Oleh. Helda Apriliyanti
Muslimahtimes– Pemerintah saat ini fokus untuk memerangi radikalisme dan terorisme. Salah satu program pemerintah yaitu dengan menguatkan moderasi agama di kalangan pemuda. Baru-baru ini diadakan kegiatan International Conference On Islamic Studies (ICONIS) di IAIN Madura, Pamekasan Jatim. Sebanyak 65 penulis akan mengupas tentang moderasi agama yang menjadi target utama pemerintahan Jokowi-Ma’ruf ini. Rektor UIN Antasari Banjarmasin menjadi salah satu pembicara di konferensi ini. Ke depan seluruh Rektor/Ketua PTKIN diminta agar setiap kampus mendirikan dan menyelenggarakan “Rumah Moderasi Beragama”. Rumah ini akan menjadi tempat penyemaian, edukasi, pendampingan, pengaduan, dan penguatan atas wacana dan gerakan moderasi beragama di lingkungan kampus PTKIN.
Dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2019/2020 UIN Antasari Banjarmasin, Nida Mufidah, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, menyebut PBAK menjadi tempat untuk mendesiminasikan moderasi beragama dan melatih kepedulian mahasiswa pada persoalan-peroslan sosial. (1/8/2019).
Apa itu moderasi? Apakah program tersebut memberikan pengaruh positif bagi mahasiswa? Pertanyaan ini seketika muncul, karena seakan pemerintah fokus terhadap agenda tersebut.
Daniel Pipes, seorang pemikir Barat, mengungkap sejumlah karakter Muslim moderat, antara lain: mengakui adanya persamaan hak-hak sipil antara Muslim dan non-Muslim; membolehkan seorang Muslim berpindah agama; membolehkan wanita Muslim menikahi pria non-Muslim; menerima dan setia pada hukum pemerintahan non-Muslim; berpihak pada hukum sekular ketika terdapat pertentangan dengan budaya Islam (Lawrence Auster, 2005).
Moderasi agama tak lain merupakan upaya sekulerisasi kehidupan kaum muslimin. Kampus Islam sengaja dijadikan corong untuk penyebaran moderasi agama agar terkesan ini bagian dari ajaran Islam. Edukasi yang diberikan dalam rumah moderasi tentu tak akan jauh dari pemahaman sekuler. Para mahasiswa akan dibentuk menjadi mahasiswa sekular, mengatasnamakan kebebasan, memiliki pemahaman Islam moderat, dan anti terhadap ajaran Islam. Agama diletakkan di ranah privat dan dibuang ketika berada diranah publik.
Mereka dibentuk menjadi kaki tangan barat yang akan menyebarkan paham barat ke tengah umat Islam yang lain. Saat ini ketika umat Islam melakukan aktivitas seperti kebanyakan orang misal pacaran, minuman keras, zina dan lainnya merupakan hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan, namun ketika umat Islam yang lain menjalankan aktivitas sesuai dengan aturan agama atupun mendakwahkannya malah dikatakan radikal dan melawan kebebasan manusia. Sehingga wajarlah saat ini kita bisa lihat bahwa upaya moderasi agama tidak lain adalah upaya yang dilakukan untuk menghadang dakwah Islam dan kebangkitan kaum muslim. Upaya yang sengaja dibentuk khususnya melalui perguruan tinggi agama agar generasi muda output pendidikan menjadi agen mereka.
Tak heran jika pemerintah saat ini seakan berupaya keras memerangi radikalisme karena memang hal itu menjadi ancaman bagi kedudukan dan kekuasaan mereka.
Padahal sejatinya Islam itu hanya satu. Islam adalah dinul haq yang tegas menetapkan garis halal dan haram, baik dan buruk, terpuji dan tercela. Tak ada sikap abu-abu atau moderat dalam setiap hal. Islam agama yang sempurna yang mampu mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, sangat jelas Allah SWT memerintahkan kita mengamalkan Islam secara kaffah. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(TQS. Al-Baqarah: 208).
Munculnya pemahaman Islam Moderat semata demi langgengnya cengkeraman kapitalisme-liberalisme di negeri ini. Untuk menghalangi tegaknya mabda Islam di dunia. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menguruskan opini Islam kaffah sehingga opini sesat Islam moderat bisa dihancurkan.