Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Member Revowriter
MuslimahTimes– Ibarat nasi sudah menjadi bubur, tak berguna lagi penyesalan karena ketakwaan kian luntur. Tangisan NP (21) tersangka pembunuh anaknya sendiri dengan cara menggelonggong air selama 20 menit hingga menyebabkan sang anak meregang nyawa menjadi saksi, betapa hancurnya hati seorang ibu yang kehilangan buah hatinya (Detiknews.com,25/10/2019). Namun apa daya, nalar tertukar dengan syahwat. Berbagai persoalan yang menimpa dirinya tak mampu ia urai hingga terbersit keinginan untuk menyudahi namun dengan cara yang salah. Malangnya nasib ibu ini.
Puluhan kasus ibu membunuh anaknya sendiri terus menerus berlangsung. Di Amerika Serikat, penelitian dari Brown University yang terbit 2014 memetakan data dari periode 32 tahun terakhir. Kesimpulannya ada sekitar 500 kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tua di Amerika Serikat tiap tahunnya (tirto.id).
Psikolog Dewi Harunpun mengatakan, sebagian besar penyebab seorang wanita atau ibu yang berubah menjadi beringas hingga tega membunuh darah dagingnya sendiri atau beberapa tindak kekerasan yang lainnya adalah faktor kejiwaan. Dari skala 1-100 persen, tingkat stres yang dialami seseorang saat kehilangan pasangan adalah 75 persen . Kemudian karena faktor ekonomi dan terakhir adalah psikologi seperti takut dicerai, malu pada tetangga (beritatagar.id).
Pada faktanya memang ancaman cerai dari suami sudah membutakan mata hati NP. Yah, sungguh telah terbayang nyata bagaimana nasib janda di negeri berkode +62 ini, sudahlah “sah” jadi bahan bulliying karena kejandaannya, terbayang pula susahnya memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Tak mudah hidup menjadi single parent dan mereka yang pedulipun tak akan banyak membantu. Hidup terlalu sulit untuk diarungi seorang diri. Anaklah yang akhirnya menjadi sasaran. Secara hierarki ialah obyek terlemah.
Namun persoalan yang membelit perempuan di negeri ini sepi dari pemberitaan. Penguasa sibuk dan menyibukkan diri dengan kepentingan mereka sendiri. Alih-alih memikirkan rakyat dengan menyegerakan pelantikan presiden dan pengumuman susunan kabinet Indonesia Maju yang jelas terlihat justru upaya bagi-bagi kekuasaan. Karena tak ada perubahan kebijakan sedikitpun.
Kemudian penyusunan program yang makin represif. Bagaimana tidak? penguasa menutup pintu kritik dan saran dari rakyatnya. Bahkan menjadikan mereka yang menginginkan kebaikan negeri sebagai radikalisme dan pengembannya dicap radikal. Persoalan rakyatlah yang sebenarnya membutuhkan solusi yang radikal, hingga keakar.
Wahai para penguasa wakil dan periayah rakyat cobalah duduk bersama dan telilti secara mendalam, bahwa persoalan ini tidak main-main. Menyangkut kelanggengan sebuah negara. Menyangkut kualitas penyokong peradaban. Yang kalian bahas sungguh jauh panggang dari api. Malukah kalian mengakui bahwa semua kerusakan ini karena jauhnya kalian dari syariat Allah SWT?
Malah justru legowo dengan mengambil sekulerisme kapitalisme sebagai sandaran. Yang pada akhirnya menjadikan manusia terhadap manusia yang lain tak memiliki kepedulian. Sebab memang prinsip kapitalisme adalah manfaat pribadi ( terutama bagi pemilik modal) dan bukan kemaslahan umat.
Padahal tegaknya negara adalah untuk mewujudkan kesejahteraan hakiki. Dengan sistem politi Demokrasi hal ini susah terwujud. Karena tak adanya jaminan negara terhadap kesejahteraan perempuan. Sangat berlawanan bagaimana Islam memandang perempuan. Perempuan adalah makluk istimewa yang diciptakan Allah untuk memberi keindahan ketika kanak-kanak, kemuliaan ketika menjadi istri dan keutamaan ketika menjadi ibu. Darinya Allah mempercayakan misi terpenting, yaitu melestarikan jenis manusia. Sebagaimana firman Allah.
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?”. ( Qs An-Nal 16:172).
Wallahu a’lam biashowab.