harus dibukakan jendela kelengkapan sistem Islam yang selama ini masih diterapkan secara parsial akibat diamputasi paksa oleh sekularisme. Konsep menjauhkan Islam dari kehidupan yang membuat pemuda muslim asing dan aneh dengan tawaran solusi Islam.
Padahal teladan generasi muda di masa Rasul dulu adalah contoh bahwa tanpa bius sekualrisme mereka berhasil mempersembahkan potensinya untuk kegemilangan Islam. Tak hanya menguasai dan fasih mempraktikkan Islam dalam keseharian, tapi mereka juga cinta wilayahnya hingga ada yang masih kecil pun sukarela mengajukan diri sebagai pasukan perang. Mereka adalah Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar.
Bius sekularisme ini dapat dihapus dengan kekuatan aqidah Islam. Konsep keimanan yang hanya bisa digali personal dengan ketekunan mengkaji dan mempelajari Islam secara rutin. Tak bisa kekuatan aqidah ini didapat serta merta layaknya ilmu laduni. Tak bisa juga diperoleh seketika dan langsung dalam jumlah banyak layaknya harta yang diwarisi. Semuanya perlu proses, perlu pengorbanan waktu, tenaga, dan harta. Kegigihan dan semangat mudalah yang bisa dijadikan bekal untuk memperolehnya.
Jadi pengawalan dan ketelatenan dari senior dalam membimbing jiwa muda penuh gejolak adalah kuncinya. Kolaborasi apik dari penguatan aqidah dan pengawalan yang telaten nantinya akan melahirkan kedalaman pikir dan kekuatan pemahaman Islam. Pemahaman Islam inilah yang menjadikan pemuda berlaku dan bertindak sebagaimana yang Islam ajarkan. Pola jiwa dan pola sikapnya sebagai mutaabid bertaqwa mewujudkan sosok pemuda berkepribadian Islam, berkarakter dan berlabel Islam santun tanpa kekerasan. Sosok paham Islam, kenal musuh Islam yang tahu bahwa perubahan hakiki hanya bisa jika dirubah dengan Islam. Pemuda seperti inilah yang akan mengawal kembalinya kemuliaan Islam, sekaligus aktor pengisi elemen peradaban.
Apa yang dipersiapkan bagi pemantapan bekal fisik dan kepribadian Islam pemuda ini, sekiranya akan semakin joss jika didukung dengan simbiosis antara masyarakat dan negara sekaligus. Sama-sama menghidupkan kebiasaan mengontrol kebaikan dan mencegah kemaksiyatan di level masyarakat, dan membuat kebijakan sekaligus merealisasikan jaminan keamanan oleh level negara. Semuanya diupayakan bisa sepakat dalam interaksi konsep kebaikan, satu perasaan, satu pemahaman, dan satu pemikiran. Sehingga cita-cita yang muda yang mengawal perubahan bisa diwujudkan secara nyata.