Oleh. Eva Arlini, SE
#MuslimahTimes — Pada sebuah forum peluncuran buku karya Syaiful Syafri mengenai Bupati Batu Bara Zahir, terungkap potensi kekayaan alam Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Bersyukur kepada Allah swt atas anugerah sumber daya alam yang telah diberikan pada negeri tercinta Indonesia, salah satunya Batu Bara. Daerah yang didominasi etnis melayu ini memiliki potensi minyak. Dalam sambutannya di acara tersebut Sekda Provsu R. Sabrina mewakili Gubsu menyatakan bahwa Kabupaten Batubara pada tahun 2026 dipredikasi menjadi salah satu kabupaten paling sejahtera, maju dan kaya raya di Indonesia.Pasalnya kilang minyak disana yang disebut terbesar di Indonesia itu diperkirakan menghasilkan minyak 3000 barel kubik per hari (https://wanitamedan.com/).
Masyarakat manapun yang mengetahui daerahnya memiliki kekayaan alam tentu bergembira. Tanpa diminta mereka akan sangat mendukung setiap upaya memanfaatkan potensi wilayah mereka untukmenciptakan kesejahteraan. Jadi sebenarnya Bupati Batu Bara tak perlu meragukan dukungan masyarakat terhadap upaya pemerintah dalam menyejahterakan mereka.
Sayangnya paradigma berpikir yang digunakan pemerintah dalam memandang potensi kekayaan alam adalah kapitalisme. Dimana pengelolaan kekayaan alamdiserahkan kepada pihak swasta yang berorientasi bisnis. Indikasi ke arah sana sudah terlihat dalam forum peluncuran buku tersebut.Melalui buku Bupati Batu Bara tersebut, diharapkan para pembaca akan mendapatkan informasi tentang berbagai potensi Batu Bara. Versi E-Book dari buku tersebut menjadikan penyebaran informasi lebih luas. Sehingga mampu menarik investor demi perkembangan Batu Bara.
Demikianlah, keterlibatan investor swasta menjadi hal yang prinsipil dalam sistem kapitalis. Dana investor selalu digadang-gadang menjadi resep jitu terwujudnya pembangunan suatu wilayah. Para tenaga kerja pun segera disiapkan untuk menyambut proyek besar itu. Kini Pemda Batu Bara bersemangat menghantarkan 4000 orang pemuda-nya untuk mengikuti pelatihan sebagai operator di Cepu. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proyek ini jumlahnya banyak. Nantinya direncakan tidak saja pemuda Batu Bara yang direkrut jadi pekerja. Dibuka pula peluang bagi tenaga kerja luar seperti Nias untuk menjadi buruh dalam proyek tersebut. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke dan Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung menjadi sarana pendukung terwujudnya proyek berskala nasional di daerah Sumut termasuk Batu Bara.
Indonesia sudah sangat berpengalaman berhubungan dengan investasi asing. Puluhan tahun berbagai proyek pengeloaan SDA di Indonesia ditangani oleh asing. Namun kesejahteraan tidak dirasakan oleh jutaan masyarakat Indonesia. Dan jutaan lainnya terancam miskin.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin Indonesia pada Maret 2019 sebesar 25,14 juta penduduk. Angka kemiskinan tertinggi terjadi di Papua dan Papua Barat. (https://www.cnnindonesia.com/).
Sementara Founder Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Hendry Saparini mengingatkan, bahwa meski mengalami penurunan, status penduduk miskin masih didominasi oleh penduduk rentan miskin dan hampir miskin sebanyak 64,28 juta jiwa.(https://www.vivanews.com/).
Sebaliknya investorlah yang meraup untung besar. Setidaknya ada lima negara yang mendapatkan keuntungan besar dari SDA Indonesia. Pertama, Amerika. Sejumlah perusahaan Amerika mengelola SDA Indonesia. Diantaranya Freeport Mc Moran, perusahaan tambang yang mengelola lahan di Tembagapura, Mimika, Papua. Produksi tambang itu per hari mencapai 220.000 ton biji mentah emas dan perak. Selain itu masih ada Newmont, perusahaan asal Colorado, Amerika. Selain Freeport, masih ada Newmont, perusahaan asal Colorado, Amerika, yang mengelola beberapa tambang emas dan tembaga di kawasan NTT dan NTB. Chevron, memiliki jatah menggarap tiga blok, dan memproduksi 35 persen migas Indonesia.Disusul ConocoPhilips yang mengelola enam blok migas. Lalu, tentu saja ExxonMobil yang bersama Pertamina menemukan sumber minyak 1,4 miliar barel dan gas 8,14 miliar kaki kubik di Cepu, Jawa Tengah.
Kedua, China. Perusahaan tambang skala menengah dan besar China bergerak di seluruh wilayah. Mulai dari Pacitan, Jawa Timur, sampai Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Salah satu perusahaan besar adalah PT Heng Fung Mining Indonesia yang berinvestasi di bidang nikel, di Halmahera, Maluku, dengan target produksi bisa mencapai 200 juta ton.
Ketiga, Inggris. British Petroleum (BP) adalah operator lama sektor migas di Indonesia. Mengelola blok gas Tangguh di Papua, lewat anak perusahaan BP Berau, investasi terbaru perusahaan asal Inggris itu di blok tersebut mencapai USD 12,1 miliar.
Ketiga, Prancis.Total E&P Indonesie mengelola blok migas Mahakam, Kalimantan Timur. Total bekerjasama dengan Inpex Corp dalam mengelola blok Mahakam. Total mengendalikan 50 persen saham di blok tersebut dan Inpex sisanya. Kelima, Kanada.Canadian International Development Agency (CIDA) mengembangkan 12 proyek di Sulawesi saja, semuanya berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam.
James Petras dalam Six Myths About the Benefits of Foreign Investment, The Pretensions of Neoliberalism (2006) mengatakan bahwa sebagian negara-negara dunia ketiga kerap tertipu dengan sebuah dogma. Dimana ketergantungan pada investasi asing untuk menyediakan modal bagi pembangunan tak bisa terelakkan. Sebab sumberdaya-sumberdaya lokal tak tersedia atau tidak mencukupi. NamunPetras menemukan bahwa mayoritas investasi asing adalah investor asing yang meminjam tabungan nasional untuk membeli perusahaan-perusahaan lokal dan membiayai investasinya. Pinjaman investor asing untuk mengambilalih pasar lokal dan fasilitas-fasilitas produktif telah menjadi praktek yang umum, sehingga menegasikan gagasan bahwa investor asing membawa ‘modal segar’ ke negara berkembang itu.
Mitos lainnya dikatakan Petras yang menipu negara dunia ketiga adalah, investasi asing bisa menciptakan lapangan kerja. Padahal kini ada China yang memiliki andalan buruh super murah. Bisa jadi sebagaimana pembangunan infrastruktur, dimana China sebagai pengelola membawa serta pekerja dari negaranya, hal ini akan terjadi pula pada berbagai proyek ke depan bila jatuh ke tangan China. Lagipula meski berpeluang menjadi buruh, upah yang diperoleh pasti kecil. Tetap saja yang menikmati keuntungan besar adalah asing.
Batu Bara menjadi bagian dari wilayah Indonesia yang menghadapi tantangan kemiskinan. Dalam mengatasinya jelas tak bisa mengandalkan sistem kapitalisme yang berpihak pada para pemilik modal. Masyarakat dapat merasakan kesejahteraan secara merata bila membuang kapitalisme dan menjadikan Islam sebagai cara pandang dalam mengelola SDA. Allah swt mewajibkan pemimpin untuk mengurus rakyatnya dengan sungguh-sungguh. “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Dalam Islam dilarang bagi pemimpin menyerahkan pengelolaan SDA pada pihak swasta apalagi asing. Pemimpin wajib mengelola SDA dan hasilnya dikembalikan pada rakyat dalam bentuk fasilitas umum seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan. Dengan Islam maka pendudukan Batu Bara dan masyarakat lainnya akan sejahtera.
Wallahu a’lam bishawab.