Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimahtimes– Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian berencana membuat peraturan tentang pemasangan closed circuit television (CCTV) di beberapa titik di wilayah kabupaten/kota seluruh Indonesia. Tito menyampaikan itu saat memberikan sambutan dalam acara pemberian penghargaan Swasti Saba Kabupaten/Kota 2019 di Gedung Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Selasa (19/11/2019) kemarin.
Tito mengatakan CCTV itu nantinya akan dilengkapi dengan fitur pengenal wajah atau facial recognition. Lalu fitur tersebut akan didukung dengan data milik Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri. Saat ini, kata dia, Dukcapil telah mengantongi sebanyak 90 persen data penduduk Indonesia. Sehingga jika nantinya terdapat seseorang yang melintasi kamera pengawas tersebut, akan terekam secara otomatis dan dapat diketahui identitasnya.
Mendagri Tito pun meminta kepada seluruh kepala daerah untuk mempersiapkan peraturan tersebut. Sebab, menurutnya, kebijakan itu banyak memberi manfaat dan membantu memecahkan masalah ketertiban lalu lintas, kebersihan, hingga konflik.
Di beberapa daerah, kata Tito, pemasangan CCTV sudah digencarkan sejak lama. Seperti di daerah Makassar, Surabaya, Bandung, dan DKI Jakarta. Program ini nantinya tak hanya terkait CCTV yang dipasang oleh pemerintah. Kamera pengawas milik swasta yang sebelumnya sudah terpasang di gedung-gedung, restoran, hingga perhotelan bisa terintegrasi dengan CCTV milik pemerintah (tirto.id, 25/11/2019).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kantor Hukum dan HAM Lokataru Haris Azhar menilai kebijakan yang dilakukan oleh Mendagri itu merupakan cara penguasa untuk memantau seluruh aktivitas publik. Pasalnya, segala rutinitas publik akan terpantau dalam rekaman CCTV yang diawasi oleh pemerintah. Alih-alih mengawasi, kebijakan tersebut, kata dia, malah akan mengganggu hak asasi seseorang dalam melakukan setiap kegiatannya di mana pun berada.
Jika ditelaah lebih dalam lagi, sebenarnya kepentingan apa yang sedang bermain di balik kebijakan ini dan apakah benar-benar akan memberikan manfaat yang besar bagi perubahan sebuah bangsa menjadi lebih baik?
Yang ada malah kesan pemerintah bertindak makin represif, dengan menjadikan rakyat sebagai bahan kegiatan intelijen . Hanya karena dimotori mantan petinggi kepolisian bukan berarti segala sesuatunya disamakan ala-ala militer. Dan ini tak akan berhasil membawa hubungan penguasa dengan rakyat menjadi baik. Yang ada malah saling curiga.
Situasi pun akan berubah tegang, padahal menjadi tugas negara untuk selalu bisa menciptakan kesejahteraan lahir batin bagi rakyatnya, termasuk di dalamnya rasa aman. Bagaimana setiap aspek kehidupan bermasyarakat bisa berjalan normal bahkan mengalami peningkatan mutu dan kuantitas sejak dari muamalah, pendidikan, sosial dan lain sebagainya jika posisi negara memata-matai, bukan memfasilitasi. Dan memang bukan itu persoalan besar bangsa ini.
Persoalan yang timbul sehingga muncul gagasan untuk pasang CCTV di ranah umum sebetulnya adalah bukti kegagalan penguasa menciptakan kesejahteraan itu sendiri. Kebijakan tambal sulam ini merupakan ciri khas kapitalisme sekular. Sebab, jika sistem birokrasi dan tata kelola yang baik sudah terwujud maka tidak perlu untuk memantau aktivitas masyarakat.
Dan sebagaimana kebijakan Mentri yang lain, yang satu inipun adalah kebijakan mubazir, hanya akan menghambur-hamburkan uang untuk kepentingan proyek CCTV semata. Belum lagi akibat psikologis yang tidak kecil akan muncul. Sebab akar persoalannya tak tersentuh samasekali. Problematika umat hari ini terjadi karena sekulerisme yang jadi biangnya. Setiap perbuatan manusia tidak menggunakan standar penilaian baku. Sedangkan setiap kepala beda pemikiran, beda orientasi dan ekspektasi.
CCTV yang paling efektif guna mengendalikan setiap pribadi adalah ketakwaannya. Dan itu muncul dari kesadarannya akan hubungannya dengan Allah SWT, baik dikala ramai maupun sendiri, dia tak akan pernah melakukan kesalahan, sebab tahu setiap amalnya diawasi dan dimintai pertanggung jawaban. Hal ini berlaku baik untuk penguasa maupun rakyat biasa, pengusaha maupun ibu rumah tangga, mahasiswa maupun pelajar, intinya setiap individu akan memiliki kesadarannya sendiri tanpa harus dipasang CCTV.
Dan kesadaran itu butuh landasan, dimana landasan itu berupa pandangan hidup dan diterapkan sepanjang waktu. Tidak ada satupun yang memenuhi kriteria itu kecuali Islam. Maka, bisa dijawab alasan mengapa kaum Muslim begitu lekat dengan Alquran dan meskipun Allah itu sesuatu yang gaib namun mereka mengimani dengan sepenuh hati sebab, Allahpun mudah dijangkau dengan akal. Sekali lagi melalui perantaraan Alquran. Maka, negara haruslah menjadi institusi pertama yang menerapkan Islam sebagai landasan dasar dan pandangan hidup. Sebab ialah satu-satunya solusi bagi problematika umat ini. Bukan yang lain. Wallahu a’ lam biashowab.