Oleh: Desi Wulan Sari
(Revowriter Bogor)
Muslimahtimes– Allah swt menciptakan manusia dengan berbagai kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk Allah manapun. Sebagai penyempurna telah Allah berikan akal kepada manusia sebagai persiapan dalam menjalani hidup di dunia.
Allah swt menyampaikan dalam firmanNya:
Q.S. Al-Baqarah ayat 165 yang menyatakan: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan (suburkan) bumi sesudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (pada semua itu) sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal.”.
Ayat di atas merupakan salah satu dari puluhan ayat yang mengajak untuk menggunakan akal untuk memperhatikan fenomena alam dalam rangka meraih pengetahuan.
Maka akal yang dimaksud oleh Al-Qur’an adalah akal yang mengantar manusia meraih pengetahuan dan hikmah serta mengantarnya menuju akhlak luhur serta pemeliharaan kesucian nurani.
Hari ini manusia telah banyak jatuh dalam kubangan lumpur sistem kapitalis, liberalis, dan sekuleris. Akal manusia yang menciptakan sebuah logika telah diracuni oleh pemikiran rusak dan membahayakan akidah. Manusia merasa sombong akan kemampuan berpikir mereka sehingga lupa bahwa akal dan logika berpikir tetap harus berpedoman pada hukum Allah yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
/ Fenomena lemahnya logika berpikir manusia /
Ketika manusia diberikan kemampuan berpikir yang sangat baik oleh Allah, mulailah mereka melakukan amalan-amalan yang menurutnya dapat dilakukan walaupun datangnya dari hawa hafsu semata.
Fenomena munculnya virus corona, pastilah bukan karena kebetulan, akan tetapi bagaimana logika cara berpikir orang-orang China di sana yang mempercayai bahwa makanan-makanan yang tidak lazim, seram dan menjijikan bagi banyak orang, oleh mereka dimakan. Seperti hewan kelelawar, justru dengan banggganya mereka klaim sebagai makanan lezat penuh khasiat secara turun temurun (cnnindonesia.com, 23/1/2020). Astagfirullahaladziim.
Padahal Allah telah memperingatkan manusia dengan firmannya:
تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي ۖ وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَىٰ
Artinya: Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.
Tafsir Al-Muyassar menjelaskan: Maka makanlah makanan halal yang lezat dari rezeki yang Kami berikan kepada kalian, dan janganlah melampaui batasan yang kami bolehkan dengan memakan yang haram, yang menyebabkan turunnya kemurkaan-Ku atas kalian, dan barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku maka sungguh binasa dan sengsaralah ia di dunia dan di Akhirat.
Lihatlah bagaimana maraknya virus sosial yang mematikan lainnya disebarkan oleh orang-orang sakit dan tidak memiliki jiwa, seperti penyebaran l9bt yang masif kepada generasi muda saat ini. Akal mereka akan ditutupi oleh hawa nafsu dalam penyimpangan tingkah laku dan orientasi seksual yang tak lazim dan menjijikan. Kasus Raynhard Sinaga di Inggris yang didakwa sebagai pemerkosa sesama jenis sebanyak hampir 200 laki-laki menjadi bukti bahwa kerusakan berpikir seorang manusia mampu menjerumuskan dirinya kedalam jurang kehancuran (liputan6.com, 7/1/20). Naudzubillahimindzaliik.
Sekali lagi Allah swt telah mengecam perbuatan para penyuka sesama jenis dengan julukan yang sangat hina, dalam firmanNya:
Khobaaits (perbuatan keji)
وَلُوطًا آَتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ تَعْمَلُالْخَبَائِثَ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمَ سَوْءٍ فَاسِقِينَ
Artinya: Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari kota yang penduduknya mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, (QS. Al-Anbiyaa’ [21]: 74)
Qoumun Musrifun (Kaum yang melampaui batas)
إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ
Artinya: Sesungguhnya kalian menggauli lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al-A’raaf [7]: 81)
Satu lagi yang tidak kalah rusaknya, saat hijab dijadikan alasan pengekangan hak tubuh seseorang hasil dari pemikiran logika orang-orang sekuler. Kampanye “No Hijab Day” menjadi bukti nyata bahwa tuntunan hukum syariat yang tidak perlu di pertanyakan, justru diputar balikkan fakta dan dalilnya oleh pemikiran-pemikiran jahiliyah yang jauh dari kebenaran (swamedium.com, 31/1/20). Innalilahi.
Para wanita beranggapan jika perkara tidak memakai hijab merupakan perkara yang tidak terlalu besar dan masih bisa ditutupi dengan mendulang pahala lain seperti melakukan ibadah shalat, zakat, berhaji dan juga shoum, namun semua pandangan ini adalah kesalahan besar.
Dijelaskan Allah SWT dalam firmannya:
وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: Barangsiapa yang mengingkari hukum hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat kelak ia termasuk orang orang yang merugi”. [QS. Al Maidah: 5]
Berhijab merupakan syariat dalam Islam. Tidak berhijab mengartikan jika wanita tersebut sudah menolak syariat Islam dalam hal pengamalan.
/ Islam sebagai cara berpikir cemerlang /
Semua fakta diatas menunjukkan bahwa mnusia telah menggunakan logika berpikirnya sebagai pembenaraan atas tindakan yang dilakukan. Padahal jelas Islam telah melarang dan mengharamkan perilaku mereka dengan perbuatan yang melanggar hukum syariat.
Nyata-nyata bahwa mereka tidak berpegang pada aturan Allah. Menentang yang diperintahkan, dengan menghalalkan segala perbuatan haram untuk dirinya dan cara berpikirnya yang penuh dengan hawa nafsu semata.
Lalu bagaimana cara merubah pemikiran manusia yang penuh dengan logika pembenaran atas kesesatannya?
Jawabannya adalah dengan kebangkitan berpikir manusia. Dengan kembali kepada jalan kebenaran dan memperkokoh keimanan. Kembali kepada kitabullah dan As-Sunah yang Allah siapkan sejak manusia diciptakan olehNya.
Meninggalkan kesombongan adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kecerdasan dalam berpikir cemerlang. Berbahagialah saat Allah menunjukkan jalan terang menuju keselamatan dunia dan akhirat. Maka akan terlihat dalam kepribadiannya bahwa ia mengetahui konsekuensi dari tiap ucapan, tindakan dan sikap. Selain cerdas, harus berpikir cemerlang, visioner, jujur, ikhlas dan amanah.
Dengan demikian umat Islam dalam hal ini memiliki kaidah berpikir dalam menentukan suatu kebijakan dan keputusan dalam hidupnya, yaitu dengan menjadikan kitab suci Al-Qur’an dalam memahami realitas.
Dan hanya Islam kaffahlah yang mampu mewujudkan proses berpikir cemerlang seorang muslim. Di bawah penguasa yang seutuhnya melindungi rakyatnya dan menjamin para generasi-generasi berikutnya mampu menjadi seorang pemikir cemerlang di masa akan datang. Wallahu a’lam bishawab.