Oleh.Hana Annisa Afriliani,S.S
(Penulis dan Aktivis Dakwah)
Muslimahtimes– Kabinet “Indonesia Maju” baru saja dibentuk pasca dilantiknya Jokowi dan KH.Ma’ruf Amin beberapa waktu lalu sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Agenda besar yang diusung pemerintahan Jokowi jilid 2 ini adalah memerangi radikalisme. Hal ini dikatakan sejalan dengan visi kabinet yakni memajukan Indonesia.
Namun, banyak pihak yang menilai, bahwa agenda memerangi radikalisme, khususnya yang ditugaskan Jokowi kepada Menteri Agama, Fachrur Razi, merupakan sebuah ketidaktepatan. Sebab hakikatnya masalah utama negeri ini bukanlah radikalisme, melainkan ketidakadilan. Sebagaimana dinyatakan oleh mantan Wapres Jusuf Kalla beberapa waktu lalu.
Dien Syamsudin juga mengatakan, massifnya narasi radikalisme yang disuarakan pemerintah sungguh menyakiti hati umat Islam. Betapa tidak, radikalisme kerap kali dikaitkan dengan Islam. Pelarangan cadar dan celana cingkrang adalah bukti nyata bahwa pemerintah berupaya melekatkan radikalisme kepada Islam.
Mengapa Islam selalu menjadi tertuduh bahkan dianggap sebuah ancaman bagi NKRI? Ini jelas sebuah kesalahan berpikir yang sangat fatal. Apalagi jika narasi tersebut muncul dari lisan seorang Muslim. Sebab sejatinya Islam adalah agama yang haq, diturunkan untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Islam hadir sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya. Maka hanya Islam satu-satunya dien sekaligus ideologi yang mampu mengatur kehidupan manusia secara sempurna. Baik Muslim maupun nonmuslim.
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
//Islam vs Radikalisme//
Jika seorang Muslim menampakkan identitas keislamannya, misalnya dengan memakai hijab syari, cadar, celana cingkrang, berjanggut, dianggap radikal, maka dapat dipastikan bahwa ada sebuah kecemasan terhadap Islam dan ajarannya. Lebih-lebih jika, wacana penegakkan khilafah dianggap sebuah tindakan radikal dan harus dimusuhi, jelas hal tersebut mencerminkan sebuah ketakutan akan kebangkitan Islam.
Sebagaimana kita tahu bahwa sejatinya kebangkitan Islam ditopang dengan penerapan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan, instuitusinya bernama Khilafah, sebagaimana dicontohkan oleh para sahabat sepeninggalan Rasulullah Saw.
Para musuh Islam tentu takkan rela jika Islam kembali bangkit menjadi mercusuar peradaban sebagaimana yang pernah terpotret di masa lalu. Lantas mereka akan berupaya dengan segala cara untuk memadamkan kobar kebangkitan tersebut. Mulai dari membuat stigma negatif terkait Khilafah, hingga menuding Muslim yang memegang erat syariat sebagai Muslim fanatik fundamentalis. Layak dimusuhi.
Sungguh, kita sebagai Muslim harus mampu memahami bahwa hanya dengan Islam saja lah Indonesia akan menjadi negara yang maju dan beradab. Karena Islam bersumber dari Sang Maha Pencipta alam semesta. Maka sudah tentu benar adanya. Tak ada ruang kecacatan sebagaimana sistem lain yang lahir dari akal manusia. Contohnya sistem demokrasi kapitalisme yang sudah jelas-jelas terbukti kebobrokannya. Demokrasi hanyalah sistem yang menipu rakyat dengan mengatasnamakan rakyat. Padahal yang menjadi pemainnya hanya segelintir elit, sedangkan rakyat hanya dimanfaatkan suaranya saja setiap pemilihan umum. Ironis bukan?
Terbukti pula, sistem demokrasi hanyalah melahirkan para penguasa yang haus kekuasaan dan silau akan kekayaan. Lihat saja, betapa banyak kebijakan yang lahir dari sistem ini yang sama sekali tak berpihak pada rakyat. Rakyat semakin tercekik dengan kenaikan harga-harga, belum lagi dengan wacana kenaikan iuran BPJS hingga 2 kali lipat di awal tahun 2020 mendatang. Parahnya lagi, pemerintah sudah mengingatkan bagi siapa saja yang tidak membayar iuran BJS maka akan dikenai sanksi, yakni penghentian layanan publik, seperti pembuatan SIM, KTP, dll. Jelas ini sebuah pemaksaan yang zalim.
Dalam naungan sistem kapitalis pula, utang Indonesia kian membengkak. Bahkan tercatat hingga 31 Agustus 2018 kemarin, utang Indonesia tembus hingga Rp 4.363 triliun atau 30,3 persen dari Produk Domestic Bruto (PDB). Luar biasa.
Jelaslah sudah terbukti, bahwa bukan radikalisme yang semestinya dibabat habis, melainkan kapitalisme sekular. Sebaliknya Islam adalah solusi atas semua permasalahan yang membelit negeri ini. Salah besar, jika perjuangan penegakan syariat Islam secara sempurna di negeri ini dianggap sebagai gerakan radikal. Sebab hanya dengan Islam lah, Indonesia maju dapat terwujud nyata. Buktikanlah!
Allah Swt Berfirman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-a’raf : 96)