Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Muslimahtimes– Makna Bahasa
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan (wikipedia.org).
Setiap bahasa pada dasarnya merupakan simbol jati diri penuturnya, begitu pula halnya dengan bahasa Indonesia juga merupakan simbol jati diri bangsa. Yang mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia.
Hal ini diperkuat oleh klaim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bahwa Bahasa Indonesia sudah memenuhi sebagian besar syarat menjadi bahasa internasional. Sebagaimana pernyataan Plt Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar saat menanggapi keinginan Mendikbud Nadiem Makarim untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara (CNN Indonesia, 22/2/2020).
“Pertama, penutur Bahasa Indonesia itu banyak. Angkanya lebih dari 30 juta penutur. Dan bukan hanya di Indonesia tapi di negara lain, mungkin dengan dialek berbeda. Ada di Timor Leste, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Thailand Selatan hingga Filipina Selatan. ” ujar Dadang Sunendar .
Selanjutnya, Kemendikbud sudah mengirim 793 pengajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) ke 29 negara, dengan maksud agar warga negaranya bisa dengan mudah belajar Bahasa Indonesia, apalagi secara politik, sosial dan ekonomi, Indonesia juga termasuk negara yang stabil dalam beberapa tahun belakangan. Ini jadi salah satu syarat penting bahasa negara bisa jadi bahasa internasional.
//Bahasa Indonesia Rentan Rasa Kesukuan//
Mimpi besar Nadiem Makarim boleh jadi cemerlang. Namun jika kemudian ingin menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Asean atau malah Internasional mungkin harus dikaji lebih dalam lagi. Kita harus jeli menggali, disinilah pangkal ketidak mampuan Indonesia menjadi negara yang mandiri dan berjaya.
Sebab Bahasa Indonesia hanya mewakili segelintir manusia. Bahkan sangat menunjukkan sentimen kesukuan dan nasionalisme. Dan sangat lemah jika dijadikan ikatan bernegara dan berbangsa, padahal negara sekalipun, dituntut untuk terus maju dan berkembang. Bagaimana kesejahteraan serta kebahagiaan hanya diukur dari ” bangsa ” dan ” bahasa” apa anda?
Merasa peduli, simpati dan mau berkembang menuju perubahan hanya jika sama-sama beridentitas Indonesia, jika tidak maka mereka menjauh dengan alasan bukan rumpun, saudara dan lain sebagainya. Sederhananya, jika anda Indonesia, berbahasa Indonesia maka anda layak kami perhatikan. Inilah yang disebut Rasulullah sebagai semangat kesukuan, Qoumiyah. Kita sebagai muslim haram mengakuinya.
//Bahasa Arab Bahasa Syariat//
Islam banyak menjelaskan bagaimana pentingnya bahasa. Bahasa memang identik dengan identitas seseorang dimanapun berada. Dengan bahasa , Islam memimpin namun dengan bahasa pula Islam mundur. Bahasa apa yang kemudian bisa merangkul seluruh manusia didunia dan bahkan terus memperjuangkannya?
Ya, Bahasa Arab. Bahasa pemersatu segala bangsa. Bahasa para ahli surga. Terlebih bagi kaum Muslim, tak mungkin menjadikan bahasa selain bahasa Arab untuk menjadi satu-satunya bahasa yang dipakai untuk memahami agamanya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,َ
“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” (QS. Yusuf [12]: 2)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas,
”Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas, dan paling banyak pengungkapan makna yang dapat menenangkan jiwa. Oleh karena itu, kitab yang paling mulia ini (yaitu Al-Qur’an) diturunkan dengan bahasa yang paling mulia (yaitu bahasa Arab).”
Ketika Bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional, justru hal ini akan menimbulkan mudharat yang banyak. Sebagaimana bahasa Inggris yang diwajibkan oleh Amerika sebagai Bahasa Internasional. Namun membawa konsekuensi penjajahan gaya baru. Baik melalui perjanjian politik maupun mata uang. Indonesia yang hari ini berada di bawah kendali asing bisa jadi hanya satu dari sekian korban dominasi asing.
Maka, sangat kecil kemungkinan mewujudkan impian itu. Hari ini jika kita berbicara tentang bahasa otomatis akan langsung berhubungan dengan dominasi ideologi. Padahal kita tahu tak akan mungkin mengalahkan dominasi asing tanpa ideologi tandingan.
Sebagai Muslim kita tahu bahwa setiap amal akan dipertanggungjawabkan. Ini sekaligus sebagai bukti mengapa para Ilmuwan Islam di masa lampau begitu berdedikasi penuh kepada IPTEK dan tsaqofah lainnya. Tidak lain adalah dalam rangka menerapkan perintah syariat. Bahasa Arab yang mereka miliki adalah pemantik muncul-muncul ide kreatif dalam berbagai hal. Bukan bahasa daerah mereka masing-masing.
Oleh karena itu, tidak perlu diragukan lagi, memang sudah seharusnya bagi seorang Muslim untuk mencintai Bahasa Arab dan berusaha menguasainya. Bukan kemudian menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional, bahkan hingga di kehidupan sesudah mati.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab. Maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Kebiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum Muslimin memahami agama Allah Ta’ala dan menegakkan syiar-syiar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.”
Ide kapitalisme jelas mewarnai pemikiran Mendikbud kita. Namun jelas, setiap keputusan seorang Muslim haruslah berdasar syariat, bukan yang lain. Wallahu a’ lam bish Showwab.