Oleh : Ummu Farras
(Ibu Rumah Tangga, Pemerhati Sosial)
#MuslimahTimes — Penyebaran penyakit HIV/AIDS masih terus menjadi momok menakutkan bagi Indonesia.  Kasus kasus HIV/AIDS merupakan Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) yaitu hanya terdeteksi di permukaan, sedangkan di bawah nya masih banyak kasus HIV/AIDS yang belum terdeteksi. Ironisnya, pengidap HIV/AIDS ini sudah mencapai angka yang sangat memprihatinkan.
Situasi penyebaran HIV/AIDS seperti dilaporkan oleh Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 27 Agustus 2019, menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang mendekati angka setengah juta atau 500.000 yaitu 466.859Â
Setiap tahun terjadi kenaikan jumlah kasus HIV yang dilaporkan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2019. Ada lima provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi yang menempati peringkat satu sampai lima adalah: DKI Jakarta (62.108), Jawa Timur (51.990), Jawa Barat (36.853), Papua (34.473), dan Jawa Tengah (30.257). Sedangkan lima provinsi pada peringkat enam sampai sepuluh yaitu Bali (20.356), Sumatera Utara (17.957), Sulawesi Selatan (9.442), Kepulauan Riau (9.386), dan Banten (8.967).
Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 jumlah kumulatif dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2019 sebanyak 117.064.
Pengidap HIV/AIDS ini salah satu pemicu nya adalah perilaku LGBT (Lesbian, gay, biseksual dan transgender). Contohnya di provinsi Banten. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PDSPDI) Banten mencatat, dalam satu tahun terakhir, penderita penyakit tersebut sebanyak 11.238 orang.
Terdata, setiap tahun penderitanya terus meningkat dan untuk Provinsi Banten ada 11.238 penderita HIV atau AIDS yang mana, 75 persennya berada di Tangerang Raya, yang meliputi Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Tangerang Selatan.
Lantas mengapa pengidap HIV/AIDS subur di negeri ini?
Permasalahan utamanya adalah negara tidak memberikan solusi yang tepat dan menyeluruh bagi masalah ini. Negara hanya melakukan solusi-solusi yang parsial dan tidak solutif. Nyatanya, Masalah HIV/AIDS bukan hanya permasalahan medis, tetapi juga perilaku menyimpang individu, gaya hidup free sex, sex sejenis dan lainnya merupakan rantai masalah yang harus segera diputus. Fakta nya di negeri ini, perilaku menyimpang individu ini seakan dibiarkan begitu saja, tidak ada solusi konkret dari negara untuk orang-orang menyimpang ini. Kalau terus dibiarkan seperti ini, generasi muda bangsa akan terberangus oleh penyakit menular ini. Negara yang seharusnya kerja keras menjaga dan melindungi generasi bangsa sebagai aset masa depan ini dari penyakit dan perilaku menyimpang seksual, kenyataannya malah nol besar. Kalau hanya setiap tahun dihitung saja pengidap HIV/AIDS ini, tentu tak akan mengurangi jumlah pengidap nya. Justru malah bertambah. Ini bukti negara sedang sakit. Gagal dan abai terhadap masalah umat. Penyimpangan perilaku seksual tidak diberi solusi yang menyeluruh dan tuntas.
Islam Solusi Tuntas Berantas HIV/AIDS
Islam merupakan obat dari berbagai problematika umat. Hanya dengan syari’at Islam, segala permasalahan hidup dapat terselesaikan. Begitu pun permasalahan HIV/AIDS. Islam menjaga akidah umat manusia dan membentenginya, sehingga terjaga dari perilaku menyimpang baik sosial, maupun seksual. Bagi pria dan wanita diwajibkan untuk menutup aurat, dan dibatasi pergaulan antara pria dan wanita sehingga tidak ikhtilat (campur baur) dan tidak terjadi perzinaan. Di dalam Islam pun diharamkan untuk melakukan perbuatan maksiat seperti pornografi, pornoaksi, free sex, LGBT, dan perilaku menyimpang lainnya. Untuk pelaku perzinaan dan seksual menyimpang, Islam pun miliki solusi yang tepat, yaitu dengan menerapkan sistem sangsi yang tegas dan menimbulkan efek jera.
Solusi inilah yang seharusnya dilakukan untuk memberantas tuntas permasalahan HIV/AIDS yang tak kunjung usai. Diperlukan kesungguhan negara dalam mengurusi umat dari permasalahan darurat ini. Dan ini hanya dapat diwujudkan dalam Khilafah yang menerapkan syariat Islam sebagai satu satunya sistem untuk mengobati semua permasalahan umat. Tidak di alam demokrasi seperti di negeri ini, yang justru malah membuat HIV/AIDS terus menjangkit.
Wallahu’alam bisshowwab.Â