Oleh : Sunarti
Berbagai persoalan menimpa negeri ini. Satu demi satu muncul silih berganti. Berbagai kebijakan juga ditempuh sebagai solusi. Namun masalah tak bergeming sedikitpun dari Bumi Pertiwi. Tak heran apabila berbagai pihak turut ‘urun rembug’ sebagai tawaran solusi.
Dari mahasiswa, pelajar hingga organisasi masa yang ingin berbagi solusi dan menuntut keadilan yang layak dimiliki. Namun, lagi-lagi seolah kokohnya persoalan masih mencengkeram erat negeri, masih menjadi PR tersendiri. Nampaknya, benteng sistem sekuler begitu kuat menghadang aspirasi yang datang dari anak negeri. Terutama kekuatan para pengemban dan penjaga sistem sekuler yang tidak ingin posisi mereka tergeserkan dengan detik-detik lahirnya peradaban baru (baca Islam).
Sejatinya, dilihat dari gelora dan masyair(perasaan) masyarakat sudah menunjukkan tanda adanya kejenuhan terhada sistem jahat ini (baca : demokrasi sekuler). Hal ini tampak dari berbagai aksi yang muncul di akhir-akhir waktu sekarang ini.
Ambil satu contoh saja Alumni 212 (PA 212), Front Pembela Islam (FPI) serta beberapa ormas Islam lainnya yang menggelar Parade Tauhid Indonesia di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Berdasarkan poster berisi imbauan yang diterima CNNIndonesia.com, acara tersebut bertajuk Tauhid untuk Selamatkan Negeri, Tausiyah, Pawai Bendera Tauhid dan Doa untuk Negeri.
Melihat antusiasme masyarakat yang hendak menginginkan perubahan melalui kesatuan pemahaman, hendaknya layak menjadi pembelajaran. Karena sejatinya tidak hanya keinginan sebuah organisasi saja, akan tetapi dari berbagi lapisan masyarakat. Berkaitan dengan keinginan yang bukan hanya dari satu organisasi atau kelompok saja.
Filosofi Perubahan
Bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Agar manusia mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain (Kitab Nidzamul Islam)
Pemikiran yang membentuk dan memperkuat persepsi terhadap segala sesuatu. Disamping itu, manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan mafahim(pemahaman)nya terhadap kehidupan. Tingkah laku manusia selalu berkaitan erat dengan persepsi yang dimilikinya. Dengan demikian, apabila kita hendak mengubah tingkah laku manusia yang rendah menjadi luhur, maka tidak ada jalan lain kecuali harus mengubah persepsinya terlebih dahulu.
Demikian juga berlaku bagi perubahan di tanah negeri. Perubahan akan terjadi jika persepsi umat berubah. Perubahan tidak hanya cukup pada pergantian undang-undang, pergantian pemimpin ataupun pergantian rezim. Persepsi masyarakat musti diubah dengan mengubah cara pandang terhadap akar persoalan yang dihadapi.
Sejatinya penerapan sistem sekuler kapitalislah sumber persoalan yang menimpa di Bumi Pertiwi. Selama ini masyarakat hanya memiliki persepsi bahwa adanya kerusakan muncul karena individu-individu yang ada dalam percaturan politik nasional. Hal ini sungguh sangat disayangkan, sebab semua kembali kepada penerapan sistem sekuler kapitalis. Dimana sistem ini meninggalkan sisi Sang Pencipta sekaligus sebagai Sang Pengatur.
Umat (masyarakat) saat ini mustinya merasakan buruknya sistem sekarang. Namun belum pahamnya terhadap akar persoalan, menjadikan gejolak keinginan untuk berubah dan bangkit seolah bagai “menegakkan benang basah.” Yang artinya, gejolak perubahan belum bisa benar-benar memiliki arah yang jelas, sehingga bahkan sulit terwujud. Seperti banyaknya aspirasi yang muncul sejauh ini, belum menyentuh pada akar persoalannya.
Kekuatan Persatuan Umat
Sisi lain yang harus disadari adalah menyatukan ukuwah dengan saudara sesama muslim. Selain kedekatan persaudaraan, juga merasakan senasib sepenanggungan. Sebab muslim adalah satu tubuh. Jika yang satu sakit, yang lain turut merasakan. Persatuan ni yang belum muncul di tengah-tengah kaum muslim.
Dalam hidup manusia, secara alami ada kecondongan untuk membentuk kelompok atau manusia cenderung berkelompok. Dalam hal ini banyak sekali jenis dari kelompok yang memiliki tujuan dan kepentingan pada masing-masing kelompok. Inilah yang dikatakan sebagai ikatan (Rabithah).
Ikatan-ikatan yang mengikat diantara individu disebutkan dalam kitab Nidzomul Islam. Diantaranya ikatan Nasionalisme. Yaitu ikatan ini terjadi saat manusia hidup bersama dalam satu wilayah yang sama. Jika wilayahnya diancam oleh musuh, maka ikatan ini akan muncul dari naluri mempertahankan diri untuk mempertahankan wilayahnya dimana tempat mereka menggantungkan hidup. Ikatan ini bersifat temporal, yaitu hanya mengikat bangsa tertentu, dan bersifat emosional. Dan ikatan ini pun terdapat pada dunia binatang.
Ikatan ini tidak akan muncul atau tidak akan ada jika tidak ada ancaman yang muncul. Karena ikatan ini bersifat temporal. Hanya muncul ketika ada momen tertentu. Insidental.
Ikatan berikutnya adalah ikatan sukuisme. Ikatan ini terjadi diantara para suku-suku yang ingin saling berkuasa diantara famili-familinya atas famili lainnya, termasuk wilayah kekuasaan yang ingin terus diperluas. Dan ikatan ini sering menimbulkan konflik antar suku tersebut, bahkan karena hal sepele pun akan timbul peperangan yang terus berkepanjangan atau dendam abadi hingga puluhan bahkan ratusan turunan generasi berikutnya.
Sifat dari ikatan ini pun hanya mengikat diantara Klan saja, Marga saja, Qabilah saja, Suku saja. Bersifat emosional juga dan selalu menimbulkan perselisihan dan sifatnya lemah.
Adapun ikatan yang ada di dunia yang sifatnya lemah adalah ikatan kemaslahatan. Ikatan ini terjadi disebabkan adanya peluang tawar-menawar dalam mewujudkan kemaslahatan mana yang lebih besar, sehingga beberapa maslahat yang ada akan ditinggalkan dan hilang jika 1 maslahat diantara beberapa tadi telah dipilih, karena mempunyai keuntungan/kemaslatahan yang lebih besar menurut pribadi seseorang tersebut. Dan setelah dipilihnya 1 maslahat tadi, maka hilanglah ikatan maslahat ini, bahkan bubar, selesai, karena sudah terpenuhi tadi pada saat memilih 1 maslahat diantara beberapa maslahat, baik maslahat ini dipilih oleh pribadi atau atas kesepakatan bersama.
Yang keempat adalah ikatan kerohanian. Ikatan kerohanian terjadi hanya terlihat dari segi kegiatan ibadah spiritual saja. Ikatan ini tidak nampak dalam kancah kehidupan dan bersifat Parsial (terbatas pada aspek kerohanian semata). Ini terdapat pada agama-agama selain Islam. Karena agama-agama yang lain tidak mempunyai konsep yang mengatur aspek sosial, politik, kenegaraan, perekonomian, dan aspek-aspek pengurusan masyarakat lainnya. Jadi tidak nampak di kehidupan sehari-hari, hanya untuk individu masing-masing semata. Tidak ada namanya Sistem Ekonomi Budha, Sistem Pemerintahan Hindu, Interaksi Sosial Dalam Konghuchu, dsbnya. Agama yang lain hanyalah diikat dengan ikatan kerohanian.
Ikatan yang terakhir adalah ikatan yang kuat. Yaitu ikatan aqidah. Ikatan ini adalah ikatan yang paling sempurna dan paling tinggi kedudukannya. Karena ikatan ini muncul atas dasar pemahaman dari tiap individu muslim. Pemahamannya diwujudkan dengan bentuk tindak, sikap dan prilaku/amal yang terpancar atau yang telah dihasilkan dari aqidah Islam yang sudah terpancar dari ikatan ini, dan digunakan sebagai petunjuk bagi individu tersebut dalam melakukan berbagai macam hal.
Berbagai macam hal yang dilakukan individu tadi akan senantiasa dihubungkan dengan hukum-hukum Islam yang mengatur berbagai macam hal tadi, sehingga segala hal yang dilakukan merupakan ibadah, ikhlas, terus mengejar kebaikan demi mencapai Ridho Allah semata. Muncullah akhlaq yang mulia karena aktivitas berdasarkan pada ajaran Islam.
Terpecahbelahnya Umat Akibat Ikatan yang Lemah
Setelah Khilafah runtuh di masa Turki Utsmani, maka Umat Islam terpecah belah dan kemudian diikat oleh berbagai ikatan batil (Nasionalisme, Sukuisme, Maslahat, Kerohanian) yang saling menyekat bahkan hingga sekatan terkecil sekalipun. Hal ini tak luput dari ulah orang-orang kafir musuh-musuh Islam.
Ikatan lemah ini diketahui dengan sangat detail oleh musuh-musuh Islam. Tak heran jika mereka terus berupaya melakukan propaganda demi kehancuran kaum muslimin (tak hanya di Indonesia) di seluruh penjuru dunia. Mereka berupaya memasukkan pemikiran berupa (sekat-sekat) ikatan-ikatan ini dengan berbagai cara. Agar kaum muslimin lemah dalam persatuan yang (satu) akidah.
Selain persoalan mendasar berupa penerapan sistem sekuler kapitalis, juga persoalan persatuan yang kokoh. Ini menjadi salah satu sebab kebangkitan yang hakiki. Hal ini yang mustinya disadari juga oleh kaum muslim. Bahwa dalam perubahan menuju ke arah kebangkitan membutuhkan pemahaman yang mendasar akan kesatuan yang kuat yaitu akidah.
Sebagaimana telah dicontohkan di masa Rasulullah Saw, masa Khulafaur Rasyidin hingga masa kekhilafahan. Ikatan akidah pernah terwujud dengan sempurna selama 1300 tahun dan umat Islam berjaya mulai saat Negara Islam Madinah yang dipimpin oleh Rasul sendiri pada tahun 622 M hingga Khilafah Ustmaniyyah yang dipimpin Khalifah terakhir, Khalifah Abdul Majid pada tahun 1924 M.
Wallahu alam bisawab