Oleh: N. Vera Khairunnisa
MuslimahTimes– Hari Pangan Sedunia (World Food Day) yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, pada tahun ini mengangkat tema “Our Actions Are Our Future. Healthy Diets for a #ZeroHunger World”, atau Aksi Kita adalah Masa Depan Kita, Pola Makan Sehat untuk Dunia Tanpa Kelaparan.
Tema ini diangkat setelah melihat fakta bahwa beberapa tahun terakhir isu tentang sisa makanan yang dibuang dianggap jadi alasan moral dan teknis mengapa kelaparan dan malnutrisi sulit dihilangkan secara global. Fakta yang lainnya adalah bahwa Badan Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan, 820 juta orang menderita kelaparan dan lebih dari 40 juta anak-anak berusia balita mengalami kegemukan.
Secara umum FAO menekankan bahwa fakta-fakta malnutrisi itu, baik kegemukan atau kelaparan, berkaitan erat dengan pola makan yang tidak sehat. Manusia modern mengonsumsi makanan yang kurang beragam, kurang bergizi, dan tidak berimbang. (kompas. com, 17/10/2019)
Betulkah anggapan bahwa yang menjadi penyebab adanya kelaparan dan malnutrisi adalah masalah moral dan teknis? Betulkah juga bahwa malnutrisi faktor utamanya hanya berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat?
Ketika dikatakan demikian, maka secara tidak langsung anggapan itu lebih mencari penyebab malnutrisi hanya dari faktor kesalahan individu. Melihat bahwa banyak orang yang mampu membeli makanan dalam jumlah banyak sampai mereka mengalami kegemukan. Itu ketika mereka menghabiskan makanannya. Ketika tidak dihabiskan, maka makanan itu bisa terbuang begitu saja ke tempat sampah. Sementara di sisi yang lain, tidak sedikit juga orang yang tidak mampu membeli makanan disebabkan faktor kemiskinan. Sehingga mereka kelaparan.
Selain itu, adanya gaya hidup yang serba praktis menyebabkan orang-orang malas untuk menerapkan pola makan yang sehat. Di tengah kesibukan bekerja dan melakukan berbagai aktivitas lain, mereka lebih memilih makanan siap saji dibanding harus memasak. Padahal, makanan siap saji jelas kurang baik jika terlalu sering dikonsumsi. Bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan. Bahkan melahirkan berbagai penyakit.
Oleh karena itu, untuk mengatasi malnutrisi, pada tahun ini Hari Pangan Sedunia mengangkat tema Pola Makan Sehat untuk Dunia Tanpa Kelaparan.
Padahal ketika mencermati fakta yang ada, penyebab utama adanya malnutrisi bukan sekedar pola makan yang tidak sehat. Namun akibat kesenjangan antara si kaya dan si miskin, akibat diterapkannya sistem ekonomi neoliberal kapitalisme. Dengan sistem ini, maka kebijakan yang turun hanya akan menguntungkan para investor atau pengusaha. Sementara rakyat kecil hanya jadi korban. Termasuk dalam hal ini adalah adanya kebijakan korporatisasi pangan.
Selain itu, sistem ini juga yang mengkondisikan penguasa berlepas tangan dari tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan dasar rakyat. Menurut para pengamat, hal ini bisa dilihat dari adanya upaya pencabutan berbagai subsidi. Sementara di sisi lain, tetap membiarkan adanya korporatisasi pangan.
Dalam siyasah Islam, malnutrisi dan kelaparan hanya akan teratasi ketika penguasa memiliki peran sebagai pelayan dan pelindung bagi masyarakat. Di samping itu juga harus menghentikan praktik ekonomi neoliberal kapitalisme yang menyebabkan adanya korporatisasi pangan.
Peran penguasa sebagai pelayan dan pelindung, hanya bisa lahir dari sebuah peradaban Islam. Rasulullah saw, serta para pemimpin sepeninggal beliau, bisa jadi bukti tauladan. Betapa penguasa sangat mengayomi dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab ra misalnya. Beliau senantiasa berkeliling untuk memastikan bahwa kondisi masyarakatnya baik-baik saja. Disebutkan dalam fakta sejarah, suatu saat, beliau menemukan ada sebuah keluarga yang kelaparan. Melihat hal itu, Umar ra langsung mengambil bahan pangan yang tersedia di gudang milik negara Madinah untuk diberikan kepada keluarga tersebut.
Pengawal yang menyaksikan Umar ra memanggul bahan pangan sendiri, menawarkan bantuan. Namun, Umar ra justru malah bertanya, “jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Kau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”
Itulah gambaran pemimpin dalam peradaban Islam, yang sangat kental dengan ketakwaan. Mereka bertanggung jawab terhadap rakyatnya, semata-mata karena takut akan hari penghisaban dan pembalasan.
Selain itu, peradaban Islam juga memiliki sistem ekonomi yang pasti akan menyejahterakan rakyat, bukan malah mengutamakan orang kaya semata sebagaimana sistem kapitalis. Kemampuan sistem ekonomi Islam dalam menyejahterakan rakyat salah satunya yakni dengan mencegah terjadinya korporatisasi pangan. Sebab, pangan merupakan kebutuhan mendasar rakyat. Sehingga tidak boleh dimonopoli oleh sebagian orang untuk keuntungan syahwat pribadi mereka.
Oleh karena itu, sudah selayaknya kita beralih pada sistem peradaban Islam. Sistem yang akan menjamin terpenuhinya kebutuhan mendasar bagi rakyat. Dan meninggalkan sistem kapitalisme, sistem yang hanya mampu membuat rakyat kecil menderita dan kelaparan. Semoga Allah segera memberikan pertolongan kepada umat Islam. Wallahu a’lam