Oleh: Intan Alawiyah
#MuslimahTimes –– Di saat ghirah umat tengah bangkit dalam mewujudkan kecintaannya pada Nabi Muhammad SAW, yakni seorang manusia mulia yang diutus oleh Allah untuk mengadakan perubahan di tengah-tengah umatnya. Lagi, darah umat Islam kembali dibuat mendidih atas pertanyaan tidak pantas yang dilontarkan oleh seorang wanita yang sama yang dulu sempat membuat umat Islam meradang atas puisi kondenya.
Kini, ia kembali membuat umat Islam geram dengan membandingkan manusia mulia dan terhormat yang menjadi suri teladan bagi umatnya hingga hari kiamat yakni Nabi Muhammad SAW dengan manusia biasa yang jelas-jelas berbeda derajat dan kemuliaannya.
Seakan tak kapok dengan pernyataan sebelumnya yang tidak menjeratnya sampai ke proses hukum. Dengan santainya ia mengungkapkan bahwa apa yang yang diucapkannya beberapa hari yang lalu dalam sebuah forum diskusi bertajuk, “Bengkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme” (11/11/2019), itu bukanlah sebuah pernyataan yang mengandung unsur penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Begitu entengnya ia menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah setelah kembali menyayat hati umat Islam. Sungguh, kasus penistaan agama ini akan terus berlanjut, jika dibiarkan tanpa adanya tindakan hukum yang tegas terhadap para pelakunya. Dan akan melahirkan oknum-oknum baru yang terus bermunculan dengan motif yang berbeda-beda.
Tindakan tegas harus segera diberlakukan bagi mereka yang telah lancang mengejek-ejek agama baik simbolnya, ajaran yang dibawanya, maupun sosok yang dimuliakan seperti Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah menjadi seorang Rasul.
Meragukan peranan Nabi Muhammad SAW dalam menciptakan sebuah revolusi adalah sebuah kebuntuan berfikir yang dimiliki oleh orang-orang yang tidak memahami sejarah hidupnya dengan benar. Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mengubah tatanan kehidupan manusia dari derajat yang rendah menuju derajat yang luhur dengan menghilangkan perbudakan dan mewujudkan kemerdekaan bagi seluruh umat manusia.
Semangat jihad yang dimiliki oleh para pejuang Indonesia dalam mengusir para penjajah dari negerinya adalah disebabkan perintah Allah yang termaktub di dalam Alqur’an.
Allah SWT berfirman:“Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan barang siapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah Neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali.” (TQS. Al-Anfal (8): Ayat 15-16)
Ajaran tersebut tidaklah turun dari langit bagaikan air hujan yang turun ke bumi. Melainkan Allah mengutus seorang Rasul dari jenismu sendiri untuk membawa risalah-Nya.
Allah SWT berfirman:“Katakanlah (Muhammad), Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.” (TQS. Al-A’raf (7): Ayat 158)
Maka, tidaklah pantas jika membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan manusia biasa. Sebab, jika tidak ada Nabi Muhammad SAW maka tidak ada Islam, tak ada ajaran jihad yang mampu menghadirkan ghirah perlawanan terhadap kaum penjajah. Dikarenakan apa yang dibawa oleh Rasulullah adalah wahyu yang datangnya dari Allah yang memberikan petunjuk bagi seluruh manusia untuk mempertahankan haknya agar tidak diintervensi oleh pihak manapun.
Oleh sebab itu, sikap tegas dalam penegakan hukum terhadap mereka yang menistakan agama harus segera diberlakukan. Agar memberikan efek jera terhadap orang-orang yang menjadi pelakunya dan menghadirkan rasa takut terhadap mereka yang memiliki keinginan untuk melakukan perbuatan serupa. Wallahu’alam.[]