Oleh : Nirwana Ummu Maryam (Ibu Rumah Tangga)
Muslimahtimes– Kasih ibu, kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Lagu masa kecil yang populer saat masih di TK, sampai hari ini masih teringat. Karena gambaran kasih sayang seorang ibu memang tak dapat diukur dan tak bertepi. Maka apabila mendengar kata ibu yang terbayang adalah seorang ibu yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Naluri keibuannya akan selalu ada untuk ketenangan buah hatinya. Ketika anak terjatuh akan meraih jemarinya yang lembut untuk menolongnya agar bangkit kembali. Ketika lapar menyuapinya dengan penuh kasih sayang, ketika sakit rela tidak tidur demi menjaga kenyamanan buah hatinya.
Siti Hajar istri nabi Allah Ibrahim memberikan keteladanan pengorbanan seorang ibu yang luar biasa. Diriwayatkan dalam beberapa hadits bahwa sosok Siti Hajar adalah pribadi yang penuh dengan kesabaran dan cinta kasih kepada anaknya, Ismail. Ketika Ismail kecil menangis kehausan sementara mereka berada di padang pasir yang tandus,Siti Hajar yang berulang-ulang untuk berlari di antara bukit Safa dan Marwa berusaha mencari sumber. Semua dilakukan untuk putranya tercinta Ismail.
Namun baru- baru ini kita dikejutkan dengan berita yang sangat miris di hati. Seorang ibu NP (21) menggelonggong anaknya ZNL (2,5) dengan air galon hingga tewas. NP mengaku menyiksa anaknya lantaran stres diancam akan diceraikan oleh sang suami.“Istrinya stres diancam diceraikan apabila anaknya ini dalam kondisi kurus tidak bisa gemuk,” kata Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk AKP Irwandhy Idrus kepada wartawan di kantornya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (25/10/2019).”Menyesal,” ucap NP sambil menangis.NP mengaku menyayangi putrinya itu. Namun dia tidak bisa mengontrol emosinya hingga mengakibatkan anak tewas di tangannya.
Apakah yang terjadi sehingga seorang ibu rela menghilangkan nyawa buah hatinya sendiri. Yang dengan lemah telah mengandungnya, menysusuinya dan merawatnya. Sifat seorang ibu yang harusnya mengayomi , menyayangi, dan mengasihi, tiba tiba berubah menjadi buas hingga mengantarkan hilangnya nyawa pada anaknya sendiri. Sifat ini sangat bertolak belakang dengan fitrah seorang ibu yang memiliki naluri keibuan. Kemanakah naluri keibuannya? Kemanakah fitrah yang melekat kepada ibu yang penuh dengan kasih sayang?
Banyaknya perilaku ibu yang menyimpang, seperti : menyiksa, menganiaya bahkan sampai berujung pada kematian dipicu oleh beberapa faktor. Diantaranya : Pertama, karena minimnya pemahaman agama yang mereka miliki. Kedua, kurangnya pengetahuan tentang fungsi ibu dalam keluarga. Ketiga, ekonomi keluarga yang pas-pasan bahkan kurang. Sedangkan biaya hidup semakin meningkat dan tidak terjangkau karena harga-harga semakin melambung. Pendidikan dan kesehatan mahal, listrik, air, BBM naik akhirnya harga sembako semakin tidak terjangkau. Beban hidup semakin berat membuat ibu ikut bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Hal inlah yang memicu ibu mengalami depresi akhirnya mendorong melakukan hal-hal yang diluar kendali. Keempat, banyaknya kepala rumah tangga yang tidak bekerja sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pandangan hidup seseorang sangat berpengaruh dalam menjalani kehidupannya. Pandangan hidup yang tidak jelas dan tidak memiliki standar mempengaruhi cara berpikir dan perilakunya. Berbagai persoalan hidup datang silih berganti, membuat seseorang tidak mampu mengatasi permasalahannya dengan solusi yang tepat. Negara tidak memberi edukasi dan pembekalan terhadap ibu agar mampu menjalankan tugasnya. Tidak menyediakan lingkungan yang ideal bagi ibu agar semua bisa berjalan sesuai fungsinya.
Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini menjadikan seorang ibu tidak menyadari perannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, serta sebagai pengatur rumah tangga . Kapitalisme mencengkram keluarga sehingga keluarga tidak dapat menjalankan fungsinya (fungsi reproduksi, proteksi, ekonomi, social, edukasi, pendidikan, afektif, rekreasi dan religius). Negara juga tidak menyediakan lapangan kerja bagi laki-laki sehingga banyak pengangguran yang membuat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Peran masing-masing dalam keluarga tidak akan berjalan dengan baik manakala negara masih menerapkan sistem kapitalisme.
Hal itu sangat berbeda dengan sistem Islam. Islam datang memberikan keadilan dengan memuliakan perempuan, dan memiliki pandangan yang luhur terhadap perempuan. Di dalam Islam kewajiban mencari nafkah ada pada laki-laki, sedang wanita tidak dibebani kewajiban mencari nafkah. Kebutuhan pangan, sandang, dan papan adalah tanggung jawab laki-laki sebagai kepala rumah tangga.
Seorang perempuan ketika menjadi ibu dimuliakan tiga kali lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan seorang ayah. Mulianya seorang ibu ialah saat ia dengan penuh keikhlasan mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya. Kemuliaan terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita, ketika ia menjadi seorang ibu. Kedudukan mulianya seorang ibu dalam Islam digambarkan dalam hadits , Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah ra, telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw dan ia berkata : “Wahai Rasulullah, siapakah diantara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?” Rasulullah menjawab, “ibumu” ‘kemudian siapa?” tanyanya lagi.”ibumu ,” jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, ”kemudian siapa? ”ibumu.” “Kemudian siapa? tanya orang itu lagi. “kemudian “ayahmu,” jawab Rasulullah.(HR. al-Bukhari dan HR. Muslim)
Seorang ibu yang dapat menjaga anak perempuannya menjadi anak yang shalihah, yang menjaga dirinya dari pergaulan-pergaulan yang tidak baik , yang memelihara kehormatannya ia akan membuka pintu surga untuk dirinya. Tidak ada agama yang lebih memuliakan ibu melebihi kemuliaan dalam Islam.
Lebih dari itu peradaban Islam telah mencetak ibu yang mampu melahirkan generasi cemerlang hingga terlahir fuqaha dan ilmuwan, seperti Ar Razi, Al Jabar ( Al khawarizmi), Ibnu Zina dan yang lainnya dari jaminan sistem pendidikan Islam. Semua terjadi karena dua hal yakni, penjagaan Islam terhadap pentingnya peran keibuan bagi kaum perempuan dan sistem pendidikan berkualitas yang berlandaskan akidah Islam.
Begitu juga perpaduan sistem sosial dan ekonomi yang dimiliki oleh peradaban Islam ini memberikan jaminan kesejahteraan dan kemuliaan yang hakiki bagi kaum perempuan. Dimana perempuan sebagai ibu, menjadi pilar bagi bangunan keluarga dan pembentukan generasi Islam. Berkat hukum-hukum perwalian laki-laki dan peran negaranya yang kuat. Kaum perempuan terbebas dari kemiskinan dan terlindungi dari berbagai bentuk eksploitasi ekonomi. Semua ini dapat terealisasi karena kebijakan ekonomi dan politik kholifah berdasarkan pada syariah yang agung.
Pengelolaan harta milik umum dan negara secara mandiri telah menjadi penopang tersedianya anggaran belanja negara untuk menyejahterakan masyarakat. Kebijakan ini secara adil diterapkan kepada seluruh masyarakat melalui distribusi harta secara tepat untuk memenuhi kebutuhan pokok individu maupun kebutuhan kolektif. Bisa kita bayangkan, betapa terjaminnya hidup masyarakat saat itu termasuk didalamnya perempuan.
Ketika semua kebutuhan dapat dipenuhi dengan mudah, maka seorang muslimah tidak terbebani untuk bekerja menafkahi dirinya sendiri atau sekedar mencari kekayaan. Tetapi Islam memberikan penjagaan dan perlindungan kepada perempuan dengan mendukungnya untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri, dan ibu generasi. Sebuah status mulia yang diberikan oleh Allah kepadanya sebagai tiang negara. Di tangan seorang ibu lah, estafet kehidupan berikutnya dipertaruhkan. Maka, kebanggaan menjadi seorang istri dan ibu menghunjam kuat dalam dirinya. Kalaupun ia ingin bekerja, ia lakukan semata-mata untuk mengkontribusikan hasil karya yang ia miliki agar bermanfaat bagi masyarakat.
Peran ini akan berjalan dengan baik jika negara menfasilitasi segala upaya pengembalian fungsi keluarga. Dengan membina kualitas suami-istri, sehingga mereka paham dan memiliki kesadaran tentang hak dan kewajibannya.
Walhasil semua ini hanya dapat terwujud mana kala syariat Islam diterapkan oleh negara secara menyeluruh. Negara ini akan mengembalikan peran ibu dan suami sebagaimana ketetapan Islam. Dengan sistem Islam, setiap keluarga akan meraih kebahagiaan yang hakiki. Wallahu A’lam bi Shawab. [nb]