Oleh: Arin RM, S.Si
Muslimahtimes– Keberadaan etnis Uighur di Provinsi Xinjiang, China, terus menjadi sorotan dunia terutama setelah pemerintah Tiongkok diduga menahan lebih dari satu juta etnis minoritas Muslim itu di tempat penampungan layaknya kamp konsentrasi. Laporan penahanan sewenang-wenang itu mencuat setelah kelompok pegiat hak asasi manusia, Human Rights Watch, merilis laporan pada September 2018 lalu. Laporan itu berisikan dugaan penangkapan sistematis yang menargetkan etnis Uighur di Xinjiang. Berdasarkan kesaksian sejumlah warga Uighur di Xinjiang, pihak berwenang Cina telah melakukan penahanan massal terhadap Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang sejak 2014 lalu. [1]
Namun disayangkan, negeri-negeri kaum muslimin belum serentak bereaksi. Negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dikritik karena tetap bungkam atas penindasan yang dialami Muslim Uighur di kamp-kamp yang diklaim China sebagai tempat pelatihan kejuruan. Pernyataan terakhir OKI atas nasib masyarakat Uighur disampaikan dalam sebuah komunike tahun 2015, dimana 57 negara anggota Muslim mempertanyakan apakah masyarakat Uighur bisa melaksanakan Ramadan atau tidak. [2]
Dalam beberapa pekan terakhir, kondisi sesungguhnya dari kamp tersebut terungkap ke publik. Kritik tersebut disampaikan Kepala Institut Uighur Eropa di Paris, Dilnur Reyhan dalam surat yang diterbitkan oleh koran mingguan Prancis L’Obs pada bulan Mei. Pada November ini, Dilnur Reyhan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat Macron melakukan lawatan ke Beijing. Surat ini ditulis bersama dengan esais Raphaël Glucksmann yang diterbitkan koran kelompok sayap kiri Prancis, Libération.”Kejahatan besar terus didiamkan,” tegasnya.”Warga Uighur telah terjatuh ke dalam lubang hitam – lubang hitam yang legal di China,” tegasnya, dilansir dari laman France 24, Kamis (28/11). [2]
Pemberitaan di atas menunjukkan penderitaan Uighur nyata adanya dan sudah berlangsung lama. Muslim Uighur ditekan bukan oleh individu, bukan oleh sebuah kelompok, tapi oleh sebuah kekuatan dan kekuasaan yang besar bernama negara. Oleh karenanya hanya negara yang bisa menghadapi negara. Lalu, negara manakah yang bisa menolong muslim Uighur? Yang mampu melepaskannya dari belenggu tirani komunis yang tak bernurani? Jika yang sudah ada selama ini terkesan masih sebatas kritik dan belum ada tindakan penghentian penindasan langsung, maka satu-satunya harapan bagi Uighur adalah persatuan Muslim seluruh dunia. Satu-satunya persaudaraan atas nama akidah yang nyata akan melindungi saudara seimannya.
Persaudaraan ini harus mewujud pada kesatuan Islam dunia di bawah satu kepemimpinan Islam. Pemimpin tunggal seluruh negeri muslim ini yang memiliki otoritas menggelorakan semangat jihad pembebasan Uighur secara terorganisir. Sebab tanpa kepemimpinan Islam, muslim yang tertindas (Uighur dan lainnya) tak punya pelindung yang sepenuh hati menyelamatkannya. Kutukan dan kecaman dari negera sekitarnya kepada aggressor terlihat tak digubris. Buktinya bertahun-tahun para aggressor lempeng-lempeng saja menjalankan kekejamannya.
Berharap pada PBB juga bukan solusi, PBB tidak pernah memberikan sanksi bahkan pasca kebocoran terkuak.
Sehingga satu-satunya solusi adalah menggalang kekuatan muslim sendiri dalam kekuatan skala negara. Pemimpin negara yang menjalankan Islam akan menyatukan potensi militer negeri muslim untuk membebaskan Uighur. 1,5 milyar lebih penduduk muslim akan diminta menyiapkan dana bantuan sekaligus mengirimkan pasukan terbaiknya untuk mengakhiri penderitaan mereka. Dengan pertolongan nyata seperti itu kekuatan akan seimbang, akan terwujud kesatuan muslim sebagaimana yang dinyatakan dalam HR. Bukhari dan Muslim berikut: “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling cinta dan sayang laksana satu tubuh, jikalau ada satu anggota tubuh yang mengeluh, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan bergadang”.
Oleh karena itu, Uighur ataupun penderitaan dan penindasan muslim di negeri lainnya akan segera berakhir hanya dengan adanya kesadaran politik umat yang menguat untuk bersatu menggalang persatuan muslim sedunia. Kesadaran ini yang akan menggiring umat untuk serius memperjuangkan segera tegaknya institusi Islam skala negara. Satu-satunya solusi atas kedzaliman sistematis yang menimpa muslim Uighur dan di belahan bumi lainnya. [Arin RM]
Sumber:
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20191118201642-113-449481/daftar-dugaan-penindasan-dan-dosa-china-terhadap-uighur
https://www.merdeka.com/dunia/bungkamnya-negara-negara-islam-atas-penindasan-muslim-uighur-di-china.html