Oleh: Punky Purboyowati S. S
(Komunitas Pena Jombang)
Muslimahtimes– Wabah virus Corona hingga kini masih menjadi momok yang menakutkan dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (30/1) malam menetapkan wabah virus corona sebagai kondisi gawat darurat global. Langkah ini ditetapkan karena jumlah korban yang terus bertambah. Hingga selasa (8/2), korban akibat virus corona bertambah mencapai 625 orang di China.
Virus yang terdeteksi pada akhir Desember 2019 tersebut hingga kini telah menyebar ke sejumlah negara. WHO mencatat, ada sekitar 100 kasus yang dilaporkan di 18 negara. Namun, sampai saat ini belum ada laporan korban meninggal dunia dari kawasan di luar Tiongkok. Virus corona pertama kali muncul di sebuah pasar ikan yang juga menjual satwa ilegal di kota Wuhan, Hubei, Tiongkok bagian Tengah. Wuhan dan beberapa kota di Tiongkok kini terisolir, guna mencegah penyebaran virus agar tak meluas. (katadata.co.id, 31/1/2020). Hingga kini virus ini telah menyebar hingga ke 26 negara.
Meski telah menetapkan status Darurat Kesehatan Global, organisasi kesehatan ini belum menjelaskan langkah konkret seperti apa yang akan mereka lakukan selanjutnya terkait wabah Virus Corona 2019-nCoV. Status darurat ini merupakan peringatan keenam, setelah sebelumnya WHO memberikan hal yang sama pada wabah Virus SARS dan H5N1 (flu burung), wabah Ebola di Afrika Barat (2014-2016), polio (2014), Virus Zika (2016) dan wabah Ebola yang masih mengamuk di Republik Demokratik Kongo. (m.liputan6.com, 1/2/2020).
Virus Corona merupakan virus yang mematikan. Gejalanya seperti demam, pilek, sesak napas, radang tenggorokan, dan gangguan pencernaan. Hingga kini Tiongkok berupaya untuk menemukan vaksin yang cocok, namun hingga kini belum ditemukan. Beberapa negara telah mengantisipasi dengan mengevakuasi warganya yang tinggal di Wuhan. Sejak virus menyebar dan korban semakin bertambah, negara Jepang langsung sigap mengevakuasi warganya dengan menjemput warganya yang berada di Wuhan. Sebab di Jepang pun sudah ada korban. Demikian pula dengan negara Malaysia, Australia dan Jerman, melakukan hal yang sama seperti Jepang. Adapun Indonesia yang semula presiden Jokowi merespon bahwa akan berdampak besarnya anggaran yang dikeluarkan sebagai akibat dari penanganan terhadap virus sehingga tak perlu melakukan sejauh itu. Namun setelah mendapat masukan dari beberapa menteri, akhirnya presiden Jokowi memutuskan untuk melakukan hal yang sama seperti negara yang lainnya.
Disinilah letak permasalahannya. Dalam sistem Kapitalis Sekuler, semua ditimbang berdasarkan asas manfaat, untung dan rugi. Justru tanggungjawab seorang pemimpin, kapanpun, mau tidak mau harus siap menghadapi musibah baik di negerinya sendiri ataupun ditempat lain yang membutuhkan. Bisa jadi munculnya wabah akan berdampak pada kerugian ekonomi.
Bila melihat negara China, satu media pemerintah dan beberapa ekonom menilai pertumbuhan ekonomi China bisa terpangkas hingga 2 persen kuartal ini lantaran wabah virus tersebut. Sebab, kerberadaan virus karena telah membuat sebagian besar aktifitas ekonomi di negara tersebut terhenti. Di kuartal pertama tahun ini, China bisa jadi kehilangan momentum pertumbuhan hingga 62 miliar dollar AS. (www.kompas.com, 2/2/2020).
Jelas keguncangan ekonomi yang dialami China akan berdampak pada negara yang lain bahkan diberbagai bidang. Dan inilah yang ditakutkan oleh sebagian negara yang menganut sistem Kapitalis. Salah satunya Indonesia. Indonesia sudah harus berani bertindak tegas. Yaitu menutup kran impor dengan China. Sebab akan merugikan Indonesia sendiri. Selain wabah akan menular akibat produksi China, akan semakin memakan korban jiwa. Dan akan lebih berbahaya lagi jika impor ini terus dilakukan.
Namun demikian bila diteliti lebih jauh, keguncangan pun bukan berarti diakibatkan oleh karena adanya wabah dan bencana. Sebab wabah merupakan dampak dari suatu penerapan sistem. Apapun wabah dan bencananya serta berapapun biaya yang dihabiskan untuk mengatasi wabah, jika sistem yang diterapkan sistem Kapitalis tetap tak akan dapat menyelesaikan keguncangan apapun. Sebab sistem Kapitalis yang menganut asas Sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) tak memiliki standar hukum halal dan haram.
Seperti masalah sosial. Akibat hidup bebas tanpa campur tangan aturan agama, menjadikan perilaku manusia layaknya hewan. Misalnya makan makanan yang dilarang agama, pergaulan bebas dan perilaku menyimpang. Akibatnya bencana muncul silih berganti. Bahkan dikabarkan baru – baru ini muncul lagi penyakit influenza baru di Taiwan yang menular dari hewan ke manusia.
Selain itu, ajaran Komunis China melahirkan ketidakadilan. Perlakuan terhadap etnis Uighur salah satunya. Muslim Uighur diperlakukan secara tidak adil dan tidak manusiawi. Muslimahnya diperkosa. Para pria dibunuh. Rumah dan ladang dibakar. Kebencian terhadap muslim Uighur sangat nyata. Munculnya virus Corona merupakan tanda teguran bagi China bahwa Kapitalis Komunis perlahan akan hancur.
Maka hal ini merupakan pelajaran bagi para pemimpin di dunia ini. Terbukti bahwa sistem Kapitalis menyengsarakan manusia. Saatnya beralih pada sistem yang terbaik yaitu sistem Islam yang berasal dari Dzat Yang Maha menciptakan Ialah Allah SWT. Sistem Islam mampu menghadapi keguncangan yang ada. Segawat dan segenting apapun bahkan sebelum terjadinya wabah, negara telah sigap baik materi maupun non materi. Tak hanya itu, negara mampu bersikap tegas menutup hubungan dengan negara asing yang jelas – jelas tak menguntungkan bagi Indonesia.
Saatnya dirindukan pemimpin yang amanah, yang tegas di hadapan negara asing. Kedaulatan Indonesia harus dijaga dari setiap keguncangan yang ditimbulkan dari sistem Kapitalis. Dan yang paling penting adalah pemimpin yang jiwanya dipenuhi rasa takut kepada Allah SWT. Sebab setiap kebijakannya merupakan tanggungjawab yang kelak akan dihisab di akhirat.
Wallahu a’lam bisshowab.