Verawati S.Pd
(Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif)
Muslimahtimes– Ibnu Sina, siapa yang tak kenal dengan nama ini. Namanya harum lantaran beliau adalah ilmuan muslim pertama yang menemukan ilmu kedokteran. Tak heran beliau dijuluki sebagai bapak kedokteran modern. Dua karyanya yang paling berpengaruh adalah ensiklopedia filsafat Kitab al-Shifa’ (The Book of Healing) dan The Canon of Medicine. Keduanya kini dipakai sebagai standar ilmu medis di seluruh dunia. Ibnu Sina adalah salah satu ilmuan muslim pada abad ke-10. Bakatnya dibidang kesehatan terlihat ketika pada usianya ke-17 tahun, berhasil mengobati penyakit Khalifah Nuh ibn Al-Manshur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah.
Ibnu Sina adalah satu dari ratusan bahkan ribuan ilmuan muslim yang ada pada saat itu. Semuanya lahir di masa peradaban emas Islam yakni ketika kaum muslim berada dalam naungan Daulah khilafah Islamiyyah. Pada saat yang sama, dunia Barat dalam masa kegelapan dan kebodohan. Namun seiring waktu, barat mulai belajar kepada Islam. Membawa ilmu ke negara mereka dan akhirnya mereka menjadi maju. Jadi kalau kita lihat sejarah, yang pertama mengenal kemajuan peradaban yang di dalamnya ada sains dan teknologi atau yang disebut dengan istilah modern adalah Islam dan kaum muslim.
Neraca pun berbalik, kaum muslim saat ini ada dalam titik terendah dan kemunduran. Barat kini menjadi mercusuar peradaban. Mereka menguasai sains dan teknologi, pengetahuan dan pemikiran. Tak heran negara-negara muslim banyak yang silau dan mengikuti mereka. Termasuk mengikuti pemikiran-pemikiran barat yang dianggap modern. Sehingga muncul ide untuk modernisasi Islam. Mereka merasa bahwa Islam sudah tidak relevan dengan zaman dan harus ada upaya untuk memodernkan nya. Diantara upaya mereka adalah dengan menafsirkan Alquran dengan tafsir Maqosidiyah.
Dilansir oleh kompas.co.id 13/01/2020, Guru Besar Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Abdul Mustaqim mengatakan, penafsiran terhadap Alquran dan hadits yang mengedepankan moderasi sangat penting dilakukan. tafsir Alquran yang moderat dapat mencegah menyebarnya ajaran radikalisme di Indonesia. Beliau juga mengatakan bahwa “Jadi salah satu hal yang penting dan sangat perlu dipertimbangkan dalam upaya moderasi Islam secara khusus dan moderasi keberagamaan secara umum adalah pendekatan tafsir maqashidi. karena dia bisa meretas kebuntuan epistemologi antara kelompok yang sangat tekstualis dan yang liberalis,” jelasnya.
Jika yang dimaksud dengan memodernkan Islam adalah mengubah pemahaman Islam (hadhoroh Islam) jelas salah. Sebab hadhoroh Islam tidak berubah hingga akhir zaman. Hukum-hukum Islam bersifat baku dan tetap tidak mengikuti perubahan waktu dan tempat. terlebih jika maksud mengubah dalam rangka menghinakan atau melemahkan kaum muslim. Seperti menuduh kaum muslim radikal. Namun untuk sarana dan prasarana dalam pelaksanaannya boleh berubah mengikuti kemajuan zaman. Sarana dan prasarana ini disebut dengan madaniyyah. Namun jika madaniyyah mengandung unsur hadhoroh tertentu seperti patung maka madaniyyah tersebut tidak boleh dipakai. Adapun madaniyyah yang bersifat umum hasil dari sains dan teknologi boleh dipakai.
Inilah batasan-batasan yang harus diperhatikan. Jikalau saat ini kaum muslim dikatakan mundur, tidak modern dan terbelakang dalam hal sains dan teknologi. Sesungguhnya hal ini disebabkan tidak adanya pengayom dan pelaksana Islam secara nyata oleh sebuah institusi khalifah. Sebab khalifah lah yang akan menentukan visi misi kaum Muslim secara jelas. Memajukan sains dan teknologi untuk kemudahan seluruh manusia. Mendorong terciptanya pendidikan yang melahirkan para ilmiah sekaligus ahli agama seperti dahulu kala.
Kenapa hadhoroh Islam (kumpulan pemahaman tentang kehidupan Islam) tidak bisa disamakan dengan hadhoroh barat? Sebab hadhoroh barat berasaskan sekularisme. Sebuah pemahaman yang memisahkan agama dari kehidupan. Kehidupan tidak boleh diatur oleh agama. Maka paham kebebasan adalah simbol hidup mereka. Kehidupan diatur berdasarkan manfaat dan untung rugi.
Sedangkan hadhoroh Islam berasaskan tauhid. Al-Quran dan assunah menjadi sumber utama. Maka dari itu tidak boleh mengambil hadhoroh barat sebagai landasan. Begitu pula tidak boleh mencampuradukkan hadhoroh Islam dengan berat. Sebab hal itu akan merusak Islam dan kaum muslim.
Sungguh apa yang terjadi saat ini sudah Allah beritahukan. Allah SWT berfirman, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS al-Baqarah [2]: 120)
Maka dari itu, kaum muslimin harus terus waspada. Sebab musuh-musuh Islam tidak pernah tidur, mereka akan selalu berupaya untuk memadamkan Islam dan kaum muslimin. Sekaligus terus berusaha untuk mewujudkan tegaknya khilafah. Sehingga Islam dan kaum muslim hidup dalam kondisi yang tinggi. Terdepan dalam segala hal termasuk sains dan teknolgi.
Waallahu a’alam bishowwab